Alasan dirubahnya Fa’il kedalam Naibul Fa’il
a. Dari segi lafadz
Meringkas, jelas, padat, tidak bertela-tele.
Menyelaraskan qoofiyah (kata dalam sajak atau sejenisnya agar seiring seirama
ُمَنْ طَابَتْ سَرِيْرَتُهُ، حُمِدَتْ سِيْرَتُه
Barang siapa yang baik kepribadinya, maka terpuji prilakunya.
مَن حَسُن عملُه، عُرِف فضلُه
Barang siapa yang baik prilakunya, maka akan dikenal bijak.
Lihat lafadz سِيْرَتُه dan فضلُه, keduanya menyesuaikan kalimat sebelumnya dimana huruf taa (ت) dan lam (ل) sebelumnya berharokat dhommah, maka kalimat sesudahnya dijadikan naibul fail supaya harkat kedua huruf tersebut sama.
Coba bandingkan apabila kalimatnya seperti dibawah ini. Rasanya kurang singkat apabila tdk dirubah ke dalam susunan naibul fa’il.
ُمَنْ طَابَتْ سَرِيْرَتُهُ، مَدَحَ النَّاسُ سِيْرَتَه
مَن حَسُن عملُه، عَرَفَ النَّاسُ فضلَهُ
b. Dari segi makna
Subjek/fa’il disembunyikan dan dirubah menjadi naibil fa’il sebab fa’il sudsh dianggap tidak asing bagi Mukhatab ( lawan bicara)
خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ [الأنبياء: ٤٧
وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا. النساء: ٢٨
Dalam kedua contoh Ayat Al-Qur’an, lafadz Allah dibuang dan digantikan posisi naibul fa’il karna sudah ma’lum bahwa hanyalah Allah S.W.T Sang Pencipta.
Subjek/fa’il tidak diketahui
سُرِقَ متاعي
Barang-ku telah dicuri
Perkiraan:
سَرَقَ اللصُّ مَتَاعِي
Karna nama sipencuri tidak dikenal, jadi dengan merubahnya menjadi naibul fail lebih ringkas dan tepat.
Sengaja disembunyikan karna menjaga identitas, takut, menghargai dll.
تُصُدِّقُ بمائة ألف روبية
Demikian sekilas pembahasan tentang fa’il dan naibul fa’il. Semoga bermanfaat.
sumber: bahasa-arab.com
Sudah kami tashih menurut kitab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar