Rabu, 27 Agustus 2025

Wazan wazan isim khumasi mujarrod

 ๐Ÿ“Œ Wazan-wazan Isim Khumasi Mujarrod


   Secara umum para ulama shorof menyebut ada 5 pola dasar (ูˆุฒู†) untuk isim khumasi mujarrod, yaitu:

1. ูَุนْู„َู„َุฉ (fa‘lalah)

Contoh: ุฏَุญْุฑَุฌَุฉ (dahrajah) = gelindingan

Arti: biasanya untuk menunjukkan gerakan berulang atau bentuk masdar dari fi‘il ุฏุญุฑุฌ.

2. ูَุนْู„َู„ (fa‘lal)

Contoh: ุฌَุนْูَุฑ (ja‘far) = sungai kecil / nama orang

Arti: banyak dipakai untuk nama benda atau nama orang.


3. ูُุนَูŠْุนِู„ (fu‘ay‘il)

Contoh: ุฌُุญَูŠْู…ِุฒ (juhaymiz) = nama tokoh/isim khas

Arti: biasanya untuk bentuk tashghir (pengecilan) atau isim ‘alam (nama).


4. ูَุนَุงู„ِู„ (Fa'alila)

Contoh: ุณَูَุงุฑِุฌ (safarij) = kumpulan buah pear

Arti: bentuk jamak yang pola dasarnya khumasi.


5. ูَุนَุงู„ِูŠู„ (fa‘aalilal)

Contoh: ู‚َู†َุงุฏِูŠู„ (qanadil) = lampu-lampu gantung

Arti: jamak dari isim tertentu (misalnya ู‚ู†ุฏูŠู„ → ู‚ู†ุงุฏู„).

๐Ÿ“– Catatan

Kebanyakan isim khumasi mujarrod dipakai untuk nama benda, nama orang, atau bentuk jamak.

Fi‘il khumasi mujarrod juga ada, tapi jarang; umumnya yang lebih dikenal adalah fi‘il ruba‘i dan sudasi.

Kalau untuk pemula, biasanya cukup kenal 2 bentuk paling populer:

๐Ÿ‘‰ ูَุนْู„َู„َุฉ (masdar) dan ูَุนْู„َู„ (isim).

Wazan dan contoh isim Rubai mujarrod

 ๐Ÿ“˜ Wazan-Wazan Isim Rubai Mujarrad


๐Ÿ‘‰ Isim Rubai Mujarrad adalah kata benda (isim) yang tersusun dari 4 huruf asli tanpa tambahan.


๐Ÿ”น Macam-Macam Wazan Isim Rubai Mujarrad


1️⃣ ูَุนْู„َู„ (fa‘lala)


Pola dasar: terdiri dari 4 huruf, biasanya menunjukkan bunyi atau gerakan berulang.

Contoh:


ุฒَู„ْุฒَู„ (zalzala) → goncangan

ูˆَุณْูˆَุณ (waswasa) → bisikan (setan)

2️⃣ ูُุนْู„ُู„ (fu‘lulu)

Pola dengan dhammah di awal, sering digunakan untuk menunjukkan nama atau benda.

Contoh:

ุฌُุนْูُุฑ (ju‘fur) → nama sungai kecil

ู‚ُู…ْุทُุฑ (qumtur) → peti besar


3️⃣ ูِุนْู„ِู„ (fi‘lil)


Pola dengan kasrah di awal, biasanya untuk nama atau sifat.


Contoh:

ุฏِุฑْู‡َู… (dirham) → uang perak

ุฌِุนْูِุฑ (ji‘fir) → jalan sempit


4️⃣ ูَุนْู„َู„َุฉ (fa‘lalatun)

Bentuk masdar atau isim yang menunjukkan perbuatan atau keadaan.


Contoh:

ุฒَู„ْุฒَู„َุฉ (zalzalah) → goncangan hebat

ูˆَุณْูˆَุณَุฉ (waswasah) → bisikan

๐Ÿ“Œ Catatan:

Wazan rubai mujarrad tidak sebanyak tsulatsi.

Umumnya dipakai untuk kata-kata yang bernuansa bunyi, pergerakan, atau nama benda khusus.

Wazan-wazan isim Tsulasi mujarrod

 ๐Ÿ“Œ Wazan-wazan Isim Tsulasi Mujarrad (ุงู„ู…ูŠุฒุงู† ุงู„ุตุฑููŠ ู„ู„ุฃุณู…ุงุก ุงู„ุซู„ุงุซูŠุฉ ุงู„ู…ุฌุฑุฏุฉ)


Definisi singkat:


Isim Tsulasi Mujarrad = isim yang asalnya dari fi‘il tsulasi mujarrad (kata kerja 3 huruf asli, tanpa tambahan huruf).


Wazan (ูˆุฒู†) = pola huruf untuk mengetahui bentuk isim, dengan padanan huruf ู – ุน – ู„ sebagai standar (ู = huruf pertama akar, ุน = huruf kedua, ู„ = huruf ketiga).


๐Ÿ”น Macam-macam Wazan Isim Tsulasi Mujarrad


Secara umum, para ulama shorof menyebut sekitar 24 pola. Tapi yang masyhur dipakai ada sekitar 12 pola inti.


Berikut rinciannya ๐Ÿ‘‡


1. ูَุนْู„ٌ


Contoh: ุญَุจْู„ٌ (tali), ุฌَุจْู„ٌ (gunung).

Makna: nama benda.



2. ูُุนْู„ٌ


Contoh: ู‚ُูْู„ٌ (gembok), ูƒُุฑْุณِูŠٌّ (kursi kecil).

Makna: alat atau benda.



3. ูِุนْู„ٌ


Contoh: ุณِูْุฑٌ (kitab besar), ุนِู„ู…ٌ (ilmu).

Makna: menunjuk sifat atau makna abstrak.



4. ูَุนَู„ٌ


Contoh: ูˆَุทَู†ٌ (tanah air), ู‚َู…َุฑٌ (bulan).

Makna: nama sesuatu.



5. ูُุนَู„ٌ


Contoh: ุบُุฑَูٌ (kamar-kamar), ุฌُู…َู„ٌ (unta).

Kadang digunakan untuk jamak.



6. ูِุนَู„ٌ


Contoh: ูƒِุชَูٌ (bahu), ู‚ِุฑَุฏٌ (kera).

Makna: anggota tubuh, hewan, dll.




7. ูَุนِู„ٌ


Contoh: ุญَุฐِุฑٌ (orang yang waspada), ุจَุทِู†ٌ (perut).

Makna: sifat atau keadaan.



8. ูُุนُู„ٌ


Contoh: ุฑُูƒُุจٌ (rombongan naik kendaraan), ุณُุคُุฑٌ (sisa minum).

Makna: kelompok atau benda.



9. ูِุนِู„ٌ


Contoh: ุฅุจِู„ٌ (unta-unta), ุนِูˆَุถٌ (ganti).

Sering digunakan untuk isim jamak.



10. ูَุนْู„َุฉٌ


Contoh: ุดَุฌَุฑَุฉٌ (pohon), ู†َุฎْู„َุฉٌ (pohon kurma).

Biasanya untuk nama satuan benda.


11. ูُุนْู„َุฉٌ


Contoh: ุบُุฑْูَุฉٌ (ruangan), ุจُุฑْู‡َุฉٌ (masa/waktu singkat).

Sering untuk tempat/waktu.


12. ูِุนْู„َุฉٌ

Contoh: ู†ِุนْู…َุฉٌ (kenikmatan), ุฐِูƒْุฑَุฉٌ (peringatan).

Biasanya menunjuk arti abstrak.


๐Ÿ“š Rujukan Kitab

Sharf al-‘Ilal (Ibnu Jinni)

Mabadi’ al-Sharf

Kamis, 10 Juli 2025

Perbedaan ุฃَูŠْู†َ vs ุฃَู†َّู‰ dalam BHS arab

 ๐ŸŒŸ Perbedaan ุฃَูŠْู†َ vs ุฃَู†َّู‰ dalam Bahasa Arab ๐ŸŒŸ


(Sama-sama untuk menanyakan tempat atau keadaan, tapi beda arah dan fungsi!)

---


✅ 1️⃣ ุฃَูŠْู†َ (Ayna)


๐Ÿ”น Jenis: Isim Istifhฤm (kata tanya tempat)

๐Ÿ”น Makna utama: Di mana...?

๐Ÿ”น Fungsi:


Menanyakan tempat keberadaan (lokasi)


Bisa digunakan secara nyata atau majazi


๐Ÿ”น Struktur:


> ุฃَูŠْู†َ + fi’il / jumlah ismiyyah


๐Ÿ”น Contoh:


> ุฃَูŠْู†َ ูƒِุชَุงุจُูƒَ؟

Di mana bukumu?




> ุฃَูŠْู†َ ุชَุณْูƒُู†ُ؟

Di mana kamu tinggal?




๐Ÿ”น Dalam Al-Qur’an:


> ุฃَูŠْู†َู…َุง ุชَูƒُูˆู†ُูˆุง ูŠُุฏْุฑِูƒْูƒُّู…ُ ุงู„ْู…َูˆْุชُ

Di mana pun kamu berada, maut akan menjumpaimu (QS. An-Nisฤ’: 78)





---


✅ 2️⃣ ุฃَู†َّู‰ (Annฤ)


๐Ÿ”น Jenis: Isim Istifhฤm multifungsi

๐Ÿ”น Makna utama:


Dari mana...?


Bagaimana bisa...?


Kadang juga: ke mana arah...?



๐Ÿ”น Fungsi:


Menanyakan asal kejadian / proses / jalan datangnya sesuatu


Lebih banyak digunakan untuk istifhฤm ta‘ajjubi (heran/retoris)


Bisa bermakna waktu atau arah tergantung konteks



๐Ÿ”น Contoh:


> ุฃَู†َّู‰ ู„َูƒَ ู‡َุฐَุง؟

Dari mana kamu dapatkan ini?

(→ bertanya tentang asal atau sumber)




> ุฃَู†َّู‰ ูŠُุญْูŠِูŠ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ู„َّู‡ُ؟

Bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati ini?




๐Ÿ”น Dalam Al-Qur’an:


> ู‚َุงู„َุชْ ุฃَู†َّู‰ ูŠَูƒُูˆู†ُ ู„ِูŠ ุบُู„َุงู…ٌ

Dia berkata: “Bagaimana bisa aku punya anak laki-laki?”

(QS. ฤ€li ‘Imrฤn: 47)


Selasa, 08 Juli 2025

ู…َู†ْ ุดَุฑْุทِูŠَّุฉ vs ู…َู†ْ ู…َูˆْุตُูˆْู„َุฉPerbedaan

 ๐ŸŒŸ Perbedaan ู…َู†ْ ุดَุฑْุทِูŠَّุฉ vs ู…َู†ْ ู…َูˆْุตُูˆْู„َุฉ ๐ŸŒŸ


(Sama-sama ditulis “ู…َู†ْ”, tapi beda fungsi dan struktur dalam kalimat)



---


✅ 1️⃣ ู…َู†ْ ุดَุฑْุทِูŠَّุฉ (Huruf Syarat)


๐Ÿ”น Makna: Siapa yang...

๐Ÿ”น Fungsi: Untuk membuat syarat atau kondisi dalam kalimat

๐Ÿ”น Diikuti: 2 fi’il (jumlah syarthiyyah & jawab syarth)

๐Ÿ”น Fi’il-nya: Biasanya mudhฤri’ majzลซm

๐Ÿ”น Contoh:


> ู…َู†ْ ูŠَุฌْุชَู‡ِุฏْ ูŠَู†ْุฌَุญْ

➤ Siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan sukses




๐Ÿ”น Struktur kalimatnya:


ู…َู†ْ + fi’il syarat (mudhฤri’ majzลซm) + fi’il jawab (mudhฤri’ majzลซm)



---


✅ 2️⃣ ู…َู†ْ ู…َูˆْุตُูˆْู„َุฉ (Isim Maushul)


๐Ÿ”น Makna: Orang yang...

๐Ÿ”น Fungsi: Menghubungkan antara dua bagian kalimat

๐Ÿ”น Diikuti: Jumlah fi’liyyah atau jumlah ismiyyah (bukan jawab syarat)

๐Ÿ”น Fi’il-nya: Tidak harus majzลซm

๐Ÿ”น Contoh:


> ุฃُุญِุจُّ ู…َู†ْ ูŠَุตْุฏُู‚ُ

➤ Aku mencintai orang yang jujur




๐Ÿ”น Struktur kalimatnya:


[Fi’il utama] + ู…َู†ْ + jumlah penjelas (fi’il atau mubtada-khabar)



---


๐Ÿ’ก Tips Membedakan Cepat:


✅ Kalau setelah ู…َู†ْ ada 2 fi’il dan terkesan seperti “jika..., maka...”

→ Itu ู…َู†ْ ุดَุฑْุทِูŠَّุฉ


✅ Kalau setelah ู…َู†ْ hanya 1 fi’il dan menyambung ke kata sebelumnya

→ Itu ู…َู†ْ ู…َูˆْุตُูˆْู„َุฉ

Senin, 07 Juli 2025

Perbedaan isim dipasang Al dan tanwin

 ๐ŸŒŸ Perbedaan "ุงู„" (Al-Ta’rฤซf) dan Tanwin ๐ŸŒŸ

(Penjelasan singkat, jelas, dan mudah dipahami

---


1️⃣ ุงู„ ุงู„ุชุนุฑูŠู (al-ma’rifah)

๐Ÿ”น Definisi: Huruf “al-” yang menjadikan isim bersifat ma’rifat (tertentu)

๐Ÿ”น Fungsi: Menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui atau dikenali

๐Ÿ”น Terjemah: “yang…” atau “itu”

๐Ÿ“Œ Contoh:

ุงู„ْูƒِุชَุงุจُ ุนَู„َู‰ ุงู„ุทَّุงูˆِู„َุฉِ = Buku itu ada di atas meja

---


2️⃣ Tanwin (nakirah)

๐Ÿ”น Definisi: Dua harakat (ً ٍ ٌ) yang menunjukkan isim bersifat nakirah (tidak tertentu)

๐Ÿ”น Fungsi: Menunjukkan sesuatu yang masih umum atau belum dikenal

๐Ÿ”น Terjemah: “sebuah…” atau “seorang…”

๐Ÿ“Œ Contoh:

ูƒِุชَุงุจٌ ุฌَุฏِูŠุฏٌ = Sebuah buku baru



---


๐Ÿ“Œ Perbandingan Singkat:


Aspek ุงู„ ุงู„ุชุนุฑูŠู (Ma’rifah) Tanwin (Nakirah)


Arti Yang tertentu Yang tidak tertentu

Tanda Ada “ุงู„” di depan isim Harakat tanwin (ً ٍ ٌ)

Fungsi Menyebut benda yang sudah dikenal Menyebut benda secara umum

Contoh ุงู„ْู…ُุนَู„ِّู…ُ = guru itu ู…ُุนَู„ِّู…ٌ = seorang guru

Perbedaan ูƒُู„ُ vs ุฌَู…ِูŠْุน (Kullu vs jami')

 ๐Ÿ“š Perbedaan ูƒُู„ٌّ dan ุฌَู…ِูŠุนٌ dalam Bahasa Arab


๐Ÿ”ต 1. ูƒُู„ٌّ (kul)


Artinya: seluruh / setiap

๐Ÿง  Digunakan untuk menunjukkan bagian dari keseluruhan atau tiap-tiap bagian dari sesuatu.


Ciri-ciri:


Biasanya diikuti oleh isim mufrad (kata benda tunggal).


Bisa berposisi sebagai mubtada’ atau maf‘ul.



Contoh:


> ูƒُู„ُّ ุทَุงู„ِุจٍ ู…ُุฌْุชَู‡ِุฏٌ

➜ Setiap murid itu rajin.





---


๐Ÿ”ด 2. ุฌَู…ِูŠุนٌ (jamฤซ‘)


Artinya: semua / keseluruhan

๐Ÿง  Digunakan untuk menunjukkan jumlah secara total dari sebuah kelompok.


Ciri-ciri:


Biasanya diikuti oleh isim jamak (kata benda jamak).


Lebih kuat nuansa “keseluruhannya”.


Contoh:

> ุฌَู…ِูŠุนُ ุงู„ุทُّู„َّุงุจِ ูِูŠ ุงู„ูَุตْู„ِ

➜ Semua murid ada di dalam kelas.


✅ Tips cepat:


> Kalau ingin menyebut satu-satu ➜ pakai ูƒُู„ٌّ

Kalau ingin menyebut semua sekaligus ➜ pakai ุฌَู…ِูŠุนٌ

✅ Kaidahnya:


> ูƒُู„ُّ dalam bahasa Arab kadang digunakan secara lafazh umum,

tapi maknanya tidak mutlak, tergantung konteks syariat dan dalil lain yang membatasi.





---


๐Ÿ“Œ Penjelasan para ulama:


1. Imam Nawawi (Syarh Shahih Muslim):




> "Lafadz 'kullu' itu umum, tetapi bisa dikhususkan oleh dalil."




2. Ibn Hajar Al-‘Asqalani:




> “Maksudnya adalah bid’ah dalam urusan agama yang menyimpang dari dalil. Adapun perkara baru yang sesuai syariat, itu tidak termasuk yang dimaksud dalam hadis.”



---

✍️ Penjelasan Sederhana 


> ๐Ÿง  Dalam Bahasa Arab, kata ูƒُู„ُّ memang berarti setiap / seluruh,

tapi bukan berarti mutlak tanpa kecuali.

Karena dalam syariat, kadang lafadz umum dibatasi maknanya oleh dalil lain.


Seperti dalam hadis ูƒُู„ُّ ุจِุฏْุนَุฉٍ ุถَู„َุงู„َุฉٌ, maksudnya adalah bid’ah dalam urusan agama yang menyimpang dari sunnah.

Adapun bid’ah hasanah (yang sesuai maqashid syariah) tidak termasuk dalam celaan tersebut.



Perbedaan ุฅู†ْ vs ุฅุฐุง (in vs Idza)

 ๐ŸŒŸ Perbedaan ุฅِุฐَุง vs ุฅِู†ْ dalam Bahasa Arab ๐ŸŒŸ

(Sama-sama artinya “jika / apabila”, tapi beda pemakaian dan makna!)

---


๐Ÿ”น 1️⃣ ุฅِู†ْ (Huruf Syarat)


✅ Makna: Jika (kemungkinan saja, belum tentu terjadi)


✅ Fungsi: Untuk menunjukkan syarat yang belum pasti


✅ Pengaruh: Men-jazm fi’il setelahnya (fi’il mudhฤri’ menjadi majzลซm)


๐Ÿ“Œ Contoh:

ุฅِู†ْ ุชَุฌْุชَู‡ِุฏْ ุชَู†ْุฌَุญْ

→ Jika kamu bersungguh-sungguh, kamu akan berhasil

(Belum tentu, tergantung usahanya)




---


๐Ÿ”น 2️⃣ ุฅِุฐَุง (Zharf Zaman Syarแนญiyyah)


✅ Makna: Apabila (kejadian yang pasti atau sering terjadi)


✅ Fungsi: Untuk menunjukkan syarat yang pasti terjadi / biasa terjadi


✅ Pengaruh: Tidak men-jazm fi’il. Bisa diikuti fi’il madhi atau mudhฤri’


๐Ÿ“Œ Contoh:

ุฅِุฐَุง ุฌَุงุกَ ู†َุตْุฑُ ุงู„ู„َّู‡ِ

→ Apabila datang pertolongan Allah

(Sesuatu yang pasti akan terjadi, menurut janji Allah)

Kamis, 17 April 2025

Mabni Fi'il Mudhori

 Keadaan Mabni Fi'il Mudhori dalam Nahwu (ุฃุญูˆุงู„ ุจู†ุงุก ุงู„ู…ุถุงุฑุน)

  Jika kita lihat contoh kalimat di atas, pada contoh pertama dan kedua yaitu ู„َู†َุณْุชَู…ِู€ุนَู€ู†َّ dan ู„َุฃَุฐْู‡َู€ุจَู€ู†َّ kita lihat keduanya terdapat nun taukid di akhir kata, yaitu nun bertasydid "ู€ู†َّ", sedangkan harakat akhir fi'il mudhori keduanya adalah berharakat fathah "ู„َุฃَุฐْู‡َู€ุจَู€ & ู„َู†َุณْุชَู…ِู€ุนَู€ " yaitu

Contoh :

(1) ู„َู†َุณْุชَู…ِู€ุนَู€ู†َّ ุงู„ู†َّุตِูŠْุญَุฉَ

Kami pasti mendengarkan nasihat

(2) ู„َุฃَุฐْู‡َู€ุจَู€ู†َّ ู…ُุจَูƒِّุฑًุง

Saya pasti berangkat pagi-pagi

(3) ุงู„ู†ِّุณَุงุกُ ูŠَุณْุชَู…ِู€ุนْู€ู†َ ุงู„ู†َّุตِูŠْุญَุฉَ

Para perempuan sedang mendengarkan nasehat

(4) ุงู„ุทَّุงู„ِุจَุงุชُ ูŠَุฐْู‡َุจْู†َ

Para siswi sedang berangkat

Pembahasan :

Jika kita lihat contoh kalimat di atas, pada contoh pertama dan kedua yaitu ู„َู†َุณْุชَู…ِู€ุนَู€ู†َّ dan ู„َุฃَุฐْู‡َู€ุจَู€ู†َّ kita lihat keduanya terdapat nun taukid di akhir kata, yaitu nun bertasydid "ู€ู†َّ", sedangkan harakat akhir fi'il mudhori keduanya adalah berharakat fathah "ู„َุฃَุฐْู‡َู€ุจَู€ & ู„َู†َุณْุชَู…ِู€ุนَู€ " yaitu huruf ba dan ain yang berwarna biru, maka sudah bisa kita pastikan, kedua fi'il mudhori yang tersambung dengan nun taukid hukumnya adalah mabni, dan mabninya adalah mabni fathah. 


Sedangkan pada contoh kalimat ketiga dan keempat, yaitu "ูŠَุณْุชَู…ِู€ุนْู€ู†َ dan ูŠَุฐْู‡َุจْู†َ "kita lihat pada keduanya terdapat nun niswah di akhir kata, (nun niswah yaitu nun yang menunjukkan arti dhomir perempuan banyak dan ghoib atau mereka perempuan), ditunjukkan dengan nun pada akhirnya "ู€ู†َ", sedangkan harakat akhir fi'il mudhori keduanya adalah berharakat sukun, yaitu "ูŠَุณْุชَู…ِู€ุนْู€ dan ูŠَุฐْู‡َุจْู€" dapat kita lihat pada huruf ba dan ain yang berwarna biru, keduanya berharakat sukun, artinya fi'il mudhori yang tersambung dengan nun niswah, maka hukumnya adalah mabni, dan mabninya adalah mabni sukun.

Kaidah:

Fi'il mudhori akan menjadi mabni fathah jika digabungkan dengan nun taukid.

Sedangkan jika digabungkan dengan nun niswah, maka fi'il mudhori akan dihukumi mabni sukun.


Referensi :


Kitab Nahwu Wadhih, Jilid 2, Halaman 29 dan 30

Mabni Fiil Madli

 Keadaan Mabni Fi'il Madhi dalam Ilmu Nahwu (ุฃุญูˆุงู„ ุจู†ุงุก ุงู„ูุนู„ ุงู„ู…ุงุถูŠ)

 Macam-macam keadaan fi'il madhi dilihat dari mabninya :

Contoh Kalimat :

1. Pisang telah menguning 

ุฅุตْูَุฑَّ ุงู„ู…َูˆْุฒُ 

2. Ahmad telah duduk

ุฌَู„َุณَ ุงَุญْู…َุฏُ

3. Siswa-siswi telah duduk di lapangan.


ุงู„ุทُّู„ุงَุจُ ุฌَู„َุณُูˆْุง ุนู„ู‰ ุงู„ู…َูŠْุฏَุงู†


4. Para siswi telah duduk di lapangan.


ุงู„ุทَุงู„ِุจَุงุชُ ุฌَู„َุณْู†َ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ูŠุฏุงู†


5. Aku telah memuliakan guruku.


ุฃَูƒْุฑَู…ْุชُ ุฃُุณْุชَุงุฐِู‰


Pembahasan :


  Jika kita melihat contoh kalimat di atas, semua fi'il di atas adalah fi'il madhi, dan jika kita ingat pada penjelasan sebelumnya bahwa semua fi'il madhi berupa kata mabni atau harakat akhirnya tetap (tidak berubah).


Macam-macam keadaan fi'il madhi dilihat dari mabninya :


1. Jika kita lihat pada contoh kalimat nomer 1-2 yaitu kata ุฌَู„َุณَ٫ ุฅุตْูَุฑَّ

  Kalau kita perhatikan kedua fi'il itu tidak tersambung dengan huruf tambahan, dan kita lihat di akhir katanya berupa harakat fathah, maka dari itu pada keadaan ini kedua fi'il madhi tersebut mabninya mabni fathah.


2. |Jika kita lihat pada contoh kalimat nomer 3 


  Kalau kita perhatikan no 3 fi'il madhi di atas tersambung dengan huruf wawu dan pada huruf terakhir fi'il madhi adalah dengan harakat dhommah, maka dari sini kita tahu ketika fi'il madhi disambung dengan wawu jamak, maka fi'il madhi tersebut dihukumi *mabni dhommah.* 


3. Jika kita lihat pada contoh kalimat nomer 4-5 dihukumi dengan mabni sukun, berikut ini adalah penjelasannya :


ุฌَู„َุณْ+ู†َ

Huruf sin (lam fiil mudlori' berupa sukun).

Nun (niaswah) untuk menunjukan jamak perempuan.

ุฃูƒْุฑَู…ْ+ุชُ

Huruf mim dibaca sukun.

Kaidah :


   Pada dasarnya Fi'il madhi dihukumi mabni fathah, kecuali jika disambung dengan wawu jamak maka dihukumi dhommah, atau juga jika disambung dengan ta yang berharakat, nun niswah, atau nun jamak "ู€ู†َุง" yang menunjukkan arti fa'il, maka dihukumi mabni sukun.

Referensi :


Kitab Nahwu Wadhih Jilid 2 Halaman 19 - 21

Jumat, 11 April 2025

ุงู„ุงุฏุบุงู… | Idghom

ุงู„ْุฅِุฏْุบَุงู…ُ
IDGHAM

ูˆَุงู„ْู…ُุถَุงุนَูُ ูŠَู„ْุญَู‚ُู‡ُ ุงู„ْุฅِุฏْุบَุงู…ُ, ูˆَู‡ُูˆَ: ุฃَู†ْ ุชُุณْูƒِู†َ ุงู„ْุฃَูˆَّู„َ, ูˆَุชُุฏْุฑِุฌَ ูِูŠْ ุงู„ุซَّุงู†ِูŠْ, ูˆَูŠُุณَู…َّู‰ ุงู„ْุญَุฑْูُ ุงู„ْุฃَูˆَّู„ُ: ู…ُุฏْุบَู…ًุง, ูˆَุงู„ุซَّุงู†ِูŠْ: ู…ُุฏْุบَู…ًุง ูِูŠْู‡ِ

  Pada bina’ Mudha’af terdapat IDGHAM, yaitu: kamu harus mematikan huruf yang pertama dan mengidupkan huruf yang kedua, maka huruf pertama disebut Mudgham, dan huruf kedua disebut Mudgham Fih.


 • Secara bahasa ุงู„ุงุฏุบุงู… (Memasukan).

•Dalam istilah Shorof,(Memasukkan:suatu huruf pada huruf lain).

•Kemudian Idghom yang dibahas didalam Shorof hanyalah (Mengidghomkan dua huruf yang sama).

 •Sedangkan didalam ilmu qiro'ah lebih luas.


  Secara umum, apabila ada dua huruf yang sama berada dalam satu kalimah, maka ada 3 kemungkinan:


1.(wajib di Idghomkan)

2.(boleh di Idghomkan)

3.(wajib di Idharkan atau tidak boleh Idghom)



✓ Wajib idghom contoh : ู…َุฏَّ yang aslinya adalah ู…َุฏَุฏَ

✓ Wajib idhar / tidak boleh di idghomkan.

Ada beberapa tempat yg wajib idhar

1. Ikut Wazan ูُุนَู„ٌ jamak dari ูُุนْู„َุฉٌ

Jadi contoh ู…ُุฏَّุฉٌ artinya masa/waktu sedangkan jamaknya adalah ู…ُุฏَุฏٌ (tidak diidghomkan)

2. Wazan ูُุนُู„ٌ jamak dari ูَุนُูˆْู„ٌ atau jamak dari ูَุนِูŠْู„ٌ

ุฐَู„ُูˆْู„ٌ ุฌ ุฐُู„ُู„ٌ

ุฌَุฏِูŠْุฏٌ ุฌ ุฌُุฏُุฏٌ

3. Wazanูِุนَู„ٌ jamak dari ูِุนْู„َุฉٌ

4. Wazan ูَุนَู„ٌ

5. Wazan ูُุนَّู„ٌ

6. Jika ada dua huruf yang sama, setelah di idghomkan ternyata huruf yang kedua dibaca sukun karena ada dlomir rafa' yang berharokat, maka wajib idhar (tidak boleh idghom) contoh: ุฑَุฏَุฏْุชُ٫ ู…َุฏَุฏْุชُ

✓Boleh idghom

1. Setiap fiil yang ikut pada Wazan ุฅูْุชَุนَู„َ dimana berkumpul dua ta' maka boleh wajah dua (boleh idghom boleh idhar). Contoh : ุฅุณْุชَุชَุฑَ > boleh ุณَุชَّุฑَ . Jika di tashrif

ุฅุณْุชَุชَุฑَ - ูŠَุณْุชَุชِุฑُ - ุฅุณْุชِุชَุงุฑًุง

Jika di idghom lalu di tashrif menjadi :

ุณَุชَّุฑَ - ูŠَุณَุชِّุฑُ - ุณِุชَّุงุฑًุง


Bedakan dengan tsulasi mazid yang berwazan ูَุนَّู„َ - ูŠُูَุนِّู„ُ___ุณَุชَّุฑَ - ูŠُุณَุชِّุฑُ

2. Ada dua huruf yang sama berada pada fiil mudlori' yang di jazemkan atau menyerupai jazem (maksudnya fiil amar mabni sukun) maka boleh idghom boleh idhar Contoh: ู„َู…ْ ูŠَู…ْุฑُุฑْ/ ู„َู…ْ ูŠَู…ُุฑَّ - ุฃُู…ْุฏُุฏْ/ ู…ُุฏَّ

ุงู„ุงุนู„ุงู„ ุจุงู„ุญุฐู | ูŠَุนِุฏُ» ูŠَูˆْุนِุฏُ

 ูุง ุฃู…ุฑٍ ุฃูˆ ู…ُุถَุงุฑِุนٍ ู…ู†ْ ูƒَูˆَุนَุฏْ ... ุงุญุฐู ูˆููŠ ูƒุนุฏุฉ ุฐุงูƒ ุงุทุฑุฏ

Inti dari bait alfiyah diatas dalam kaidah ke-7 adalah :


  Pada fi’il ma’lum bina’ mitsal wawi yang fi’il mudhari’nya mengikuti wazan ูŠَูْุนِู„ُ, maka wawu tersebut harus dibuang pada fi’il mudhari’, amar dan mashdarnya. Dengan catatan :

√Pada huruf mudloro'ahnya berharokat fathah

ูŠَุนِุฏُ > ูŠَูˆْุนِุฏُ

ูŠَ » berharokat fathah

×Kecuali pada jenis dibawah ini:

•Jika huruf mudloro'ahnya berupa harokat dlommah, maka wawu tidak dibuang. 

ูŠُูˆْุนِุฏُ

ูŠُูˆْุฌِุจُ

•Jika berupa bina' mitsal ya'

ูŠَุณَุฑَ - ูŠَูŠْุณِุฑُ

•Jika berupa bina' mistal wawi ikut Wazan ูŠَูْุนَู„ُ

ูˆَุฌِู„َ - ูŠَูˆْุฌَู„ُ


√ada masdar-nya fa’ fi’il-nya yang dibuang diganti dengan ta’. 



Contoh:

∆Fiil Mudlori' 

(ูŠَุนِุฏُ = ูŠَูˆْุนِุฏُ ← ูŠَุนِุฏُ)


∆Masdar

(ุนِุฏَّุฉً = ูˆِุนْุฏًุง ← ุนِุฏَّุฉً).


∆Fiil Amar  

(ุนِุฏْ = ุงِูˆْุนِุฏْ ← ุงِุนِุฏْ ← ุนِุฏْ )

Kamis, 10 April 2025

ุงู„ุงุนู„ุงู„ ุจุงู„ุงุณูƒุงู† ูŠَุบْุฒُูˆْ ุงุตู„ู‡ ูŠَุบْุฒُูˆُ

 Ketika wawu atau ya’ bertempat pada akhir kata, dan terletak setelah huruf yang berharakat, maka harakat wawu atau ya’ tersebut harus (disukun).


✓Jika memang wawu atau ya’ tersebut berharakat dhamah atau kasrah. Hal ini bermaksud untuk mencegah beratnya pe-lafazd-an.

Contoh:   

(ูŠَุฏْุนُูˆْ = ูŠَุฏْุนُูˆُ ← ูŠَุฏْุนُูˆْ) 

(ุนู„ู‰ ุงู„ْู‚َุงุถِูŠْ = ุงู„ْู‚َุงุถِูŠِّ ← ุงู„ْู‚َุงุถِูŠْ)


✓Dan jika wawu atau ya’ tersebut berharakat fathah, maka harakatnya tidak dibuang (sukun).

Contoh: (ู„َู†ْ ุฃَุฏْุนُูˆَ ุฅู„ู‰ ุบูŠุฑ ุงู„ุญู‚ِّ)


 ✓Adapun ketika wawu atau ya’ tersebut terletak setelah huruf yang berharakat sukun, maka harakatnya ditetapkan (tidak disukun).

Contoh: (ุดَุฑِุจْุชُ ู…ِู† ุฏَู„ْูˆٍ)

ู…َูŠِّุชٌ ุงุตู„ู‡ ู…َูŠْูˆِุชٌ | ู…َุฑْู…ِูŠٌّ ุงุตู„ู‡ ู…َุฑْู…ُูˆْูŠٌ

 Ketika berkumpulnya wawu dan ya’ dengan syarat huruf yang pertama (dari wawu atau ya’ tersebut) berharakat sukun dan berupa huruf Asli (tidak gantian), dan juga harakat sukunnya asli.

Contoh:  

 (ู…َูŠِّุชٌ = ู…َูŠْูˆِุชٌ ← ู…َูŠِّุชٌ)

Maka tidak boleh mengi’lal lafadz-lafadz:


a)      Huruf yang pertama (dari wawu atau ya’ tersebut) berupa huruf gantian (ุฏِูŠْูˆَุงู†ٌ = ุฏِูˆَّุงู†ٌ).

b)      Harakan sukun huruf yang pertama tidak asli 

("ู‚َูˆْูŠَ" ุชุฎููŠู "ู‚َูˆِูŠَ").

ุตَุงุฆِู†ٌ |Mengganti wawu atau ya’ menjadi hamzah

   Penggantian wawu atau ya’ menjadi hamzah berlaku pada empat keadaan, yaitu:

1.      Ketika wawu atau ya’ bertempat pada akhir kata, dan terletak setelah alif tambahan. Contoh: 

  (ุจِู†ุงุกٌ = ุจِู†ุงูŠٌ ← ุจِู†ุงุกٌ)

2.      Ketika keduanya (wawu atau ya’) menjadi ‘ain fi’il pada isim fa’il.

Contoh: 

  (ู‚َุงุฆِู„ٌ = ู‚َุงูˆِู„ٌ ← ู‚َุงุฆِู„ٌ)

3.      Ketika keduaanya terletak setelah alif pada wazan ู…َูَุงุนِู„ُ dan yang menyerupainya. Dan keduanya merupakan huruf tambahan pada bentuk mufradnya. Contoh:


(ุนَุฌُูˆْุฒٌ ุฌ ุนَุฌَุงุฆِุฒُ = ุนَุฌَุงูˆِุฒُ ← ุนَุฌَุงุฆِุฒُ)

(ุตَุญِูŠْูَุฉٌ ุฌ ุตَุญุงุฆِูُ = ุตَุญุงูŠِูُ ← ุตَุญุงุฆِูُ)

4.      Ketika ada dua huruf (dari salah satu wawu atau ya’) yang ditengah-tengahi oleh alif, yaitu pada wazan  ู…َูَุงุนِู„ُ.

Contoh:   (ู†َูŠْูٌ ุฌ ู†َูŠَุงุฆِูُ = ู†َูŠَุงุฆِูُ ← ู†َูŠَุงูŠِูُ ← ู†َูŠَุงุฆِูُ)

Rabu, 09 April 2025

I'rob naql (pemindahan harokat)

 Pemindahan harakat ‘ain fi’il.

Contoh: (ูŠَู‚ُูˆْู…ُ = ูŠَู‚ْูˆُู…ُ ← ูŠَู‚ُูˆْู…ُ)

Pada i’lal pemindahan ‘ain fi’il ini, mempunyai enam syarat:

1) Huruf sebelumnya harus berupa huruf shahih yang mati. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz ุจَุงูŠَู†َ.

2) Tidak berbentuk shighat fi’il ta’ajub. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz ู…َุง ุฃَู‚ْูˆَู…َ.

3) Tidak berupa fi’il mu’tal lam. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz ุฃَู‡ْูˆَู‰.

4) Lam fi’ilnya tidak berupa mudha’af. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz ุงِุจْูŠَุถَّ.[6]

5) Tidak berupa mashdar yang mengikuti wazan ู…ِูْุนَู„ٌ، ู…ِูْุนَู„ุฉٌ، ู…ِูْุนَุงู„ٌ. Contoh: (ู…ِู‚ْูˆَู„ٌ، ู…ِุฑْูˆَุญَุฉٌ، ู…ِูƒْูŠุงู„ٌ)

6) Tidak berupa lafadz yang pada bentuk mujaradnya tidak dii’lal. Contoh: (ุฃَุนْูˆَุฑَ yang bentuk mujaradnya adalah ุนَูˆِุฑَ)

I'lal qolb (merubah wawu/ya' menjadi Alif)

 Merubah wawu atau ya’ menjadi alif


 Ketika huruf wawu atau ya’ berharokat (asli) dan huruf sebelumnya itu berharokat fathah, maka wawu atau ya’ tersebut harus diganti menjadi alif.

Contoh: (ุฏَุนَุง = ุฏَุนَูˆَ ← ุฏَุนَุง)

Adapun syarat-syarat wawu atau ya’ bisa dirubah menjadi alif adalah:

1. Ketika keduanya berada pada tempat ‘ain fi’il. Tapi menurut sebagian ulama tidak mensyaratkan itu. Dan huruf setelah wawu atau ya’ tersebut berharokat. Maka tidak boleh mengi’lal lafadz ุจَูŠَุงู†ٌ.

2. Huruf setelahnya tidak berupa alif, atau ya’ yang ber-tasydid. Maka tidak boleh mengi’lal lafadz ูุชูŠุงู† atau ุนَู„َูˆِูŠٌّ.

3. Keduanya tidak menjadi ‘ain fi’il dari wazan ูَุนِู„َ yang mu’tal lam. Maka tidak boleh mengi’lal lafadz ู‚َูˆِูŠَ atau ู‡َูˆِูŠَ.

4. Tidak berkumpulnya dua proses peng-i’lal-an. Maka tidak boleh mengi’lal lafadz (ู‡َูˆَู‰ = ู‡َูˆَูŠَ)

5. Tidak berupa ‘ain isim yang mengikuti wazan ูَุนَู„َุงู†ٌ. Maka tidak boleh mengi’lal lafadz ุญَูŠَูˆَุงู†ٌ.

6. Tidak berupa ‘ain isim dari isim musyabihat yang berwazan ุฃَูْุนَู„ُ. Maka tidak boleh mengi’lal lafadz ุฃَุนْูˆَุฑُ.

7. Tidak berupa wawu yang menjadi ‘ain fi’il dari wazan ุงูْุชَุนَู„َ yang menunjukkan makna musyarokah. Maka tidak boleh mengi’lal lafadz ุงِุฌْุชَูˆَุฑَ ุงู„ْู‚َูˆู…ُ

Pengertian i'lal

 Pengertian I’ilal


ุงู„ุฅุนู„ุงู„ ู‡ูˆ ุชุบูŠูŠุฑ ุญุฑู ุงู„ุนู„ุฉ ู„ู„ุชุฎููŠู ุณูˆุงุก ุฃูƒุงู† ุงู„ุชุฎููŠู ุจุงู„ู‚ู„ุจ ุฃู… ุจุงู„ุฅุณูƒุงู† ุฃู… ุจุงู„ุญุฐู.

  I’lal adalah merubah huruf ‘ilat untuk meringankan, baik dengan qolb (membalik), iskan (menyukun), hadzf (membuang).

Sesuai dengan pengertiannya, i’ilal hanya mencakup aktivitas-aktivitas (qalb, iskan, hadzf) yang berkenaan dengan huruf ‘ilat saja, tidak yang lain. Sedangkan pada pembahasan i’lal ada satu huruf yang disamakan dengan huruf ‘ilat dalam hal proses peng-i’lal-an, yaitu huruf hamzah.

Jumat, 07 Februari 2025

Pengertian dan pembagian fiil mu'tal (mitsal, ajwaf,naqish,lafif)

 Pengertian Fi'il Mu'tal


Kata kerja yang salah satu huruf aslinya berupa huruf illah (ูˆ، ูŠ، atau ุง), contoh: 

ูˆَุนَุฏَ ---> fa' fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ูˆَ

ุฑَู…َู‰ ---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ูŠَ

ุจَุงุนَ ---> 'ain fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ุง


Pembagian Fi'il Mu'tal


Fi'il mu'tal dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Mitsal, Ajwaf, Naqish, Lafiif. Berikut perinciannya:


a. Mitsal (ุงู„ู…ِุซَุงู„ُ)

fi'il yang fa' fi'ilnya berupa huruf illah, contoh:

ูˆَุนَุฏَ ---> fa' fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ูˆَ

ูŠَุจِุณَ ---> fa' fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ูŠَ


b. Ajwaf (ุงู„ุฃَุฌْูˆَูُ)

fi'il yang 'ain fi'ilnya huruf illah, contoh:

ุจَุงุนَ ---> 'ain fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ุง

ู‚َุงู„ ---> 'ain fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ุง


c. Naqish (ุงู„ู†َุงู‚ِุตُ)

fi'il yang lam fi'ilnya berupa huruf illah, contoh:

ุฑَู…َู‰ ---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ูŠَ

ุฑَุถِูŠَ ---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ูŠَ


d. Lafif (ุงู„ู„َูِูŠْูُ)

fi'il yang DUA huruf aslinya berupa huruf illah, contoh: 

ุทَูˆَู‰ ---> 'ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  ูˆَ dan ู‰

Lafif dibagi menjadi dua, yaitu Lafif Maqruun dan Lafif Mafruuq, berikut penjelasannya:

 Lafif Maqruun (ุงู„ู„َูِูŠْูُ ุงู„ู…َู‚ْุฑُูˆْู†ُ): fi'il lafif yang kedua huruf illahnya bersandingan "Maqruun" ('ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah), contoh:

ุทَูˆَู‰ ---> 'ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  ูˆَ dna ู‰

ุดَูˆَู‰ ---> 'ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  ูˆَ dna ู‰

Lafif Mafruuq (ุงู„ู„َูِูŠْูُ ุงู„ู…َูْุฑُูˆْู‚ُ): fi'il lafif yang huruf illahnya terpisah "Mafruuq" (fa' fi'il dan lam fi'ilnya berupa huruf illah), contoh:

ูˆَูَู‰ ---> fa' fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  ูˆَ dna ู‰

ูˆَู‚َู‰ ---> fa' fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu  ูˆَ dna ู‰

Referensi:

Kitab "Jami'uddurus Al-Arobiyyah"

Pengertian dan pembagian fiil shohih (salim, mahmuz, mudlo'af)

 Pengertian Fi'il Shohih


 Fi'il shohih adalah fi'il yang terbentuk dari huruf-huruf asli (tanpa ada huruf tambahan) dan shohih (tidak terdapat huruf illat). sedangkan huruf illah adalah huruf wawu (ูˆ), huruf ya (ูŠ), dan alif (ุง).  Karena fi'il ini bersih dari huruf illat dan huruf-huruf tambahan, sehingga fi'il ini disebut juga dengan fi'il shohih, artinya fi'il ini terhindar dari huruf penyakit (huruf illat) dan huruf tamabahan yang kemudian menjadikan arti yang baru.


