Minggu, 16 Januari 2022

Pembagian Jenis Isim Maushul

 Pembagian Jenis Isim Maushul


A. Isim Maushul Mukhtas (Khusus)


   Disebut khusus karena dari semua lafadznya memiliki bentuk berbeda, ada yang dikhususkan untuk bentuk mufrad mudzakar/muannats, mutsanna mudzakar/muannats dan Jamak Mudzakar/muannats.


الَّذِي/ الَّتِي ، اللَّذَانِ / اللَّذَيْنِ ، اللَّتَانِ /اللَّتَيْنِ ، الأُلَى ،الَّذِيْنَ /اللَّاتِي, اللاَّئِي, اللواتي


■Alladzi (الَّذِي) Khusus untuk bentuk mufrad mudzakar, baik berakal maupun tidak. Dia dihukumi mabni sukun. Contoh:


رَأيْتُ الَّذِي جَلَسَ عَلى الكُرْسِي الَّذِي أمَامَ المُدَرِّسِ

Aku melihat dia (yang) duduk diatas kursi (yang kursi tersebut) didepan Guru.


■Allati ( الَّتِي) Khusus untuk bentuk mufradah muannats, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


رَأيْتُ الَّتِي وَقَفَتْ أَمَامَ السَّيارةِ الَّتِي أمَامَ المَدْرَسَةِ

Aku melihat orang cewek (yang) berdiri didepan mobil (yang mobil itu) didepan sekolah


■ Alladzani ( اللَّذَانِ ) Khusus untuk bentuk mutsanna mudzakar, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi seperti i’rab mutsana yaitu rafa’ dengan alif, nashab dan Jar dengan Iya. Contoh:


جَاءَ الطَّالِبَانِ اللَّذَانِ نَجَحَا فِي الامْتِحَانِ

Telah datang dua orang siswa laki (yang) lulus dalam ujian


رَأيْتُ الطَّالِبَيْنِ اللَّذَيْنِ نَجَحَا فِي الامْتِحَانِ

Aku melihat dua orang siswa laki (yang) lulus dalam ujian


■Alladzani ( اللَّتَانِ ) khusus untuk bentuk mutsana muannats, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi  seperti i’rab mutsana yaitu rafa’ dengan alif, nashab dan Jar dengan Iya. Contoh:


فَازَتْ الطَّالِبَتَانِ اللَّتَانِ شَارَكَتَا فِي مُسَابَقَةِ تِلاَوَةِ القرآن

Dua siswi (yang) ikut lomba tilawah AlQuran telah menang.


رَأيْتُ الطَّالِبَتَيْنِ اللَّتَيْنِ فَازَتَا فِي مُسَابَقَةِ تِلاَوَةِ القرآن

Aku melihat Dua siswi (yang) telah menang dalam lomba tilawah AlQuran.


■ Allulaa (الأُلَى) Khusus untuk bentuk Jamak, baik mudzakar/muannats, berakal maupun tidak. ‘Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


سَعَدَنِي الطّلابُ الأُلَى نَجَحُوْا فِي الامتِحَانِ

Para siswa (yang) lulus ujian membuatku bahagia.


سَعَدَتْنِي الطَّالبَاتُ الأُلَى نَجَحْنَ فِي الامتِحَانِ

Para siswi (yang) lulus ujian membuatku bahagia.


■ Alladzina (الَّذِيْنَ) Khusus untuk bentuk Jamak mudzakar berakal. Ia dihukumi mabni fathah. Contoh:


إنَّ الَّذِيْنَ يَفْهَمُوْنَ هَذا الدَّرْسَ قَلِيْلُوْنَ

Orang-orang yang memahami pelajaran ini sedikit.


■ Allaatii, Allaaii, Allawaaii ( اللَّاتِي, اللاَّئِي, اللَّوَاتِي) Khusus untuk Jamak Muannats, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


الطَّالِبَاتُ اللَّاتِي/ اللاَّئِي / اللَّوَاتِي نَجَحْنَ فِي الامتِحَانِ مَنْ المَدَارِسِ المُخْتَلِفَةِ

Para Siswi(yang) lulus ujian berasal dari berbagai sekolah.


b. Isim Maushul ‘Aam (Umum)


   Disebut umum karena bentuknya tetap tidak berubah, baik untuk mufrad, mutsanna, jamak, berakal dan non berakal.


مَنْ / مَا / ذَا / أَيّ


■ Man (مَنْ) Digunakan untuk semua bentuk (Mufrad Mudzakar/Muannats, Mutsanna Mudzakar/Muannats, Jamak Mudzakar/Muannats). Pada umumnya hanya digunakan untuk berakal. Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَ

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَا

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَتْ

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحُوْا

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَنَ


Aku tahu (Siapa) (Dia laki, Dia berdua, Dia Cewe, Mereka laki, Mereka Cewe) yang lulus


■ Man (مَا) Digunakan untuk semua perubahan sama persis seperti مَنْ. Namun, pada umumnya digunakan untuk tidak berakal. Ia dihukumi mabni sukun


》Contoh: Maa untuk tidak berakal


أَعْجَبَنِي مَا قَالهُ خَالدٌ

أَعْجَبَنِي مَا قَالهُ خَالدٌ وَ زَيْدٌ

أَعْجَبَنِي مَا قَالَتْهُ نُوْرَةٌ

أَعْجَبَنِي مَا قَالهُ الطّلابُ

أَعْجَبَنِي مَا قَالَتْهُ الطَّالبَاتُ


(Sesuatu) yang dikatakan ( Kholid, Nurah, Para siswa/siswi telah membuatku kagum.


Maa ما disini mengandung arti makna “sesuatu yang dikatakan” (tidak berakal)


》Contoh: Maa untuk berakal


قوله : إنّي نَذَرْتُ لَكَ ما في بطني مُحَرّراً فَتَقَبَّلْ مِني


Maa ما pada Ayat diatas mengandung makna “orang” (berakal)


■ Dza (ذَا) Digunakan untuk semua perubahan sama persis seperti مَنْ dan ما untuk berakal dan tidak berakal. Ia dihukumi mabni sukun


Contoh: Dza untuk berakal

مَنْ ذَا نَجَحَ ؟

مَنْ ذَا نَجَحَا ؟

مَنْ ذَا نَجَحَتْ ؟

مَنْ ذَا نَجَحُوْا ؟

مَنْ ذَا نَجَحْنَ ؟

Siapa (yang) telah lulus ? (Dia, Dia berdua, Dia cewe, Mereka lk, Mereka pr )


Contoh: Dza untuk tidak berakal

مَاذَا قَالَهُ خَالدٌ ؟

مَاذَا قَالَهُ خَالدٌ و زَيْدٌ ؟

مَاذَا قَالَتْهُ نُوْرَةٌ ؟

مَاذَا قَالَهُ الطُّلابُ ؟

مَاذَا قَالَتْهُ الطَّالبَاتُ ؟

Apa (yang) kholid katakan ?

Apa (yang) kholid dan Zaid katakan?

Apa (yang) Nurah katakan ?

Apa (yang) Para Siswa katakan ?

Apa (yang) Para Siswi katakan ?


■ Ayyun ( أيّ) Digunakan untuk semua perubahan seperti kawanya diatas. Ia dihukumi mu’rab (berubah harakat akhir). Contoh;


أَعْطِهِ أَيَّ مُحْتَاجٍ

Di baca Aya sebab menjadi maf'ul bih yg kedua dr fiil اعط


Berikan dia (apa) yang dibutuhkan


اُنْصُرْ أيًّا هُوَ مُحْتَاجٌ

Di baca Aya sebab menjadi maf'ul bih yg dr fiil انصر


Tolonglah (apa) yang dia butuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar