Keistimewaan Wawu ‘Athaf
(Pendapat Mayoritas)
》■Menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih pada ‘Amil (Fi’il) yang maknanya tidak sempurna apabila hanya memiliki satu Fa’il. Seperti fi’il yang mengandung makna musyarakah
تَقَاتَلَ / تَعَاوَنَ / تَشَاركَ
Contoh:
…تَقَاتَلَ النَّمِرُ Harimau saling membunuh… Maknanya kurang lengkap karna harimau belum ada lawan. Disini Wawu ‘Athaf berperan istimewa karna hanya dia yang bisa dijadikan ‘athaf.
تَقَاتَلَ النَّمِرُ وَ الفِيْلُ Harimau dan gajah saling membunuh
》■Menjadi penghubung Ma’tuf yang ‘Amilnya dibuang
Contoh:
قَضَيْنَا فِي الحَدِيْقَةِ يَوْمًا سَعِيْدًا أَكَلْنَا أشهَى الطَعَامِ، وَأَطْيَبَ الفَاكِهَةِ، وَأَعْذَبَ المَاءِ
Kita menghabiskan hari bahagia di taman, kita makan makanan lezat (dan) buah enak (dan) air tawar. ‘Amil pada Ma’mul kalimat (وأطيب الفاكهةِ) sama dengan ‘Amil pada kalimat (أشهَى الطَعَامِ) yaitu Fi’il (أَكَلْنَا) hanya dibuang diperkirakan. Maka dari itu, Wawu ‘Athaf berperan istimewa dalam menghubungkan Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih ketika ‘Amilnya dibuang.
Kalimat lengkapnya sperti ini:
قَضَيْنَا فِي الحَدِيْقَةِ يَوْمًا سَعِيْدًا أَكَلْنَا أشهَى الطَعَامِ، وَ ا كلْنَا أَطْيَبَ الفَاكِهَةِ، وَأَعْذَبَ المَاءِ
Pertanyaanya: ‘Athaf kalimat وأَعْذَبَ المَاءِ ke lafadz yang mana، apakah ‘Amilnya sama dengan kalimat sebelumnya ? Jika melihat ketentuan di atas, bahwa Wawu ‘athaf boleh menghubungkan banyak Ma’tuf dan yang menjadi Ma’tuf ‘Alaih hanyalah Lafadz yang paling depan. Maka seharusnya untuk Ma’tuf ‘Alaih kalimat (وَأَعْذَبَ المَاءِ) adalah kalimat ( أشهَى الطعامِ ) karena lafadz ini berada diurutan paling depan. Namun ini akan merusak makna sebab jika di’athafkan kepada kalimat tersebut, otomatis untuk ‘amilnya juga dengan lafadz yang sama yaitu (أكل). Ini tidak tepat sebab air bukan untuk dimakan melainkan diminum. Mayoritas Ulama: ” ketika ‘Amil pada Ma’tuf ‘Alaih tidak sejalan dengan ‘Amil pada Ma’tuf, maka disana terdapat ‘Amil yang dibuang dengan memperkirakan makna yang sesuai. Untuk perkiraan contoh di atas yaitu وَشَرَبْنَا أَعْذَبَ المَاءِ
》■Huruf ‘Athaf Wawu boleh dibuang sekiranya dianggap aman dari terjadinya keraguaan atau ketidak jelasan kalimat.
Contoh: زُرْتُ أَقَارِبِي فِي جَاكَرْتَا، وَقَابَلْتُ مِنْهُمْ: العَمَّ، وَالعَمَّةَ، الخَالَ، الخَالَةَ، أَبْنَاءَهُمْ Aku mengunjungi kerabat di Jakarta dan bertemu paman dan bibi, om, tante, anak-anak mereka. Contoh lain: قَرَأْتُ اليومَ: الصُّحُفَ اليَوْمِيَّةَ، المَجَلاَّتِ، الرَّسَائِلَ، الأَخْبَارَ Hari ini aku membaca koran harian, majalah, surat, berita.
》■Menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih yang keduanya memiliki arti sama (sinonim) dengan maksud mempertegas.
Contoh:
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ. يوسف ٨٦
Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan (dan) kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. Lafadz بَثِّي dan حُزْنِي adalah dua kata yang sama arti meskipun ketika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia sedikit berbeda.
》■Menjadi penghubung Ma’tuf Nakirah dan Ma’tuf ‘Alaih Makrifat.
Contoh:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. نوح ٢٨
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. Kalimat وَلِوَالِدَيَّ makrifat sebab idhafat kepada ي mutakkalim dan kalimat وَلِمَنْ دَخَلَ Nakirah.
》■Menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih yang keduanya berpola negatif (didahului nafyi)
Contoh:
شُجَاعُ النَّفْسِ لاَ يُحِبُّ الجُبَنَ، وَلاَ الكَذِبَ، وَلاَ الرِّيَاءَ Jiwa pemberani tidak suka pengecut, bohong dan riya.
》■Huruf ‘Athaf Wawu boleh terpisah (antara dia dan Ma’tufnya) oleh dzharaf atau huruf Jar Contoh:
أينعتْ حديقتان؛ حديقةٌ أمام البيت، وخلفَه حديقةٌ
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا. سورة
يس ٩
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا : معطوف عليه
وَ : حرف العطف
مِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا : معطوف على جملة ما قبلها
》■Huruf ‘Athaf Wawu menjadi penghubung dalam kaidah hitungan
Contoh:
لِي سَبْعَةٌ وَثَلاَثُوْنَ كَتَابًا وَ خَمْسَةٌ وَأَرْبَعُوْنَ قَلَمًا
Aku memiliki 37 buku dan 45 pena.
》■ Huruf ‘Athaf Wawu boleh berdampingan dengan Huruf ‘Athaf لكن
Contoh:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ. سورة الأحزاب ٤٠
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.
Cat : pada keterangan bab athf bahwa لكن yg hurufathof tidak boleh berbarengan wawu, lalu pada contoh diatas ternyata boleh, lantas لكن jenis apa?
pada kasus ini dalam kitab الجدول فىاعراب القرآن
ada perbedaan pendapat mengenai لكن
berikut redaksi text nya:
- بعض أحكام لكن:
من المعلوم أن (لكن) المخففة هي حرف استدراك، وأحيانا تأتي عاطفة، وقد اختلف النحاة في نحو: (ما قام زيد ولكن عمرو) على أربعة أقوال:
ما قاله يونس: إن لكن غير عاطفة، والواو عاطفة مفردا على مفرد.
ما قاله ابن مالك: إن (لكن) غير عاطفة، والواو عاطفة لجملة حذف بعضها على جملة صرح بجميعها. قال: فالتقدير في نحو: (ما قام زيد ولكن عمرو) ولكن قام عمرو. وفي (وَلكِنْ رَسُولَ اللَّهِ) ولكن كان رسول اللّه. وعلة ذلك، أن الواو لا تعطف مفردا على مفرد مخالف له في الإيجاب والسلب، بخلاف الجملتين المتعاطفتين، فيجوز تخالفهما فيه، نحو: قام زيد ولم يقم عمرو.
قال ابن عصفور: إن (لكن) عاطفة، والواو زائدة لازمة.
قال ابن كيسان: إن (لكن) عاطفة، والواو زائدة غير لازمة.
》■ Huruf ‘athaf wawu boleh berdampingan dengan ‘Athaf إِمَّا
Contoh: نَجَحَ إِمَّا خَالدٌ، وَإِمَّا زَيْدٌ Telah lulus Kholid dan atau zaid .
Siapa yang berhak di’irab sebagai Huruf ‘Athaf ketika keduanya bergandengan seperti pada contoh diatas ( ولكن dan و إما ) ? jawabanya kurang lebih sama dg kasus لكن
》■Huruf ‘athaf wawu boleh menjadi pemisah antara ma’tuf dzharaf dan Ma’tuf ‘Alaih dzharaf ( lafadz بين )
Contoh:
كَفَى بِالقَمَرِ شَاهِدًا بَيْنِي وَبَيْنَكَ
Cukuplah rembulan menjadi saksi antara aku dan kau.
》■Huruf ‘athaf wawu menjadi penghubung Ma’tuf yang menunjukan waktu lampau dan Ma’tuf ‘Alaih menunjukan waktu sekarang Contoh:
كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. الشورى ٣
Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang sebelum kamu
يُوحِي إِلَيْكَ : معطوف عليه يدل على وقت الحال وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ : معطوف يدل على وقت الماضى
》■Huruf ‘Athaf Wawu tidak menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih jika keduanya berbeda pola (1 positif dan 1 negatif). Yang benar keduanya harus sama positif atau negatif
Contoh:
لاَ الشَّمْسُ طَالِعَةٌ وَالقَمَرُ لاَ الشَّمْسُ طَالِعَةٌ وَلَا القَمَرُ الشَّمْسُ طَالِعَةٌ وَ القَمَرُ
Lihat referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar