Rabu, 18 November 2020

2 penyebab isim ghoiru munshorif

 Kelompok yang memiliki dua ‘ilat (penyebab) 


Kelompok isim ghoir munsharif yang memiliki dua ‘illat terdiri dari dua kelompok isim yaitu 

Isim ‘alam dan Isim sifat. 


1. Isim ‘alam Kelompok pertama yang masuk kategori ghoir munsharif dengan dua ‘ilat (penyebab) yaitu Isim ‘alam Isim alam mencakup semua nama baik manusia, hewan, benda mati, nama tempat dan lainya. Tidak semua isim ‘alam ini masuk kategori isim ghoir munsharif apabila tidak memenuhi syarat dan ketentuan berikut:


 a). Setiap nama orang yang masuk kategori mu’annats baik diakhiri dengan tanda huruf Ta’ Marbuthah maupun tidak, baik muannats lafdzi, maknawi atau keduanya. Untuk mengenal setiap istilah jenis isim muannats diatas bisa dilihat pada materi pembagian isim.

 Contoh:

 

مَيْسَرَةُ / فَاطِمَةُ / مَرْيَمُ / زَيْنَبُ / سُعَادُ / قَتَادَةُ / طَلْحَةُ / 

حَمْزَةُ – مُعَاوِيَةُ 


Maisarah / Fatimah / Maryam / Zainab / Su’aad / Qatadah / Talhah / Hamzah / Mu’awiyah dll 


Kenapa isim-isim diatas masuk kategori isim ghoir munsharif ? Jawab: Disebabkan dua alasan yaitu termasuk kategori isim ‘alam (‘Alamiyyah) dan juga termasuk isim muannats 

Contoh ‘irab;

 جَاءَتْ فَاطِمَةُ / رأيتُ فَاطِمَةَ / سَلِّمْ عَلى فَاطِمَةَ


 Fatimah telah datang / Aku melihat Fatimah / Sampaikan salamku kepada Fatimah


 فَاطِمَةُ : فاعل مرفوع وعلامة رفعة الضمة الظاهرة على آخره

 فَاطِمَةَ : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة على آخره 

فَاطِمَةَ : اسم مجرور بحرف الجر وعلامته الفتحة الظاهرة نيابة عن الكسرة لأنه ممنوع من الصرف للعلمية والمؤنث 


Terkait isim ‘alam dan sebab muannats, ibnu malik berkata:


 كَذَا مُؤَنَّثٌ بِهَاءٍ مُطْلَقَا  #  وَشَرْطُ مَنْعِ العَارِ كَوْنُهُ ارْتَقَى # فَوْقَ الثَّلاَثِ أَوْكَجُورَ أَوْ سَقَرْ  # أَوْ زَيْدٍ اسْمَ امْرَأَةٍ لا اسْمَ ذَكَرْ 


Secara mutlaq Isim alam yang mu’anatsnya bersamaan dengan ta’ ta’nits berlaku hukum ghoiru munshorif dan syaratnya isim mu’anats tanpa ta’ ta’nits yang masuk kategori ghoiru munshorif adalah : – Lebih dari 3 huruf – Boleh 3 huruf yang tengahnya berharkat – Boleh yang tengah mati tapi ajam atau manqul dari mudzakar seperti

 هند وَجْهَانِ فى الْعَادِمِ تَذْكِيرًا سَبَقْ # وَعُجْمَةً كَهِنْدَ وَالْمَنْعُ أَحَقْ 

Adapun Isim alam yang mu’anatsnya tidak bersamaan dengan ta’ ta’nits dan terdiri dari 3 huruf yang tengah mati dan atau tidak manqul dari mudzakar dan tidak ajam, maka boleh mengambil 2 opsi yaitu munshorif dan ghoiru munshorif, namun opsi ghoiru munshorif lebih baik. 


 b). Nama-nama berakhiran huruf alif dan nun zaaidah (tambahan) baik nama manusia, tempat, dan lainya. 

Contoh:

 بَدْرَانُ / حَيَّانُ / مَرْوَانُ/ قَحْطَانُ / عُثْمَانُ / سُلَيْمَانُ / شَعْبَانُ / 

رَمَضَانُ / عمْرَانُ/ عمان / رغدان 


Alif dan nun pada isim-isim diatas semuanya merupakan tambahan. Misalkan nama سُلَيْمَانُ dari tiga huruf asli سلم, atau عمْرَانُ dari tiga huruf asli عُمَرُ dll Dengan demikian apabila salah satu huruf alif atau nun dan atau keduanya bukan merupakan tambahan, maka tidak termasuk isim ghoir munsharif


 Contoh huruf alif dan nun asli: 

بَانٌ / خَانٌ 

Nama gunung di hijaz / kedai atau hotel 


 Contoh huruf alif tambahan dan nun asli:

 أَمَانٌ / لِسَانٌ / ضَمَانٌ Aman / Lisan / Asuransi 


Bagaimana cara mengetahui bahwa huruf alif dan nun ini tambahan ? Jawab: Dengan cara mengambil huruf alif dan nun dari isim tersebut kemudian apabila setelah diambil sisa hurufnya hanya dua berarti alif dan nun bukan tambahan sebab tidak ada kata dasar fi’il maupun isim yang memiliki dua huruf. Namun apabila setelah diambil masih tersisa 3 atau lebih, maka boleh mengambil dua opsi yaitu menganggap huruf alif atau nun sebagai tambahan dan atau menganggapnya asli.


 Contoh opsi1: Menganggap huruf alif atau nun sebagai tambahan حَمْدَانُ / فَرْحَانُ Kita ambil alif dan nun dr kedua isim diatas. Hasilnya حمد / فرح yaitu bentuk fi’il yang bermakna memuji dan gembira. حَسَّانُ / عَفَّانُ / حَيَّانُ Kita ambil alif dan nun dr ketiga isim diatas. Hasilnya عَفّ / حَسّ / حَيّ yaitu bentuk fi’il yang bermakna rasa/apik/hidup. Dengan begitu alif dan nun pada ketiga isim ini merupakan tambahan dan masuk ghoir munsharif 


Contoh opsi2: Menganggap alif atau nun pada ketiga isim diatas bukan merupakan tambahan apabila mengembalikan kata dasar ketiganya dari حسن، عفن، حين yang bermakna (Baik, Busuk dan periode). Dengan demikian keluar dari ghoir munsharif Namun tetap perlu diperhatikan untuk mengutamakan kata dasar yang cocok atau maknanya sesuai. Misalkan عثمان بن عفان kata ‘affan tdk pantas apabila dikembalikan ke bentuk asal عفن sebab secara makna tdk pantas dinisbatkan kepada arti nama bapak sayyidina utsman. Jadi yang tepat dan pantas yaitu menganggap alif dan nun pada kata عفان sebagai tambahan yang statusnya masuk ghoir munsharif. ” Point ini hanyalah pendapat pribadi antara pantas dan etika dalam menisbatkan arti jelek kepada nama seseorang”. 


Kenapa isim-isim di atas masuk kategori isim ghoir munsharif ? Jawab: Disebabkan dua alasan yaitu termasuk kategori isim ‘alam (‘Alamiyyah) dan juga termasuk isim yang memiliki penambahan dua huruf alif dan nun


 Contoh ‘irab:


 جَاءَ عُثْمَانُ / رأيتُ عُثْمَانَ / مررتُ بِعُثْمَانَ


 عُثْمَانُ : فاعل مرفوع وعلامة رفعة الضمة الظاهرة على آخره

 عُثْمَانَ : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة على آخره

 بِعُثْمَانَ : اسم مجرور بحرف الجر وعلامته الفتحة الظاهرة نيابة عن الكسرة لأنه ممنوع من الصرف للعلمية والزيادة 


Terkait isim-isim ini ibnu malik berkata:


 كَذَاكَ حَاوِى زَائِدَىْ فَعْلاَنَا # كَغَطَفَانَ وَكَأَصْبِهَانَا 


Isim alam yang diakhiri huruf ziyadah alif nun berlaku hukum ghoir munshorif  seperti lafadz غَطَفَانَ dan اَصْبَهَانَ 


c). Nama-nama ‘ajami (nama yang bukan berasal dari bahasa arab) Berikut ketentuanya: Sebelum dijadikan nama dalam bahasa arab, nama tersebut asli untuk nama manusia. 


Contoh


 يوسف / إبراهيم / مرقص – جوزيف – فكتور 

(Yusuf /Ibrahim /Markus / Jousef / Victor dll). Namun apabila sebelum dijadikan nama dalam bahasa arab bukan asli nama manusia, maka tidak termasuk ghoir munsharif. Misalkan ‘Teko’ di indonesia nama ini untuk benda mati lalu sama orang arab dijadikan nama orang (‘alam). Contoh lain seperti kata بندار (Dalam bahasa Persia yang berarti penjual logam) dan قالون (dalam bahasa Romania yang berarti sesuatu yang baik). Kedua kata ini merupakan Jenis (bukan nama orang) kemudian kedua kata ini dijadikan nama manusia oleh orang arab, maka tidak termasuk ghoir munsharif. (Ini menurut sebagian pendapat). Sedangkan menurut pendapat lain “Baik berasal dari nama manusia maupun bukan, apabila sudah dijadikan sebuah nama (‘alam) dalam bahasa arab, maka dia termasuk isim ghoir munsharif. 


Contoh ‘irab:




 جَاءَ إِبْرَاهِيْمُ / رأيتُ إِبْرَاهِيْمَ / مررتُ بِإبْرَاهِيْمَ

 إِبْرَاهِيْمُ : فاعل مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على

 آخره

 إِبْرَاهِيْمَ : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة على آخره

 بِإبْرَاهِيْمَ : اسم مجرور بالباء وعلامة جره الفتحة نيابة عن الكسرة لأنه ممنوع من الصرف للعلمية والعجمية 


Lihat perluasan; عباس حسن، النحو الوافي , ج٤, ص ٢٤٤ 


Isim ‘ajam yang lebih dari 3 huruf Contoh:

 يوسف / إبراهيم / إسماعيل / إسحاق / يعقوب 


Dengan begitu, sesuai pendapat mayoritas bahwa nama yang hanya memiliki 3 huruf meskipun ‘ajam (bukan asal arab) tidak termasuk ghoir munsharif seperti هود / نوح / لوط (Hud, Nuh, luth). 


Contoh ‘irab:


 جَاءَ نُوْحٌ / رأيتُ نُوْحًا / مررتُ بِنُوْحٍ

 نُوْحٌ : فاعل مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة على آخره نُوْحًا : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة على آخره

 نُوْحٍ : اسم مجرور بالباء وعلامة جره الكسرة الظاهرة على آخره 


Terkait pasal isim ‘alam ‘ajami, ibnu malik bernadzam:


 وَالْعَجَمِيُّ الوَضْعِ وَالتَّعْرِيفِ مَعْ # زَيْدٍ عَلَى الثَّلاَثِ صَرْفُهُ امْتَنَعْ 


Isim ‘alam yang lafadznya ‘ajam serta lebih dari 3 huruf itu berlaku ghoiru munshorif Tambahan: Semua nama malaikat termasuk isim ghoir musharif kecuali malaikat مَالِك / مُنْكَر / نَكِير (Malik, munkar, Nakir) Semua nama para nabi termasuk isim ghoir munsharif dengan alasan masuk isim ‘alam dan ‘ajami kecuali محمدا، وصالحا، وشعيبا، وهودا، ولوطا، ونوحا (Muhammad, Shaleh, Tsu’aib, Hud, Luth dan Nuh). Untuk nama مُوْسَى (Musa) apabila yang dimaksud adalah Nabi Musa “alaihisalam, maka termasuk isim ghoir munsharif. Adapun apabila yang dimaksud adalah pisau cukur, maka boleh munsharif atau ghoir munsharif 


d). Nama-nama yang berasal dari wazan fi’il 


seperti يَزِيْدُ (Yaziid), أحْمَدُ ( Ahmad), إثمد(Itsmad), أبلم (Ablam) dll. Alasan isim-isim ini masuk isim ghoir munsharif sebab dua alasan yaitu termasuk kategori isim ‘alam (‘Alamiyyah) dan termasuk kategori isim yang diambil dari bentuk fi’il.


 e). Nama-nama yang berasal dari perubahan bentuk asli/ ‘udul ‘Udul dalam istilah ilmu nahwu adalah perubahan bentuk suatu isim secara lafadz yang dengan adanya perubahan tersebut secara kaidah merubah status hukum ‘irab dari munsharif menjadi ghoir munsharif Kriteria ‘udul: Tanpa merubah makna asli Tanpa merubah posisi huruf Tanpa merubah harkat dengan tujuan takhfif Tanpa tashgir dengan tujuan menghina ‘Udul semata-mata merupakan sima’i (dari arabnya). Contoh seperti nama عُمَرُ (Umar) hasil ‘udul dari kata عَامِر (aamir). Berikut isim-Isim yang termasuk ghoir munsharif dengan dua alasan sebab termasuk ‘Alamiyyah’ dan termasuk ‘Udul.

Nama-nama murakkab (rangkap) Selanjutnya isim-isim yang termasuk ghoir munsharif dengan dua ‘ilat (penyebab) yaitu sebab ‘Alamiyyah (nama orang) dan sebab merangkap (murakkab) Isim isim murakabbah memiliki banyak jenis seperti murakkab mazji, isnadi, idhafi, ‘adadi, haali, dzharfi. Adapun untuk jenis murakkab yang masuk kategori ghoir munshari yaitu murakkab mazji Murakkab mazji adalah gabungan dua nama dari nama berbeda makna menjadi satu nama, baik nama orang atau tempat. Ketika dua nama ini dijadikan satu, pada umumnya untuk nama yang pertama berakhiran harokat fathah atau sukun contoh:

 بُرْ + سَعِيْدُ = بُرْسَعِيْدُ نِيُوْ + يَرَكُ = نِيُوْيَرَكُ جَرْدَنْ + سِتِي = جَرْدَنْسِتِي خَالُ + وَيْهِ = خَالُوَيْهِ سِيْبَ + وَيْهِ = سِيْبَوَيْهِ حَضْرَ + مَوْتُ = حَضْرَمَوْتُ بَعْلَ + بَكَ = بَعْلَبَكَ


 Nama kota di mesir / Nama kota di amerika / Nama tempat / Nama kota di Iran /Nama imam nahwu/ Nama kota di Yaman / Nama kota di Libanon Hukum ‘irab murakkab mazji Pendapat pertama: Isim pertama tidak dihukumi ‘irab apapun baik mu’rab maupun mabni. Artinya harokat akhir isim pertama sama seperti sebelum disatukan baik fathah maupun sukun. Lalu untuk Isim kedua dihukumi ghoir munsharif (Marfu’ dengan dhammah, Manshub dengan fathah dan Majrur dengan fathah pengganti kasrah dan tidak bertanwin) 


Contoh dalam kalimat:

 غَادَرْنَا “نِيُوْيَرَكَ قَاصِدِيْنَ إلى “بَعْلَبَكَ“؛ ثُمَّ نَتَّجِهُ إلى بُرْسَعِيْدَ وَ كَانَتْ “بُرْسَعِيْدُ” جميلةً


 Kita meninggalkan Newyork bermaksud menuju kota Ba’labak dan setelahnya akan menuju kota Portsaid. Kota Portsaid ternyata indah.


 نيويرك: مفعول به منصوب وعلامته الفتحة 

بعلبك : اسم مجرور وعلامته الفتحة نيابة عن الكسرة لأنه ممنوع من الصرف 

برسعيدُ : اسم كان مرفوع وعلامته الضمة 


Pendapat kedua: Isim pertama menjadi mudhaf yang harokat akhirnya sesuai posisinya dalam kalimat, dan Isim kedua sebagai mudhaf ilaih yang boleh masuk munsharif atau ghoir munsharif. Dengan begitu dalam penulisanya memakai spasi

Contoh:

نِيُوْ يَرَكَ / نِيُوْ يَرَكِ بُرْ سَعِيْدَ / بُرْ سَعِيْدِ بَغْلُ بَكَ / بَغْلُ بَكِ كَانَتْ بَغْلُ بَكِ جَمِيلةً / كَانَتْ بَغْلُ بَكَ جَمِيلةً ⁦ زُرْتُ بَغْلَ بَكِ / بَغْلَ بَكَ ⁦⁦ نَحْنُ نَتَّجِهُ إِلَى بَغْلِ بَكِ / بَغْلِ بَكَ⁦

Catatan: Setiap isim murakkab berakhiran kata وَيْهِ seperti سبويه / نفطوَيْهِ / خالوَيْهِ hukum harokat akhirnya mabni kasrah.

Contoh ‘irab:

جَاءَ سِبَوَيْهِ / رأيتُ سِبَوَيْهِ / مررتُ بِسِبَوَيْهِ

سِبَوَيْهِ ١ : اسم مبني على الكسر في محل الرفع فاعل فهو مركب مزاجي ممنوع من الصرف سِبَوَيْهِ

٢ : اسم مبني على الكسر في محل النصب مفعول به فهو مركب مزاجي ممنوع من الصرف

سِبَوَيْهِ ٣ : اسم مبني على الكسر في محل الجر اسم مجرور بالباء فهو مركب مزاجي ممنوع من الصرف

kata سِبَوَيْهِ berasal dari سِيْبَ (bahasa persia) yang berarti apel (تُفَّاحٌ) dan وَيْهِ yang berarti aroma (رائحة) ‘Aroma Apel Kata ini masuk kategori ghoir munsharif apabila yang dimaksud adalah sibawaih ulama nahwu. Adapun jika yang dimaksud adalah sibawaih lain, maka masuk mutasharif dan boleh bertanwin. Pasal Murakkab secara detail insya allah dibahas pada materi khusus. Lihat: عباس حسن، النحو الوافى، ج٤, ص٢٨٨ Terkait pasal ghoir munsharif sebab murakkab, imam Malik berkata: وَالعَلَمَ امْنَعْ صَرْفَهُ مُرَكَّبَا # تَرْكِيبَ مَزْجٍ نَحْوُ مَعْدِي كَرِبَا Isim ‘alam dari kelompok tarkib majzi bisa mencegah kemunshorifan isim seperti مَعْدِي كَرِبَا


 Isim Sifat Kelompok kedua yang masuk kategori ghoir munsharif sebab dua ‘ilat adalah Isim Sifat Isim sifat mencakup semua isim yang mengandung kata sifat dengan tiga kriteria sebagai berikut; 


a. Kata sifat yang memiliki dua huruf tambahan alif dan nun berwazan فَعْلَانُ Contoh: غَضْبَانُ / عَطْشَانُ / سَكْرَانُ Marah/haus/mabuk Mayoritas Ulama Nahwu mensyaratkan sifat berwazan فَعْلَانُ bukan yang bentuk muannatsnya berwazan فَعْلاَنَةُ (penambahan ta’ ta’nits marbuthah) sebab sifat-sifat berwazan فَعْلَانُ khusus mudzakkar. Mudzakkar: غَضْبَانُ / عَطْشَانُ / سَكْرَانُ 

Muannats: غَضْبَى / عَطْشَى / سَكْرَى


 Namun meskipun begitu, dalam kamus klasik maupun kontemporer kita temukan bentuk muannats dari wazan فَعْلاَن bisa فَعْلاَنَةُ dan فَعْلَى غَضْبَانُ – غَضْبَانَةُ / عَطْشَانُ – عَطْشَانَة/ سَكْرَانُ – سَكْرَانَة Hal ini sesuai dengan keputusan hasil kongres ‘Majma’ Buhuts Al-Lughah Al Arabiyyah’ yang diselenggarakan di Bagdad pada tahun 1965 bahwa boleh bentuk muannats dari wazan فَعْلاَن menjadi berwazan فَعْلاَنَةُ yang merupakan bahasa bani asad Contoh: رَجُلٌ غَضْبَانُ / امرأة غَضْبَانَةُ رَجُلٌ غَضْبَانُ / امرأة غَضْبَى Terkecuali sifat yang khusus untuk Mudzakkar seperti لَحْيَانُ tidak memiliki bentuk muannats رجلٌ لَحْيَانُ Lelaki jenggot panjang 


Pertanyaan; Apa alasan lafadz غَضْبَانُ / عَطْشَانُ / سَكْرَانُ masuk kategori isim ghoir munsharif? Jawab: Sebab memiki dua ‘illat (alasan) yaitu washfiyyah (sifat) dan berakhiran huruf alif nun قال ابن مالك : وَزَائِدَا فَعْلاَنَ فِى وَصْفٍ سَلِمْ # مِنْ اَنْ يُرَى بِتاَءِ تَأْنِيْثٍ خُتِمْ


 Isim sifat yang mengikuti wazan فَعْلاَنَ yang mu’anatsnya tidak diakhiri ta’ ta’nits itu berlaku ghoiru munshorif.


2. Kata sifat yang menyerupai wazan fi’il berwazan أَفْعَلَ yang bentuk muannatsnya berwazan فُعْلاَءُ dan فَعْلَاءُ atau فَعْلَى (isim tafdhil) 

Contoh:


 Mudzakar: أَحْسَنُ / أَفْضَلُ / أَدْنَى / أَحْمَرُ / أَبْيَضُ 


Muannats: حُسْنَى / فُضْلَى / دُنْيَا / بَيْضَاءُ / حَمْرَاءُ Isim-isim seperti diatas masuk kategori ghoir munsharif dengan ketentuan bentuk muannatsnya tidak diakhiri Ta’ ta’nist marbuthah 

seperti أَرْمَلُ (Mudzakkar), 

أَرْمِلَةُ (Muannats) Yang fakir (lk/pr). 


قال ابن مالك وَوَصْفٌ أَصْلِىٌّ وَوَزْنُ أَفْعَلاَ # مَمْنُوعَ تَأْنِيثٍ بِتَا كَأَشْهَلاَ


 Isim sifat asli yang ikut wazan اَفْعَلَ yang mu’anatsnya tidak diakhiri ta’ ta’nits maka berlaku ghoiru munshorif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar