Minggu, 29 November 2020

Pembagian dan Jenis Badal

 Jenis/Pembagian Badal


 قال ابن مالك مُطَابِقَاً أَو بَعْضَاً أَو مَا يَشْتَمِل عَلَيْهِ يُلفَى أَو كَمَعْطُوفٍ بِبَل. 


1. Badal Muthabiiq


 (مُطَابِق) وهو بَدَلُ الشيء مما هو مُطابقُ له 


Badal Muthabiiq atau disebut juga Kul Min Kul ( كل مِنْ كل) adalah Badal yang memiliki tingkat kesamaan dan kesetaraan dengan Mubdal Minhu Perhatikan contoh-contoh berikut:


 الطَّبِيْبُ خَالدٌ يُعَامِلُ المَرضَى مُعَامَلَةً حَسَنَةً 


Seorang dokter yaitu (Kholid) memperlakukan Fasien dengan baik.


 الطَّبِيْبُ : مبدل منه + مبتدأ مرفوع خَالدٌ : بدل مطابق مرفوع اِحْتَرَمَ زَيْدٌ أُسْتَاذَهُ خَالِدًا 


Zaid menghormati gurunya yaitu (Kholid) أُسْتَاذَ : مبدل منه + مفعول به منصوب خَالِدًا : بدل مطابق منصوب _________ 


أَنَا سَأَزُوْرُ إِلَى جَاكَرْتَا مَعَ الصَّدِيْقِ خَالِدٍ 


Aku akan berkunjung ke Jakarta bersama seorang kawan yaitu (Kholid).


 الصَّدِيْقِ : مبدل منه + مجرور خَالِدًا : بدل مطابق مجرور 2. 


2.Badal Ba’du Min Kul 


( بعض من كل )

 وهو الذي يكون فيه البدل جزءاً حقيقياً من المبدل منه وهو بدل الجزء من الشيء كله 


Badal ba’du minkul adalah badal yang merupakan bagian pokok dari stuktur yang dimiliki oleh Mubdal Minhu, baik bagian ini hanya separuh kecil, besar atau bahkan sama rata. Perhatikan contoh-contoh berikut:

 تَصَدَّقْتُ المالَ نِصْفَهُ 

Aku bersedekah harta 1/2 nya. 

Setengah adalah bagian dari pada harta

 المالَ : مبدل منه + مفعول به منصوب

 نِصْفَ : بدل بعض من كل، منصوب + مضاف

 الهاء : مضاف إليه


 فَحَصَ الطَّبِيْبُ المَرِيْضَ أَسْنَانَهُ

 Seorang dokter memeriksa fasien yaitu (giginya). Gigi adalah bagian pokok dari apa yang ada pada tubuh yang dimiliki fasien. المَرِيْضَ : مبدل منه + مفعول به منصوب

 أَسْنَانَ : بدل بعض من كل، منصوب + مضاف

 الهاء : مضاف إليه


 تسَلَّمَ خَالدٌ على أَهْلِ القَرْيَةِ زَعِيْمِهِمْ 


Kholid bersalaman kepada penduduk kampung yaitu (pemimpin mereka). Pemimpi adalah bagian dari pada penduduk kampung


 أَهْلِ : مبدل منه,مجرور + مضاف

 القَرْيَةِ : مضاف إليه مجرور

 زَعِيْمِ : بدل بعض من كل، مجرور + مضاف

 هِمْ : بدل بعض من كل، منصوب + مضاف إليه _______


 أُعْجِبْتُ بِالسَّيَّارَةِ لَوْنِهَا 

Aku kagum dengan mobil ini yaitu kagum dengan (warnanya). Warna adalah bagian dari apa yang dimiliki oleh mobil.


 السَّيَّارَةِ : مبدل منه,مجرور

 لَوْنِ : بدل بعض من كل، مجرور + مضاف

 الهاء : مضاف إليه ________ 


Pada umumnya, pada badal ba’du minkul harus terdapat dhamir pengikat yang sesuai dengan Mubdal Minhu dari segi Mudzakar, Muannats dan jumlah bilanganya seperti pada ketiga contoh di atas. Namun boleh juga tidak menyertakan dhamir, apabila dianggap aman dari kesalahfahaman dan apabila memenuhi salah satu ketiga syarat berikut: 


●Apabila Badal Ba’du Minkul Ma’rifat dengan Alif Lam Contoh; إِذَا رَأَيْتَ وَالِدَكَ، قَبِّلْهُ اليَدَ Apabila kau melihat Ayahmu, kau cium-lah tanganya. Perhatikan Lafadz اليَدَ (Badal Ba’di Min Kul) namum tidak terdapat dhamir pengikut dengan Mubdal Minhu sebab sudah diganti dengan Alif Lam yang maknanya kembali kepada Ayah. Artinya, tangan adalah bagian dari yang dimiliki oleh Ayah. 

Ketiga susunan dibawah adalah benar.


 إِذَا رَأَيْتَ وَالِدَكَ، قَبِّلْهُ اليَدَ إِذَا رَأَيْتَ وَالِدَكَ، قَبِّلْهُ يَدَهُ ⁦⁩ إِذَا رَأَيْتَ وَالِدَكَ، قَبِّلْهُ اليَدَ مِنْهُ ⁦ 


●Apabila Badal Ba’du Min kul menjadi Badal dari Mubdal Minhu yang berada pada posisi Mustastna Minhu pada susunan Ististna Taam Manfi. Alasan tidak mesti memakai dhamir pengikat sebab Mustastna sudah merupakan bagian dari pada Mustasna Minhu.

 Contoh;

 مَا قَامَ الطُّلاَبُ إِلاَّ وَاحِدٌ مَا قَامَ الطُّلاَبُ إِلاَّ وَاحِدًا ⁦ 


Jadi dalam hal kedudunya ‘Irabnya boleh dua. Dijadikan Badal dan mengikuti ‘Irab Mundal Minhu atau dijadikan Mustastna yang dikecualikan dengan Illa إلا 


●Apabila setelah Badal Ba’du Min kul terdapat lafadz (kata) yang masih merupakan bagian dari pada Mubdal Minhu 

Contoh:

 الكَلِمَةُ ثَلاَثَةُ أَقْسَامٍ اسْمٌ وَ فِعْلٌ وَ حَرْفٌ 

Kalimat memiliki 3 bagian Isim, Fi’il dan Huruf. Lafadz اسْمٌ adalah Badal Ba’du Min Kul (bagian) dari lafadz ثَلاَثَةُ dimana setelahnya terdapat lafadz فِعْلٌ dan حَرْفٌ yang keduanya masih merupakan bagian dari pada Lafadz ثَلاَثَةُ. Jadi dalam kasus seperti ini tidak mesti ada dhamir pengikat. 


Lihat Referensi: عباس حسن، النحو الوافي، ج٣, ص ٦٦٨ 3. Badal Isytimal ( بدل الاشتمال ) وهو بدل الشيء مما يتضمنه ويشتمل عليه، شريطة ألا يكون جزءاً حقيقيا من أجزاء المُبدل منه 


3.Badal Isytimal adalah badal yang bukan merupakan bagian pokok dari stuktur yang dimiliki Mubdal Minhu. (kebalikan dari Badal Ba’du Min Kul) 

Contoh:

 أَعْجَبَنِي خَالِدٌ شَجَاعَتُهُ 

Kholid membuatku kagum (keberanianya). Berani adalah sesuatu yang bukan pokok pada tubuh Kholid sebagaimana kepala, tangan dan mata. Namun sifat tambahan yang dimiliki Kholid.

 خَالِدٌ : مبدل منه + فاعل مرفوع

 شَجَاعَتُهُ : بدل الاشتمال مرفوع + مضاف

 و الهاء : مضاف إليه


 ________ أَعْجَبتْنِي الوَرْدَةُ رَائِحَتُهُا 


Bunga ini membuatku kagum (aromanya). Aroma bukan merupakan pokok yang dimiliki setiap bunga seperti halnya warna, sebab banyak juga bunga yang tidak beraroma namun tetap memiliki warna.

 الوَرْدَةُ : مبدل منه + فاعل مرفوع

 رَائِحَتُهُا : بدل الاشتمال مرفوع + مضاف

 و الهاء : مضاف إليه


 Terkait dhamir pengikat yang nempel pada Badal isytimal, ketentuanya sama seperti Ba’du Min Kul yaitu boleh diganti dengan Alif Lam Contoh:

 قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (٤) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ(٥). سورة البروج 

Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. Yaitu parit yang didalamnya berapi dengan kayu bakar. Lafadz النَّارِ adalah badal Isytimal makrifat dengan Alif Lam sebagai ganti dari pada dhamir Pengikat.

 تقدير : نار فيه ذات الوقود. 


4.Badal Mubaayanah


 (مباينة) وهو إبدال الشيء مما يغايره (يخالفه) بحيث لا يكون مطابقاً له في المعنى 


Badal Mubaayanah atau disebut juga Mughaayarah adalah badal yang memiliki fungsi meralat Mubdal minhu dengan alasan kesalahan, lupa atau memalingkan. Biasanya ini terjadi dalam ucapan (bukan tulisan) Badal seperti ini dikelompokan menjadi tiga kategori:


 a. Badal Gholat


 (بدل الغلط) يُذكرُ المبدلُ منه خطأً، ويأتي البدلُ ليُصَوّبَ الخطأَ 


Badal Gholat adalah badal yang berfungsi meralat kesalahan Mubdal Minhu 

Contoh:

 زُرْتُ اليَوْمَ إِلَى بَيْتِ خَالِدٍ – زُرْتُ اليَوْمَ إِلَى بَيْتِ زَيْدٍ 


Hari ini aku berkunjung ke rumah kholid. Diralat dengan berkunjung ke rumah zaid. Hal ini semata-mata disebabkan kesalahan menyebut dan tidak bermaksud seperti itu.

 بَيْتِ خَالِدٍ : مبدل منه مجرور بحرف الجر + مضاف و مضاف إليه

 بَيْتِ زَيْدٍ : بدل الغلط مجرور بحرف الجر


 b. Badal Nisyan


 (بدل النسيان) يذكر فيه المبدل منه قصدا ويتبين للمتكلم فساد قصده 


Badal Nisyan adalah badal yang berfungsi meralat maksud dari Mubdal Minhu disebabkan lupa 

Contoh:

 صَلَيْتُ أَمْسِ العَصْرَ فِي المَدْرَسَةِ – صَلَيْتُ أَمْسِ المغْرِبَ فِي المَدْرَسَةِ 

Kemarin aku sholat Ashr di sekolah – diralat dengan sholat Maghrib. Kata Ashr pada awalnya adalah yang dimaksud, namun sebab lupa waktu pastinya, kemudian diralat dengan Maghrib.

 العَصْرَ : مبدل منه + مفعول به منصوب

 المغْرِبَ : بدل النسيان منصوب 


c. Badal Idhrab

 (بدل الإضراب)

 وهو الذي يذكر فيه المبدل منه قصدا. ولكن ينصرف عنه ويتركه 


Badal Idhrab adalah badal yang berfungsi memalingkan maksud dari Mubdal Minhu. Contoh:

 اِذْهَبْ إِلَى المَدْرَسَةِ رَاكِبًا الدَّرَّاجَةَ – اِذْهَبْ إِلَى المَدْرَسَةِ رَاكِبًا السَّيَّارَةَ 

Pergilah ke sekolah naik sepeda. Diralat dengan naik mobil. Memalingkan dari naik sepeda lalu diganti dengan naik mobil, secara tersirat mengandung larangan menaik sepeda meskupun tidak terdapat Nahyi secara dzahir. الدَّرَّاجَةَ : مبدل منه + مفعول به منصوب

 السَّيَّارَةَ : بدل الإضراب منصوب 


Catatan

¤ Pada ketiga Badal ini (Gholat, Nisyan dan Idhrab) tidak disyaratkan terdapat Dhamir Pengikat antara Badal dan Mubdal Minhu) 


¤ Untuk membedakan Badal Ghalat dan Idhrab cukup mudah. Apabila Mubdal Minhu disebut dengan tanpa maksud (alasanya samata-mata karena kesalahan), maka dia Badal Ghalat. Namun apabila disebut dengan sengaja dimaksud (bukan kesalahan) lalu dipalingkan, maka dia Badal Idhrab.


 قال ابن مالك وَذَا لِلاضْرَابِ اعْزُ إِنْ قَصْدَاً صَحِبْ وَدُونَ قَصْدٍ غَلَطٌ بِهِ سُلِبْ _______ 


Sebagian Ulama ada yang menambahkan selain ke 4 badal di atas yang disebut dengan Badal Kul Min Ba’di (بدل الكل من البعض) yaitu Pengganti keseluruhan dari sebagian. 


Contoh:


 فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ شَيْئًا(٦٠) جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ (٦١). سورة مريم 


Lafadz الْجَنَّةَ adalah Mubdal Minhu dan Lafadz جَنَّاتِ adalah Badal Kul Min Ba’di. 


Lihat Referensi: عباس حسن،النحو الوافي، ج٣، ص ٦٧٤ 


Definisi Definisi dan fungsi Badal

 Perluasan Masalah Badal


 Mafhum Badal (مفهوم البدل) Pada materi badal terdapat dua istilah yaitu Badal (بدل) sebagai pengganti/pengikut dan Mubdal Minhu (مُبْدَلٌ مِنْهُ) sebagai yang diganti/diikuti Perhatikan contoh berikut:


 جَاءَ النَّاجِحُ إِلى بَيْتِي


 Seorang yang sukses telah datang ke rumahku رَأَيْتُ التَّاجِرَ 


Aku melihat seorang pedagang.


 Ketika seseorang mendengar dua kalimat di atas, pasti merasa ada sesuatu yang belum sempurna sebab tidak jelas siapa yang dimaksud dengan “seorang yang sukses” dan “seorang pedagang“. Disini Badal berperan untuk memperjelasnya. Misalkan kita tambahkan lafadz خَالد dan زَيْد (sebagai Badal), maka semuanya terlihat jelas bahwa yang dimaksud orang sukses dan pedagang tersebut adalah Kholid dan Zaid.


 جَاءَ النَّاجِحُ إِلى بَيْتِي خَالِدٌ 


Seorang yang sukses yaitu (Kholid) telah datang ke rumahku


 النَّاجِحُ : مبدل منه / متبوع + فاعل خَالِدٌ : بدل / تابع رَأَيْتُ التَّاجِرَ زَيْدًا 


Aku melihat seorang pedagang yaitu (Zaid) التَّاجِرَ : مبدل منه / متبوع + مفعول به زَيْدًا : بدل / تابع 


Definisi Badal


 (تعريف البدل) هو اللفظ التابع المقصود وحده بالحكم نسب إلى تابعه من غير أن تتوسط بينهما في الأغلب واسطة لفظية


 قال ابن مالك التَّابعُ المَقْصُودُ بالْحُكْمِ بلا # وَاسِطَةٍ هُوَ المُسَمَّى بَدَلا 


  Badal adalah lafadz yang mengikuti lafadz Mubdal Minhu yang berperan sebagai objek atau target yang dimaksud dari Mubdal Mihu. Pada umumnya antara badal dan mubdal minhu tidak terdapat perantara. Maksud perantara di sini yaitu sesuatu yang menghubungkan antara Badal dan Mubdal Mihu. Hubungan keduanya tidak seperti yang terjadi pada ‘Athaf Nasaq yang diperantarai dengan Huruf ‘Athaf. Ini dilihat dari keumuman. Adapun apabila posisi Mubdal Minhu berada pada tempat Majrur dengan Huruf Jar, maka badal boleh diperantarai dengan cara mengulangi huruf Jar tersebut. Contoh:


 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا 


Dhamir لَكُمْ dan عَلَيْنَا pada kedua Ayat AlQuran di atas adalah Mubdal Minhu yang menempati posisi Majrur dengan Huruf Jar. Lalu kedua lafadz لِمَنْ dan لِأَوَّلِنَا sebagai badal. Keduanya sama-sama didahului huruf Jar seperti pada mubdal minhu.

 Contoh Badal;


 كَانَ رَئِيْسُ اِتِّحَادِ الطَّلَبَةِ خَالِدٌ صَادِقًا وَ عَادِلاً 


Ketua senat mahasiswa (kholid) dia jujur dan adil. Lafadz رَئِيْسُ adalah mubdal minhu dan lafadz Kholid sebagai Badal Contoh ‘Irab:


 كَانَ : فعل ناقص / ناسخ رَئِيْسُ : اسم كان + مبدل منه + مضاف اِتِّحَادِ : مضاف إليه الطَّلَبَةِ : مضاف إليه خَالِدٌ : بدل صَادِقًا : خبر كان + معطوف عليه وَ : حرف عطف عَادِلاً : معطوف 


Fungsi Badal

 ¤ Memperjelas dan memperkuat makna Mubdal Minhu 

¤ Membatasi kemungkinan lahirnya multi tafsir dari yang dimaksud dengan Mubdal Minhu Pada umumnya, ketika fungsi dari pada Badal ini adalah untuk memperkuat, maka kedua lafadz badal dan Mubdal Minhu harus dari lafadz berbeda. Meskipun ada juga dari lafadz yang sama, namun sedikit. Seperti pada Surah Al-Fatihah. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ. سورة الفاتحة ٦-٧ Terjemah: Tunjukilah kami jalan yang lurus (6). Yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Lafadz الصِّرَاطَ pertama adalah Mubdal Minhu dan الصِّرَاطَ kedua adalah Badal Muthabiiq Adapun apabila keluar dari fungsi di atas (tidak berfaidah memperjelas), maka sama sekali tidak dikatakan badal melainkan sebagai Taukid Lafdzi Seperti جَاءَ خَالدٌ خَالدٌ 


Lihat Referensi: عباس حسن، النحو الوافي، ج ٣, ص٦٦٤

Kamis, 26 November 2020

Keistimewaan wawu athof

 Keistimewaan Wawu ‘Athaf

 (Pendapat Mayoritas) 


》■Menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih pada ‘Amil (Fi’il) yang maknanya tidak sempurna apabila hanya memiliki satu Fa’il. Seperti fi’il yang mengandung makna musyarakah

 تَقَاتَلَ / تَعَاوَنَ / تَشَاركَ 


Contoh: 

…تَقَاتَلَ النَّمِرُ Harimau saling membunuh… Maknanya kurang lengkap karna harimau belum ada lawan. Disini Wawu ‘Athaf berperan istimewa karna hanya dia yang bisa dijadikan ‘athaf.

 تَقَاتَلَ النَّمِرُ وَ الفِيْلُ Harimau dan gajah saling membunuh 


》■Menjadi penghubung Ma’tuf yang ‘Amilnya dibuang 

Contoh:

 قَضَيْنَا فِي الحَدِيْقَةِ يَوْمًا سَعِيْدًا أَكَلْنَا أشهَى الطَعَامِ، وَأَطْيَبَ الفَاكِهَةِ، وَأَعْذَبَ المَاءِ 

Kita menghabiskan hari bahagia di taman, kita makan makanan lezat (dan) buah enak (dan) air tawar. ‘Amil pada Ma’mul kalimat (وأطيب الفاكهةِ) sama dengan ‘Amil pada kalimat (أشهَى الطَعَامِ) yaitu Fi’il (أَكَلْنَا) hanya dibuang diperkirakan. Maka dari itu, Wawu ‘Athaf berperan istimewa dalam menghubungkan Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih ketika ‘Amilnya dibuang.

 Kalimat lengkapnya sperti ini:

 قَضَيْنَا فِي الحَدِيْقَةِ يَوْمًا سَعِيْدًا أَكَلْنَا أشهَى الطَعَامِ، وَ ا كلْنَا أَطْيَبَ الفَاكِهَةِ، وَأَعْذَبَ المَاءِ 


Pertanyaanya: ‘Athaf kalimat وأَعْذَبَ المَاءِ ke lafadz yang mana، apakah ‘Amilnya sama dengan kalimat sebelumnya ? Jika melihat ketentuan di atas, bahwa Wawu ‘athaf boleh menghubungkan banyak Ma’tuf dan yang menjadi Ma’tuf ‘Alaih hanyalah Lafadz yang paling depan. Maka seharusnya untuk Ma’tuf ‘Alaih kalimat (وَأَعْذَبَ المَاءِ) adalah kalimat ( أشهَى الطعامِ ) karena lafadz ini berada diurutan paling depan. Namun ini akan merusak makna sebab jika di’athafkan kepada kalimat tersebut, otomatis untuk ‘amilnya juga dengan lafadz yang sama yaitu (أكل). Ini tidak tepat sebab air bukan untuk dimakan melainkan diminum. Mayoritas Ulama: ” ketika ‘Amil pada Ma’tuf ‘Alaih tidak sejalan dengan ‘Amil pada Ma’tuf, maka disana terdapat ‘Amil yang dibuang dengan memperkirakan makna yang sesuai. Untuk perkiraan contoh di atas yaitu وَشَرَبْنَا أَعْذَبَ المَاءِ 


》■Huruf ‘Athaf Wawu boleh dibuang sekiranya dianggap aman dari terjadinya keraguaan atau ketidak jelasan kalimat.

 Contoh: زُرْتُ أَقَارِبِي فِي جَاكَرْتَا، وَقَابَلْتُ مِنْهُمْ: العَمَّ، وَالعَمَّةَ، الخَالَ، الخَالَةَ، أَبْنَاءَهُمْ Aku mengunjungi kerabat di Jakarta dan bertemu paman dan bibi, om, tante, anak-anak mereka. Contoh lain: قَرَأْتُ اليومَ: الصُّحُفَ اليَوْمِيَّةَ، المَجَلاَّتِ، الرَّسَائِلَ، الأَخْبَارَ Hari ini aku membaca koran harian, majalah, surat, berita. 


》■Menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih yang keduanya memiliki arti sama (sinonim) dengan maksud mempertegas. 

Contoh:

 قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ. يوسف ٨٦ 


Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan (dan) kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. Lafadz بَثِّي dan حُزْنِي adalah dua kata yang sama arti meskipun ketika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia sedikit berbeda. 


》■Menjadi penghubung Ma’tuf Nakirah dan Ma’tuf ‘Alaih Makrifat. 


Contoh:

 رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. نوح ٢٨ 

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. Kalimat وَلِوَالِدَيَّ makrifat sebab idhafat kepada ي mutakkalim dan kalimat وَلِمَنْ دَخَلَ Nakirah. 


》■Menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih yang keduanya berpola negatif (didahului nafyi) 

Contoh:

 شُجَاعُ النَّفْسِ لاَ يُحِبُّ الجُبَنَ، وَلاَ الكَذِبَ، وَلاَ الرِّيَاءَ Jiwa pemberani tidak suka pengecut, bohong dan riya. 


》■Huruf ‘Athaf Wawu boleh terpisah (antara dia dan Ma’tufnya) oleh dzharaf atau huruf Jar Contoh:


 أينعتْ حديقتان؛ حديقةٌ أمام البيت، وخلفَه حديقةٌ 

وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا. سورة 

يس ٩ 

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

 مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا : معطوف عليه

 وَ : حرف العطف

 مِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا : معطوف على جملة ما قبلها 


》■Huruf ‘Athaf Wawu menjadi penghubung dalam kaidah hitungan 

Contoh:

 لِي سَبْعَةٌ وَثَلاَثُوْنَ كَتَابًا وَ خَمْسَةٌ وَأَرْبَعُوْنَ قَلَمًا 

Aku memiliki 37 buku dan 45 pena.



》■ Huruf ‘Athaf Wawu boleh berdampingan dengan Huruf ‘Athaf لكن 

Contoh:

 مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ. سورة الأحزاب ٤٠ 

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.


Cat : pada keterangan bab athf bahwa لكن yg hurufathof tidak boleh berbarengan wawu, lalu pada contoh diatas ternyata boleh, lantas لكن jenis apa?

pada kasus ini dalam kitab الجدول فىاعراب القرآن

ada perbedaan pendapat mengenai لكن

berikut redaksi text nya:


 - بعض أحكام لكن:

من المعلوم أن (لكن) المخففة هي حرف استدراك، وأحيانا تأتي عاطفة، وقد اختلف النحاة في نحو: (ما قام زيد ولكن عمرو) على أربعة أقوال:


ما قاله يونس: إن لكن غير عاطفة، والواو عاطفة مفردا على مفرد.


 ما قاله ابن مالك: إن (لكن) غير عاطفة، والواو عاطفة لجملة حذف بعضها على جملة صرح بجميعها. قال: فالتقدير في نحو: (ما قام زيد ولكن عمرو) ولكن قام عمرو. وفي (وَلكِنْ رَسُولَ اللَّهِ) ولكن كان رسول اللّه. وعلة ذلك، أن الواو لا تعطف مفردا على مفرد مخالف له في الإيجاب والسلب، بخلاف الجملتين المتعاطفتين، فيجوز تخالفهما فيه، نحو: قام زيد ولم يقم عمرو.


قال ابن عصفور: إن (لكن) عاطفة، والواو زائدة لازمة.


قال ابن كيسان: إن (لكن) عاطفة، والواو زائدة غير لازمة.



》■ Huruf ‘athaf wawu boleh berdampingan dengan ‘Athaf إِمَّا 

Contoh: نَجَحَ إِمَّا خَالدٌ، وَإِمَّا زَيْدٌ Telah lulus Kholid dan atau zaid .

Siapa yang berhak di’irab sebagai Huruf ‘Athaf ketika keduanya bergandengan seperti pada contoh diatas ( ولكن dan و إما ) ? jawabanya kurang lebih sama dg kasus لكن



》■Huruf ‘athaf wawu boleh menjadi pemisah antara ma’tuf dzharaf dan Ma’tuf ‘Alaih dzharaf ( lafadz بين ) 

Contoh:

 كَفَى بِالقَمَرِ شَاهِدًا بَيْنِي وَبَيْنَكَ 

Cukuplah rembulan menjadi saksi antara aku dan kau. 


》■Huruf ‘athaf wawu menjadi penghubung Ma’tuf yang menunjukan waktu lampau dan Ma’tuf ‘Alaih menunjukan waktu sekarang Contoh:

 كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. الشورى ٣ 

Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang sebelum kamu


 يُوحِي إِلَيْكَ : معطوف عليه يدل على وقت الحال وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ : معطوف يدل على وقت الماضى 


》■Huruf ‘Athaf Wawu tidak menjadi penghubung Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih jika keduanya berbeda pola (1 positif dan 1 negatif). Yang benar keduanya harus sama positif atau negatif 

Contoh:

 لاَ الشَّمْسُ طَالِعَةٌ وَالقَمَرُ لاَ الشَّمْسُ طَالِعَةٌ وَلَا القَمَرُ ⁦⁩ الشَّمْسُ طَالِعَةٌ وَ القَمَرُ 


Lihat referensi:
عباس حسن, النحو الوافي، ج٣, ص ٥٥٥ – ٥٧٠ _

Rabu, 25 November 2020

Definisi huruf athof dan makna huruf athof wawu

 Definisi ‘Athaf Nasaq


 (تعريف عطف النسق) هُوَ تَابِعٌ يَتَوَسَّطُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَتْبُوْعِهِ حَرْفٌ مِنْ حُرُوْفِ العَطفِ ” 


‘Athaf Nasaq adalah ta’bi yang mengikuti Matbu’ yang dihubungkan dengan Huruf ‘Athaf” 


Dalam stuktur kalimat ‘Athaf Nasaq terdapat tiga istilah pokok yang disebut dengan:

 (Huruf ‘Athaf), (Ma’tuf ‘Alaih) dan (Ma’tuf)


○ Ma’tuf ‘Alaih = Lafadz yang diikuti

○ Ma’tuf = Lafad yang mengikuti Huruf ○‘Athaf = Penghubung antara Ma’tuf ‘Alaih dan Ma’tuf 


Contoh:


 ذَهَبَ خَالدٌ وَ زَيْدٌ إِلَى المَدْرَسَةِ 


Kholid dan Zaid pergi ke Sekolah


 خَالدٌ : فاعل + معطوف عليه

 وَ : حرف عطف

 “زَيْدٌ : معطوف على “خَالد

 قال ابن مالك

 تَالٍ بحَرْفٍ مُتْبعٍ عَطْفُ النَّسَق #

 كَاخصُصْ بوُدٍّ وَثَنَاءٍ مَنْ صَدَقْ 



   Isim Tabi’ (yg mengikuti) dengan perantara Huruf ‘Athaf (antara Tabi’ dan Matbu’nya), seperti contoh “اُخصُصْ بوُدٍّ وَثَنَاءٍ مَنْ صَدَقْ “ “Istimewakan dengan kasih sayang dan pujian terhadap orang-orang yg jujur” Ma’tuf ‘Alaih dan Ma’tuf yang dihubungkan dengan Huruf ‘Athaf tidak hanya berlaku pada bentuk Mufrad (satuan) seperti contoh di atas. Namun banyak terjadi juga pada bentuk jumlah (kalimat). 


Jumlah Huruf ‘Athaf (عدد حروف العطف) 


Huruf yang digunakan sebagai penghubung antara Ma’tuf ‘Alaih dan Ma’tuf, semuanya berjumlah 9 huruf dan masing-masing memiliki spesifikasi khusus. 


Huruf-huruf tersebut adalah:

 الوَاو / الفَاء / ثُمَّ / أَوْ / أَمْ / لَكِنْ / لاَ / بَلْ / حَتَّى 


Huruf Wawu ( الواو ) = dan 


》■ Kandungan makna Mengandung arti bersama-sama dan berkumpul dalam satu waktu (مطلق الاشتراك والجمع). Berfungsi mengikat Ma’tuf ‘Alaih dan Ma’tuf keduanya berada dalam satu waktu yang sama.


 قال ابن مالك فاعْطِفْ بِوَاوٍ سَابِقَاً أَو لاَحِقَاً #  فِي الحُكْمِ أَو مُصَاحِبَاً مُوَافِقَاً 


“Hubungkanlah (Ma’tuf) dan (Ma’tuf ‘Alaih)dengan memakai Wawu dalam hal hukum atau bersamaan dan kesesuaian”. Contoh:

 وَصَلَ خَالدٌ وَ زَيْدٌ 

Kholid (dan/bersama) zaid telah sampai. Kholid dan Zaid sampai pada waktu bersamaan. Artinya, waktu sampainya mereka berdua tidak saling berurutan atau saling mendahului. 


》■Mengandung arti tartibi (urutan). Hal Ini terjadi ketika terdapat indikasi yang menunjukan adanya jarak waktu dalam kalimat ‘athaf dan ma’thuf.

 Contoh: وَصَلَ القِطَارُ وَالسَّيَّارَةُ بَعْدَهُ 

Kereta telah sampai (dan) mobil setelahnya

 قال تعالى: وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ 

“Dan sungguh kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim” Masa diutusnya Nabi Nuh dan Ibrahim tentu terjadi di zaman berbeda dan dalam jangka waktu panjang. 


》■Mengandung arti pilihan (تخيير). 

Hal ini terjadi ketika “Wawu ‘Athaf” terletak sebelum إِمَّا 

Contoh: اِذْهَبْ إلى المدرسةِ إِمَّا مَشْيًا وَإِمَّا رُكُوْبًا Pergi kau ke sekolah, baik sambil berjalan (dan) atau berkendara. 


》■Tidak mengandung arti sama sekali (tidak bersama-sama, tidak berurutan atau dan tidak juga saling mendahului) 

Contoh:

 حَضَرَتْ الطَّيَّارَةُ، وَ لَمْ تَحْضُرْ السَّيَّارَةُ Pesawat telah datang dan mobil belum. 



 Syarat dan Ketentuan Wawu ‘Athaf

: قال ابن مالك فاعْطِفْه بِواو سابقًا، أو لاَحِقًا # في

 الحُكْم، أَوْ مُصاحِبًا مُوافِقًَا # واخْصُصْ بِها عطف الَّذِي لا يُغْنِي # متْبُوعُه، كاصْطَفَّ هذَا وابْنِي 


》■Wawu ‘Athaf boleh menghubungkan banyak Ma’tuf dan yang menjadi Ma’tuf ‘Alaih hanyalah Lafadz yang paling depan. 


Contoh:


 قَرَأْتُ الكِتَابَ، وَالرِّسَالَةَ، وَالمَجَلَّةَ, وَ المَقَالَةَ، وَالقِصَّةَ 


Aku telah membaca buku dan surat dan majalah dan cerpen dan kisah


 الكتاب : معطوف عليه

 الرسالة : معطوف على الكتاب

 المجلة : معطوف على الكتاب

 المقالة : معطوف على الكتاب

 القصة : معطوف على الكتاب 


》■Wawu ‘Athaf boleh menghubungkan Ma’tuf dan Ma’tuf ‘Alaih yang keduanya berbentuk Mufrad atau Jumlah (kalimat), baik Ismiyyah atau Fi’liyyah dan Syibhul Jumlah. 


Contoh Mufrad:


 وَصَلَ خَالدٌ وَ زَيْدٌ 

Kholid dan Zaid telah sampai

 خَالدٌ : معطوف عليه مفرد زَيْدٌ : معطوف مفرد


 Contoh Jumlah Ismiyyah:

 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَ مَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ. سورة فصلت ٤٦ 


Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.



 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ : جملة اسمية معطوف عليها الواو : حرف العطف ومَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا : معطوف على ما قبلها 


Contoh Jumlah Fi’liyyah:


 قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَ تَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَ تُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَ تُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ. العمران ٢٦ Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.


 تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ : معطوف عليها وَ : حرف العطف تَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ : معطوف على ما قبلها وَ : حرف العطف تُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ : معطوف على ما قبلها وَ : حرف العطف تُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ : معطوف على ما قبلها 


Contoh Syibhul Jumlah dzharaf dan jar majrur Jar Majrur


 كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَ إِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. الشورى ٣ 


Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang sebelum kamu.


 إِلَيْكَ : معطوف عليه و : حرف العطف إِلَى الَّذِينَ : معطوف على “إِلَيْكَ”


 Dzharaf

 رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ. الأعراف ٧٩ 

Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.

 بَيْنَنَا : معطوف عليه الواو : حرف العطف بَيْنَ قَوْمِنَا : معطوف على “بَيْنَنَا

Senin, 23 November 2020

كلا و كلتا Taukid

 3. Lafadz كِلاَ dan كِلْتَا 


Kedua lafadz ini dipergunakan untuk memperkuat muakkadnya dalam bentuk Mutsana Kedua lafadz ini wajib diidhafatkan kepada Dhamir pengikat yang sesuai dengan Muakkadnya Tanda ‘Irabnya mengikuti Mutsana ( Rafa’ dengan Alif, Nashab dan Jar dengan Iya) 


Contoh Mutsana Mudzakar


 جَاءَ الطَّالبَانِ كِلاَهُمَا رَأيتُ الطَّالبَيْنِ كِلَيْهِمَا مَرَرْتُ بالطَّالبَيْنِ كِلَيْهِمَا 


Dua siswa datang (keduanya) / Aku melihat dua siswa (keduanya) / aku berpapasan dengan dua siswa (keduanya) 


Contoh Mutsana Muannats


 جَاءَتْ الطَّالبَتَانِ كِلْتَاهُمَا رَأيْتُ الطَّالبَتَيْنِ كِلْتَيْهِمَا مَرَرْتُ بالطَّالبَتَيْنِ كِلْتَيْهِمَا 


Dua siswi datang (keduanya) / Aku melihat dua siswi (keduanya) / aku berpapasan dengan dua siswi (keduanya) 


Contoh ‘Irab:


 الطَّالبَانِ / الطَّالبَيْنِ / الطَّالبَتَانِ / الطَّالبَتَيْنِ : مُؤَكَّد كِلاَ / كِلْتَا : اسم مُؤكِّدٌ مرفوع علامته الألف لأنه ملحق بالمثنى، وهو مضاف

 هما : في محل جر بالإضافة

 كِلَيْ / كِلْتَيْ : اسم  مُؤكِّدٌ منصوب علامته الياء وهو مضاف

 هما : في محل جر بالإضافة

 كِلَيْ / كِلْتَيْ : اسم  مُؤكِّدٌ مجرور علامته الياء وهو مضاف

 هما : في محل جر بالإضافة 


__________ Perluasan: Jika kedua Lafadz كِلاَ dan كِلْتَا diidhafatkan kepada Isim Dzahir, maka tanda ‘Irabnya bukan Rafa dengan Alif dan Nashab atau Majrur dengan Iya, melainkan dengan Harkat Muqadarrah 


Contoh: جَاءَ كِلاَ الطَّالِبَيْنِ رَأيْتُ كِلاَ الطَّالِبَيْنِ مَرَرْتُ بِكِلاَ الطَّالِبَيْنِ 


Datang kedua siswa/ Aku melihat kedua siswa / aku berpapasan dengan kedua siswa


 جَاءَتْ كِلْتَا الطَّالبَتَيْنِ رَأيْتُ كِلْتَا الطَّالبَتَيْنِ مَرَرْتُ بِكِلْتَا الطَّالبَتَيْنِ 


Datang kedua siswi/ Aku melihat kedua siswi / aku berpapasan dengan kedua siswi 


Contoh ‘Irab:


 كلا / كلتا : فاعل مرفوع بالضمة المقدرة على الألف وهما مضافان. 

كلا / كلتا : مفعول به منصوب بفتحة مقدرة على الألف وهما مضافان

 بكلا / بكلتا : اسم مجرور علامته الكسرة المقدرة على الألف وهما مضافان الطَّالِبَيْنِ / الطَّالبَتَيْنِ : مضاف إليه مجرور علامته الياء لأنهما مثنى.