Pembagian Fi'il Shohih


Fi'il shohih dibagi menjadi tiga macam, yaitu: fi'il salim, mahmuz, dan mudlo'af.


1. Salim (ุงู„ุณَุงู„ِู…ُ)


Fi'il yang huruf-hurufnya asli dan tidak terdapat huruf illat (huruf wawu "ูˆ", huruf ya "ูŠ", dan alif "ุง"), tidak ada huruf hamzah (ุฃ), maupun tidak terdapat huruf mudlo'af (salah satu hurufnya diulangi, atau ditulis dua kali, misal ู…َุฏَّ).  Contoh fiil salim:

ูƒَุชَุจَ  menulis

ุฐَู‡َุจَ pergi

ุณَู„ِู…َ selamat

ุถَุฑَุจَ memukul

ุดَูƒَุฑَ bersyukur

ุญَู…ِุฏَ memuji

ุนَู…ِู„َ beramal

ุนَู„ِู…َ berilmu/mengetahui

ู†َุตَุฑَ menolong

ูَุชَุญَ membuka

ุฌَู„َุณَ duduk


Dari daftar contoh di atas, maka teman-teman tidak sama sekali mendapati huruf illat (huruf wawu "ูˆ", huruf ya "ูŠ", dan alif "ุง"), tidak ada huruf hamzah (ุฃ), dan juga tidak ada huruf mudlo'af. maka dari itu daftar fi'il di atas disebut juga dengan FI'IL SHOHIH yang SALIM, maksudnya fi'il yang benar-benar asli dan bersih dari huruf penyakit, huruf hamzah, maupun huruf mudlo'af.


2. Mahmuz (ุงู„ู…َู‡ْู…ُูˆْุฒُ)


Fi'il yang huruf-hurufnya asli dan salah satu hurufnya berupa huruf hamzah. Adapun fi'il mahmuz dibagi menjadi tiga, yaitu: mahmuz fa', mahmuz 'ain, dan mahmuz lam.


a. Mahmuz fa' (ู…َู‡ْู…ُูˆْุฒُ ุงู„ูَุงุก)

Maksudnya adalah fi'il yang fa' fi'il nya berupa huruf hamzah, contoh:

ุฃَุฎَุฐَ ---> fa' fi'ilnya berupa hamzah

ุฃَูƒَู„َ ---> fa' fi'ilnya berupa hamzah

ุฃู…َู„َ ---> fa' fi'ilnya berupa hamzah

ketiga contoh di atas mengikuti wazan ูَุนَู„َ, dan perhatikan bahwa pada fa' fi'il di setiap contoh di atas adalah huruf hamzah, maka contoh-contoh di atas dinamakan juga fi'il mahmuz fa'.


b. Mahmuz 'Ain (ู…َู‡ْู…ُูˆْุฒُ ุงู„ุนَูŠْู†ِ)

Yaitu fi'il yang 'ain fi'il nya berupa hamzah, contoh:

ุณَุงَู„َ ---> 'ain fi'ilnya berupa hamzah

Contoh di atas mengikuti wazan ูَุนَู„َ, dan 'ain fi'il pada contoh di atas berupa hamzah, maka ุณَุงَู„َ dinamakan juga fi'il mahmuz 'ain.


c. Mahmuz Lam (ู…َู‡ْู…ُูˆْุฒُ ุงู„ู„َุงู…ِ)

Yaitu fi'il yang lam fi'ilnya berupa hamzah, contoh:

ู‚َุฑَุฃَ ---> lam fi'ilnya berupa hamzah

Sama halnya dengan contoh sebelumnya, contoh ketiga ini adalah mahmuz lam, karena lam fi'il pada contoh di atas berupa hamzah.


3. Mudho'af (ุงู„ู…ُุถَุงุนَูُ)


Fi'il Mudho'af adalah fi'il yang salah satu huruf aslinya diulang dua kali atau sama, yang diulang hanyalah huruf asli, bukan huruf tambahan, contoh:

ู…َุฏَّ

contoh di atas bentuk aslinya adalah ู…َุฏَุฏَ mengikuti wazan ูَุนَู„َ, karena huruf dal ุฏَ nya ada dua, kemudian, dal yang pertama disukun, maka menjadi ู…َุฏْุฏَ karena terdapat dua huruf dal yang sama bersandingan, maka menurut kaidah i'lal harus dijadikan satu dengan cara ditasydid maka jadilah ู…َุฏَّ.

Fi'il Mudho'af dibagi menjadi dua, yaitu:


a. Mudho'af Tsulasi (ุงู„ู…ُุถَุงุนَูُ ุงู„ุซُู„َุงุซِูŠ) : Fi'il Mudho'af yang terdiri dari tiga huruf asli, contoh:

ู…َุฑَّ

kaidahnya sama dengan 'ู…َุฏَّ', asal katanya adalah ู…َุฑَุฑَ mengikuti wazan ูَุนَู„َ, karena huruf dal ุฑَ nya ada dua, kemudian, dal yang pertama disukun, maka menjadi ู…َุฑْุฑَ karena terdapat dua huruf dal yang sama bersandingan, maka menurut kaidah i'lal harus dijadikan satu dengan cara ditasydid maka jadilah ู…َุฑَّ.

jika lihat maka ketiga huruf di atas ู…َ ุฑَ ุฑَ adalah huruf asli dan bukan huruf tambahan, maka bentuk ู…َุฑَّ dinamakan juga dengan Mudlo'af Tsulasi.


b. Mudho'af Ruba'i (ุงู„ู…ُุถَุงุนَูُ ุงู„ุฑُุจَุงุนِูŠ): Fi'il yang huruf fa' fi'il nya sama dengan lam fi'il pertama, sedangkan 'ain fi'ilnya sama dengan lam fi'il kedua, contoh:

ู‚َู„ْู‚َู„َ ---> mengikuti wazan ูَุนْู„َู„َ

fa' fi'il di atas adalah huruf ู‚َ, sama dengan lam fi'il pertama yaitu ู‚َ juga, sedangkan 'ain fi'ilnya huruf ู„ْ sama dengan lam fi'il yang kedua ู„َ. itulah yang disebut dengan mudho'af ruba'i, fi'il mudho'af yang terdiri dari empat huruf asli.


adapun jika ada fi'il "ูَุฑَّุญَ", maka bukan dinamakan mudho'af sekalipun terdapat dua huruf yang sama bersandingan, karena sesungguhnya salah satu dari huruf ุฑَ tersebut adalah huruf tambahan, bukan semuanya huruf asli. Berbeda dengan fi'il ู…َุฏَّ yang semua hurufnya adalah huruf asli.