Taqdim dan Takhir Hal & Sahibul Hal
Apakah boleh posisi Hal diawalkan atau diakhirkan dari Sahibul Hal ?
a. Hal wajib diakhirkan
》Hal wajib diakhirkan apabila dia (hal) dibatasi dengan Huruf إِلّا (pengecualian)
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ. الكهف ٥٦
Terjemah: Dan tidaklah kami mengutus para rasul kami, melainkan dalam keadaan sebagai pemberi kabar gembira (untuk orang-orang yang taat kepada kami dengan kenikmatan yang abadi) dan sebagai pemberi peringatan keras (terhadap orang-orang yang berbuat maksiat dengan siksaan yang pedih).
مُبَشِّرِينَ : حال منصوب وعلامته الياء لأنه جمع مذكر سالم
》Hal wajib diakhirkan apabila Sahibul Hal dalam keadaan Majrur dengan Idhafat (Menjadi Mudhaf Ilaih)
أَعْجَبَنِي شَكْلُ القَمَرِ وَاضِحًا
Bentuk bulan ( dalam kondisi jelas) telah membuatku kagum
lafadz القَمَرِ sahibul hal dalam keadaan majrur sebagai Mudhaf Ilaih. Lafadz وَاضِحًا sebagai Hal tidak boleh didahulukan dari Sahibul Hal.
》Hal wajib diakhirkan apabila ‘amilnya berupa Mashdar Sharih
مِنَ الخَيْرِ إِنْجَازُكَ العَمَلَ سَرِيْعًا
إِنْجَازُ : عامل
ك : صاحب الحال
سَرِيْعًا : حال
تقدير : مِنَ الخَيْرِ أن تُنْجِزَ العملَ سَرِيْعًا
》Hal wajib diakhirkan apabila ‘amilnya berupa ‘amil maknawi, seperti Isim Isyarah, Isim Istifham, Tamanna, Tasybih.
هٰذا كِتَابُكَ جَدِيْدًا
ini adalah kitabmu (dalam kondisi baru)
تقدير : أشير
هذا : عامل بمعنى أشير ( عامل معنوى)
كتاب : صاحب الحال
جديدا : حال
b. Hak Wajib didahulukan
》Hal wajib didahulukan apabila Sahibul Hal dibatasi dengan إلا
مَا فازَ نَاجِحًا إلا المجتَهِدُ
Tidak beruntung (dalam kondisi sebagai orang sukses) kecuali seorang yang rajin
Posisi Sahibil Hal yaitu lafadz المجتَهِدُ dibatasi dengan إلا ، maka Hal نَاجِحًا wajib didahulukan.
Lihat:
النحو الوافى،ج٢, ص ٣٨٠
c. Boleh keduanya (didahulukan / diakhirkan)
Hal boleh didahulukan atau diakhirkan selain yang masuk kategori wajib di atas.
جاء خالدٌ مبتسمًا / جاء مبتسمًا خالدٌ
kholid datang sambil (dalam kondisi) tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar