Senin, 31 Januari 2022

Tastniyyah dan Jamak Isim Mamdud

 Tastniyyah dan Jamak Isim Mamdud


✔Mentastniyyahkan Isim mamdud dengan menambahkan alif + nun dalam keadaan rafa’, iya + nun dalam keadaan nashab dan jar dengan ketentuan sebagai berikut:


👉 Isim mamdud yang hamzahnya asli, ia selamat dari ‘ilal/perubahan (tetap ditulis hamzah, seperti


إنشاءٌ -» إنشَاءَانِ / إنشاءَيْنِ

قَرَّاءٌ -» قَرَّاءَانِ / قَرَّاءَيْنِ

Lafadz قَرَّاءٌ yaitu sighah mubalaghah yang bermakna ‘hobi/sering membaca’


👉 Isim mamdud yang hamzahnya zaidah untuk ta’nits, dia mesti dirubah menjadi wawu, seperti


خَضْرَاءُ -» حَضْرَاوَانِ / حَضْرَاوَيْنِ

حَسْنَاءُ -» حَسْنَاوَانِ / حَسْنَاوَيْنِ


👉 Isim mamdud yang hamzahnya hasil perubahan dari iya atau wawu, ia boleh dalam dua keadaan yaitu tetap hamzah atau dirubah menjadi wawu, seperti


بِنَاءٌ -» بِنَاءَانِ / بِنَاءَيْنِ / بِنَاوَانِ / بِنَاوَيْنِ

سَمَاء -» سَمَاءَانِ / سَمَاءَيْنِ / سَمَاوَانِ / سَمَاوَيْنِ


✔Menjamak Isim mamdud menjadi jamak mudzakkar salim dengan menambahkan wawu + nun dalam keadaan rafa’, iya + nun dalam keadaan nashab dan jar dengan ketentuan hamzah seperti pada bentuk tastniyyah di atas.

إنشاءٌ -» إنشاؤُوْنَ / إنشاءِيْنَ

قَرّاءُ -» قرّاؤون / قَرَّاءِيْنَ


✔Menjamak Isim mamdud menjadi jamak muannats salim dengan menambah alif + ta’ dalam semua keadaan rafa’, nashab dan jar dengan ketentuan hamzah seperti pada tastniyyah, seperti

حَسْنَاءُ -» حَسْنَاوَاتٌ

خَضْرَاءُ -» خَضْرَاوَاتٌ

سَمَاء -» سَمَاوَاتٌ/ سَمَاءَاتٌ

بِنَاءٌ -» بِنَاوَاتٌ / بِنَاءَاتٌ

Wallahu’alam.

Tastniyyah dan Jamak Isim Maqshur

 Tastniyyah dan Jamak Isim Maqshur


  ✔ Mentastniyyahkan Isim maqshur dengan menambahkan alif+nun dalam keadaan rafa’, iya+ nun dalam keadaan nashab dan jar. Namun, dengan memperhatikan ketentuan berikut:


👉 Apabila alif lazimah berada diurutan ke 3, maka dalam bentuk tastniyyah/ mutsanna ia mesti dikembalikan ke huruf asal antara wawu atau iya. Seperti :


فَتَى -» فَتَيَانِ

عَصَى – عَصَوَانِ


جَاءَ الفَتَيَانِ / رأيتُ الفَتَيَيْنِ / مررتُ بِالفَتَيَيْنِ


الفَتَيَانِ : فاعل مرفوع وعلامة رفعه الألف نيابة عن الضمة لأنه مثني

الفَتَيَيْنِ : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الياء نيابة عن الفتحة لأنه مثني

بِالفَتَيَيْنِ : اسم مجرور وعلامة جره الياء نيابة عن الكسرة لأنه مثني


👉 Apabila alif lazimah berada diuturan ke 4 atau lebih, maka dalam bentuk tastniyyah ia dirubah menjadi iya, baik berasal dari wawu atau iya. Seperti


مُسْتَشْفَى -» مُسْتَشْفَيَانِ

مُصْطَفَى -» مُصْطَفَيَانِ


✔Menjamak Isim maqshur menjadi jamak mudzakkar salim dengan menambahkan alif+ nun dalam keadaan rafa’, iya + nun dalam keadaan nashab dan jar.


Catatan: Huruf alif lazimah pada bentuk Jamak mudzakkar salim mesti dibuang lalu huruf sebelum wawu jamak berharakat kasrah. Seperti مُصْطَفَى dijamak menjadi مُصْطَفَوْنَ dan


مُصْطَفَى -» مُصْطَفَوْنَ / مُصْطَفِين

مستدعى -» مستدعَون / مستدعِيْنَ


✔Menjamak sim maqshur menjadi jamak muannats salim dengan menambahkan alif + ta’ dalam semua keadaan (rafa’, nashab dan jar) dengan memperhatikan ketentuan pada bentuk tastniyyah di atas. Seperti


فَتَى -» فَتَيَاتٌ

عصا -» عَصواتٌ

مُسْتَشْفَى -» مُسْتَشْفَيَاتٌ

Tastniyah dan Jamak Isim Manqush

 Tastniyah dan Jamak Isim Manqush 


   ■Mentastniyahkan (mutsanna) isim manqush dengan menambah alif + nun dalam keadaan rafa’, lalu iya + nun dalam keadaan nashab dan jar.


 جَاءَ القَاضِيَانِ / رأيتُ القَاضِيَيْنِ / مررتُ بِالقَاضِيَيْنِ


 القَاضِيَانِ : فاعل مرفوع وعلامة رفعه الألف نيابة عن الضمة لأنه مثني 


القاضيَيْنِ : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الياء نيابة عن الفتحة لأنه مثني


 بالقاضيَيْنِ : اسم مجرور وعلامة جره الياء نيابة عن الكسرة لأنه مثني 


   ■Menjamak isim manqush menjadi jamak mudzakkar salim dengan menambahkan huruf wawu + nun dalam keadaan rafa’, lalu iya + nun dalam keadaan nashab dan jar. Kemudian huruf iya lazimah harus dibuang. 


 قَاضِي -» قَاضِيُوْنَ -» قَاضُوْنَ 


جَاءَ القَاضُوْنَ / رأيتُ القَاضِيْنَ / مررتُ بِالقَاضِيْنَ


 القَاضُوْنَ : فاعل مرفوع وعلامة رفعه الواو نيابة عن الضمة لأنه جمع مذكر سالم 


القَاضِيْنَ : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الياء نيابة عن الفتحة لأنه جمع مذكر سالم 


بالقَاضِيْنَ : اسم مجرور وعلامة جره الياء نيابة عن الكسرة لأنه جمع مذكر سالم 


Selain dijamak ke jamak mudzakkar salim, isim manqush juga dijamak ke jamak muannats salim dengan menambah alif + ta’, seperti قَاضِيَاتٌ atau ke jamak taksir (tanpa aturan) seperti قُضَاة.

Selasa, 18 Januari 2022

Pengertian dan kategori Fi'il Lazim dan muttaady

 Pengertian Fi'il Lazim


  Fi'il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek untuk menjadi kalimat sempurna. dalam bahasa indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja intransitif, contoh:


Sangat jelas tentunya contoh fi'il lazim di atas, ia sama sekali tidak membutuhkan objek (maf'ul bih) untuk menjadi kalimat sempurna dan memahamkan. 

fi'il lazim hanya membutuhkan fa'il (pelaku) tapi tidak membutuhkan maf'ul bih (objek).


Berikut ini adalah ciri-ciri atau fi'il yang sudah dipastikan termasuk fi'il lazim atau kata kerja yang tidak membutuhkan objek:


1. Fi'il yang menunjukan arti sifat:

• شَجُعَ: "Berani"

• جَبُنَ: "Takut"

• حَسُنَ: "Baik"

• قَبَحَ: "Jelek"

2. Fi'il yang menunjukan arti ukuran:

• طَالَ: "Panjang"

• قَصَرَ: "Pendek"

3. Fi'il yang menunjukan arti kebersihan:

• طَهُرَ: "Suci"

• نَظُفَ: "Bersih"

4. Fi'il yang menunjukan arti kotor:

• وَسِخَ: "Kotor"

• دَنِسَ: "Kotor"

• قَذِرَ: "Tercemar"

5. Fi'il yang menunjukan arti keadaan yang tidak lazim dan bukan termasuk gerakan:

• مَرِضَ: "Sakit"

• كَسِلَ: "Malas"

• نَشِطَ: "Rajin"

• فَرِحَ: "Gembira"

• حَزِنَ: "Sedih"

• شَبِعَ: "Kenyang"

• عَطِشَ: "Lapar"

6. Fi'il yang menunjukan arti warna:

• إِحْمَرَّ: "Memerah"

• إِسْوَدَّ: "Menghitam"

• إِخْضَرَّ: "Menghijau"

• إِبْيَضَّ: "Memutih"

• إِصْفَرَّ: "Menguning"

• إِزْرَقَّ: "Membiru"

7. Fi'il yang mengikuti wazan (فَعُلَ):

• حَسُنَ: "Baik"

• شَجُعَ: "Berani"

• شَرُفَ: "Mulia"

• كَرُمَ: "Mulia"

• جَمُلَ: "Indah/baik"

8. Fi'il yang mengikuti wazan (إنْفَعَلَ):

• إنْكَسَرَ:  "Pecah"

• إنْحَطَمَ: "Hancur"

• إنْطَلَقَ: "Pergi"

9. Fi'il yang mengikuti wazan (إفْعَلَّ):

• إِحْمَرَّ: "Memerah"

• إِسْوَدَّ: "Menghitam"

• إِخْضَرَّ: "Menghijau"

• إِبْيَضَّ: "Memutih"


Pengertian Fi'il Muta'addi


Fi'il muta'addi adalah kata kerja yang membutuhkan objek untuk menjadi kalimat sempurna, dalam Bahasa Indonesia biasa kita kenal dengan kata kerja transitif, contoh:


Berbeda dengan fi'il lazim, fi'il muta'addi ini sangat membutuhkan maf'ul bih atau objek agar kalimat menjadi sempurna dan dapat dipahami, terlihat dari contoh di atas, jika kalimat di atas hanya tersusun dari kata kerja dan subjek saja contoh: "فَتَحَ الرَجُلُ" "Lelaki itu membuka", maka akan ada pertanyaan,  apa yang dibuka? karena kalimat itu masih belum sempurna dikarenakan kata kerja "membuka" termasuk kata kerja transitif atau fi'il muta'addi yang sangat membutuhkan objek, maka yang benar adalah "فَتَحَ الرَجُلُ البَابَ" "Lelaki itu membuka pintu". 


Adapun ciri-ciri dari fi'il muta'addi adalah DAPAT disambung dengan HA dhomir (ـه) yang merujuk kepada maf'ul bih, contoh:


اجْتَهَدَ الطَّالِبُ فَأَكْرَمَهُ أُسْتَاذُهُ

Seorang murid telah rajin maka ustadznya memuliakannya

 

Dari contoh di atas tentunya sudah cukup rinci dan dapat diketahui bahwa HA dhomir pada contoh di atas adalah menjadi ciri bahwa fi'il "أكْرَمَ" merupakan fi'il muta'addi karena ia membutuhkan objek.


Adapun HA dhomir yang merujuk kepada MASDAR dan DHOROF, maka Ha dhomir yang merujuk pada MASDAR dan DHOROF BUKAN termasuk Tanda dari Fi'il Muta'addi, contoh:


HA dhomir yang merujuk kepada MASDAR:


الضَرْبُ ضَرَبْتُــهُ  "Pukulan yang saya Pukul"


HA dhomir yang merujuk kepada DHOROF:


يَوْمُ الجُمْعَةِ زُرْتُــهُ    "Hari Jumat yang sudah kulalui"

Akan kami simpel kan lagi.


Fiil muttady dilihat dr segi makna yg menuntut mempunyai objek/ maf'ul bih. 

Contoh : Kata turun tentu tidak mempunyai objek. Beda halnya dg kata _Menurunkan_.


نَزَلَ 》 Lazim 》 Turun

Contoh 》 نزل المطر فى المدينة

_Hujan telah turun di Madinah._

HUJAN = Subjek/ Fail

Telah turun = Predikat/ Fiil

Di Madinah = Keterangan tempat

أَنْزَلَ 》 Muttady 》 menurunkan

انزل الله القرآن

_Alloh telah menurunkan Alqur'an._


Alloh = Subjek / Fail

Telah menurunkan = Predikat/ Fiil

Alqur'an = Objek/ maf'ul bih.

Minggu, 16 Januari 2022

Shilah Maushul dan Jenisnya

 Mafhum Shilah Maushul dan Jenisnya


   Sudah kami jelaskan bahwa Isim maushul membutukan shilah maushul untuk menyempurnakan maknanya. Bentuk Shilah maushul ini bermacam-macam, terkadang berupa Jumlah Ismiyyah, fi’liyyah atau syibhul jumlah. Keberadaan  shilah maushul pada suatu kalimat secara i’rab tidak memiliki mahal i’rab.


》Contoh :Shilah Maushul Jumlah Ismiyyah:


شَارَكَ فِي مُسَابَقَةِ قِرَاءَة الكُتُبِ الَّذِيْنَ هُمْ مَاهِرُوْنَ


Mereka (yang) ikut dalam lomba membaca kitab adalah mereka yang mahir.


الَّذِيْنَ : اسم موصول

هُمْ مَاهِرُوْنَ : صلة موصول جملة اسمية لا محل لها من الإعراب


》Contoh Shilah Maushul Jumlah Fi’liyyah:


رَأيْتُ الَّذِيْنَ شَارَكُوا فِي مُسَابَقَةِ قِرَاءَة الكُتُبِ جَالِسِيْنَ أمَامَ المَسْجِدِ


Aku melihat mereka (yang) ikut dalam lomba membaca kitab sedang duduk didepan Mesjid.


الَّذِيْنَ : اسم موصول

شَارَكُوا : صلة موصول جملة فعلية لا محل لها من الإعراب


》Contoh Shilah Maushul Syibhul Jumlah:


شَرَبْتُ العصِيْرَ الَّذِي عَلَى المَكْتَبِ / أمامَ التِلْفَازِ


Aku minum jus (yang) ada diatas meja/didepan Tv


الَّذِي : اسم موصول

عَلَى المَكْتَبِ / أمامَ التِلْفَازِ : صلة موصول شبه جملة (ظرف / جار و مجرور) لا محل لها من الإعراب

Pembagian Jenis Isim Maushul

 Pembagian Jenis Isim Maushul


A. Isim Maushul Mukhtas (Khusus)


   Disebut khusus karena dari semua lafadznya memiliki bentuk berbeda, ada yang dikhususkan untuk bentuk mufrad mudzakar/muannats, mutsanna mudzakar/muannats dan Jamak Mudzakar/muannats.


الَّذِي/ الَّتِي ، اللَّذَانِ / اللَّذَيْنِ ، اللَّتَانِ /اللَّتَيْنِ ، الأُلَى ،الَّذِيْنَ /اللَّاتِي, اللاَّئِي, اللواتي


■Alladzi (الَّذِي) Khusus untuk bentuk mufrad mudzakar, baik berakal maupun tidak. Dia dihukumi mabni sukun. Contoh:


رَأيْتُ الَّذِي جَلَسَ عَلى الكُرْسِي الَّذِي أمَامَ المُدَرِّسِ

Aku melihat dia (yang) duduk diatas kursi (yang kursi tersebut) didepan Guru.


■Allati ( الَّتِي) Khusus untuk bentuk mufradah muannats, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


رَأيْتُ الَّتِي وَقَفَتْ أَمَامَ السَّيارةِ الَّتِي أمَامَ المَدْرَسَةِ

Aku melihat orang cewek (yang) berdiri didepan mobil (yang mobil itu) didepan sekolah


■ Alladzani ( اللَّذَانِ ) Khusus untuk bentuk mutsanna mudzakar, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi seperti i’rab mutsana yaitu rafa’ dengan alif, nashab dan Jar dengan Iya. Contoh:


جَاءَ الطَّالِبَانِ اللَّذَانِ نَجَحَا فِي الامْتِحَانِ

Telah datang dua orang siswa laki (yang) lulus dalam ujian


رَأيْتُ الطَّالِبَيْنِ اللَّذَيْنِ نَجَحَا فِي الامْتِحَانِ

Aku melihat dua orang siswa laki (yang) lulus dalam ujian


■Alladzani ( اللَّتَانِ ) khusus untuk bentuk mutsana muannats, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi  seperti i’rab mutsana yaitu rafa’ dengan alif, nashab dan Jar dengan Iya. Contoh:


فَازَتْ الطَّالِبَتَانِ اللَّتَانِ شَارَكَتَا فِي مُسَابَقَةِ تِلاَوَةِ القرآن

Dua siswi (yang) ikut lomba tilawah AlQuran telah menang.


رَأيْتُ الطَّالِبَتَيْنِ اللَّتَيْنِ فَازَتَا فِي مُسَابَقَةِ تِلاَوَةِ القرآن

Aku melihat Dua siswi (yang) telah menang dalam lomba tilawah AlQuran.


■ Allulaa (الأُلَى) Khusus untuk bentuk Jamak, baik mudzakar/muannats, berakal maupun tidak. ‘Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


سَعَدَنِي الطّلابُ الأُلَى نَجَحُوْا فِي الامتِحَانِ

Para siswa (yang) lulus ujian membuatku bahagia.


سَعَدَتْنِي الطَّالبَاتُ الأُلَى نَجَحْنَ فِي الامتِحَانِ

Para siswi (yang) lulus ujian membuatku bahagia.


■ Alladzina (الَّذِيْنَ) Khusus untuk bentuk Jamak mudzakar berakal. Ia dihukumi mabni fathah. Contoh:


إنَّ الَّذِيْنَ يَفْهَمُوْنَ هَذا الدَّرْسَ قَلِيْلُوْنَ

Orang-orang yang memahami pelajaran ini sedikit.


■ Allaatii, Allaaii, Allawaaii ( اللَّاتِي, اللاَّئِي, اللَّوَاتِي) Khusus untuk Jamak Muannats, baik berakal maupun tidak. Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


الطَّالِبَاتُ اللَّاتِي/ اللاَّئِي / اللَّوَاتِي نَجَحْنَ فِي الامتِحَانِ مَنْ المَدَارِسِ المُخْتَلِفَةِ

Para Siswi(yang) lulus ujian berasal dari berbagai sekolah.


b. Isim Maushul ‘Aam (Umum)


   Disebut umum karena bentuknya tetap tidak berubah, baik untuk mufrad, mutsanna, jamak, berakal dan non berakal.


مَنْ / مَا / ذَا / أَيّ


■ Man (مَنْ) Digunakan untuk semua bentuk (Mufrad Mudzakar/Muannats, Mutsanna Mudzakar/Muannats, Jamak Mudzakar/Muannats). Pada umumnya hanya digunakan untuk berakal. Ia dihukumi mabni sukun. Contoh:


عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَ

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَا

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَتْ

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحُوْا

عَرَفْتُ مَنْ نَجَحَنَ


Aku tahu (Siapa) (Dia laki, Dia berdua, Dia Cewe, Mereka laki, Mereka Cewe) yang lulus


■ Man (مَا) Digunakan untuk semua perubahan sama persis seperti مَنْ. Namun, pada umumnya digunakan untuk tidak berakal. Ia dihukumi mabni sukun


》Contoh: Maa untuk tidak berakal


أَعْجَبَنِي مَا قَالهُ خَالدٌ

أَعْجَبَنِي مَا قَالهُ خَالدٌ وَ زَيْدٌ

أَعْجَبَنِي مَا قَالَتْهُ نُوْرَةٌ

أَعْجَبَنِي مَا قَالهُ الطّلابُ

أَعْجَبَنِي مَا قَالَتْهُ الطَّالبَاتُ


(Sesuatu) yang dikatakan ( Kholid, Nurah, Para siswa/siswi telah membuatku kagum.


Maa ما disini mengandung arti makna “sesuatu yang dikatakan” (tidak berakal)


》Contoh: Maa untuk berakal


قوله : إنّي نَذَرْتُ لَكَ ما في بطني مُحَرّراً فَتَقَبَّلْ مِني


Maa ما pada Ayat diatas mengandung makna “orang” (berakal)


■ Dza (ذَا) Digunakan untuk semua perubahan sama persis seperti مَنْ dan ما untuk berakal dan tidak berakal. Ia dihukumi mabni sukun


Contoh: Dza untuk berakal

مَنْ ذَا نَجَحَ ؟

مَنْ ذَا نَجَحَا ؟

مَنْ ذَا نَجَحَتْ ؟

مَنْ ذَا نَجَحُوْا ؟

مَنْ ذَا نَجَحْنَ ؟

Siapa (yang) telah lulus ? (Dia, Dia berdua, Dia cewe, Mereka lk, Mereka pr )


Contoh: Dza untuk tidak berakal

مَاذَا قَالَهُ خَالدٌ ؟

مَاذَا قَالَهُ خَالدٌ و زَيْدٌ ؟

مَاذَا قَالَتْهُ نُوْرَةٌ ؟

مَاذَا قَالَهُ الطُّلابُ ؟

مَاذَا قَالَتْهُ الطَّالبَاتُ ؟

Apa (yang) kholid katakan ?

Apa (yang) kholid dan Zaid katakan?

Apa (yang) Nurah katakan ?

Apa (yang) Para Siswa katakan ?

Apa (yang) Para Siswi katakan ?


■ Ayyun ( أيّ) Digunakan untuk semua perubahan seperti kawanya diatas. Ia dihukumi mu’rab (berubah harakat akhir). Contoh;


أَعْطِهِ أَيَّ مُحْتَاجٍ

Di baca Aya sebab menjadi maf'ul bih yg kedua dr fiil اعط


Berikan dia (apa) yang dibutuhkan


اُنْصُرْ أيًّا هُوَ مُحْتَاجٌ

Di baca Aya sebab menjadi maf'ul bih yg dr fiil انصر


Tolonglah (apa) yang dia butuhkan.

Definisi isim maushul

Definisi Isim Maushul Isim Maushul adalah Isim mubham (samar) yang membutuhkan suatu kalimat penjelas yang dinamakan dengan (shilah maushul) agar maknanya sempurna dan jelas. Perhatikan kalimat berikut:

 

…..رَأيْتُ الَّذِي …..مَنْ الَّذِي

 Aku melihat yang… Siapa yang… 


Kedua kalimat di atas belum sempurna karna tidak memiliki shilah maushul. Artinya, Isim maushul tidak bisa berdiri sendiri kecuali dengan bantuan shilah maushul. 


Seperti: 


 رَأيْتُ الَّذِي يَجْلِسُ تَحْتَ الشَّجَرَةِ 

Aku melihat (yang) duduk dibawah pohon.


 مَنْ الَّذِي ضَرَبَ خَالِدًا ؟ 


Siapa (yang) telah memukul Kholid ?


 الَّذِي : الاسم الموصول ضَرَبَ / يَجْلِسُ : صلة الموصول


Sumber: TMBA 

Kamis, 06 Januari 2022

Isim nakiroh dan makrifat

    Isim nakiroh merupakan isim yang maknanya masih umum, sedangkan isim ma'rifah merupakan isim yang maknanya sudah tentu. Dalam tata bahasa arab ada isim yang mempunyai arti nama orang, julukan atau panggilan. Isim-isim tersebut diringkas atau dikemas menjadi isim ma'rifah. Selain isim ma'rifat ada juga isim nakiroh, yang merupakan kalimat isim yang maknanya masih umum atau belum pasti. Pemahaman dengan tepat dari maksud isim nakirah dan ma'rifah dalam suatu kalimat, baik kalimat itu dalam bentuk bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan, seperti misalnya Alquran dan hadis, atau tulisan-tulisan arab lainnya, akan sangat membantu dalam ketepatan pemberian makna pada kalimat tersebut, atau pada ayat yang terkandung dalam Alquran.


Jenis-Jenis Isim Ma’rifat (Tinggal di ingat-ingat)


1. Isim Isyarah (Kata tunjuk) ini itu ذالك هذا

2.Isim Maushul (kata sambung) الذي التي

3.Isim Dhamir  (kata ganti) dia mereka هو هم

4.Isim ‘Alam (nama orang) زيد zaed عثمان usman

5.Isim Ber-Alif Lam الحمد (Asal ada al nya)

6. Isim yang di sandarkan pada ke 5 isim di atas

7.Isim Nakirah Maqsudah ( bab munada)


Selain di atas bisa di simpulkan adalah isim nakiroh.


Rabu, 05 Januari 2022

Dlomir Muttashil

Pengertian Dhomir Muttasil

   Definisi Dhomir Muttashil Di Kitab Jami’ud Durus Al Arabiyah

  الضَّميرُ المتصلُ ما لا يُبتدأُ به، ولا يقعُ بعد “إلا” إلاَّ في ضَرورة الشعر. كالتاءِ والكاف من “أكرمتُكَ”، فلا يُقالُ “ما أكرمتُ إلاّكَ”.

   Dhomir muttasil adalah kata ganti yang tidak digunakan di permulaan kalam, dan tidak jatuh setelah illa (إلاَّ) kecuali pada dhorurotusy syi’ri.

Contohnya seperti:

  • ta’ dan kaf pada lafadz أكرمتُكَ. Maka tidak boleh disebutkan dengan ما أكرمتُ إلاّكَ (diselingi kaf-nya didahului illa, kalau diselingi illa harusnya ditulis ما أكرمتُ إلاّ َاَنْتَ).

Point Penting Dhomir Muttasil

Jadi, tidak mungkin dhamir muttashil itu:

  • ada di permulaan kalam, pasti dia ada di belakang (bersambung) dengan kata lainnya. Contohnya di atas, dia ada di belakang lafadz akroma.

  • Tidak jatuh setelah lafadz illa.

Dua point penting itu harus diingat-ingat.

Jika dia ada di permulaan kalam atau jatuh setelah illa, maka disebut dhomir munfashil.

Pengecualian Dhomir Muttasil Dalam Syiir Dhoruroh

وقد وردَ في الشعر ضَرورةً، كما قال الشاعر 

[من البسيط]

 وما عَليْنا إذا ما كُنتِ جارَتَنا … ألاَّ يُجاوِزنا إلاَّكِ دَيَّارِّ

وكما قال الآخر [من الطويل] أَعوذُ بِرَبِّ العَرشِ من فِئَةٍ بَغَتْ … عليَّ، فمالي عَوْضُ إِلاَّاهُ ناصِرُ

  Telah disebutkan di dalam syi’ir karena dhorurah, seperti syiir berikut ini (pakai dhamir muttashil setelah illa):

وما عَليْنا إذا ما كُنتِ جارَتَنا … ألاَّ يُجاوِزنا إلاَّكِ دَيَّارِّ

Syiir lain juga menyebutkan:

أَعوذُ بِرَبِّ العَرشِ من فِئَةٍ بَغَتْ … عليَّ، فمالي عَوْضُ إِلاَّاهُ ناصِرُ

Jumlah Dhomir Muttashil

Melanjutkan apa yang disebutkan di kitab Jami’ud Durus Al ‘Arabiyah:

والضمائرُ المتصلةُ تسعةٌ، وهي “التاءُ ونا والواوُ والألفُ والنونُ والكافُ والياءُ والهاءُ وها”.

Dhomir muttasil itu jumlahnya ada sembilan, yaitu:

  1. ta’ (التاءُ), nantinya ada yang berharakat fathah (ta), kasroh (ti) dan dhommah (tu)

  2. Nun alif (baca naa: نا ): untuk mutakallim ma’al ghair atau orang pertama lebih dari satu.

  3. wawu (الواوُ) untuk jamak mudzakkar salim

  4. alif

  5. nun

  6. kaf

  7. ya

  8. ha (الهاءُ) bisa dibaca hu atau hi nantinya.

  9. haa (ha’ alif: ها): dhomir muttasil هَا menunjukkan kata ganti untuk perempuan (muannats) ghaibah 1 orang (dia perempuan 1), contohnya madrosatun karena ada ta’ marbuthoh maka masuk kategori muannats dan kata gantinya adalah هَا (muttashil).

I’rab Dhomir Muttashil

Dari 9 jenis isim dhomir muttashil tersebut, bisa dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan i’robnya.

  Berikut ini 3 kelompok dhamir muttashil berdasarkan i’robnya:

1. Dhomir Muttashil Mahal Rofa’ (Dhamir Muttashil Marfu)

Isim Dhamir Muttashil yang hanya berlaku dalam keadaan rofa‘ disebabkan karena hanya ada dalam fa’il atau naibul fa’il.

Ada 4 dhomir yang hanya berlaku dalam keadaan rofa’:

  • alif: كتبَا , untuk isim tatsniyah. artinya dia berdua laki-laki telah menulis, dan dhamir alif tersebut berfungsi sebagai pelaku/fail/subjek.

  • ta’, contohnya كتبْت (bisa dibaca katabta, katabti, katabtu). dhomir tersebut juga lil fail.

  • wawu, contohnya: كتبُوْا (untuk jamak mudzakkar salim). lil fail juga.

  • nun. contohnya: وكتبْنَ. (jamak muannats salim). lil fail.

2. Dhomir Muttashil Yang Bisa Rofa’, Nashob Dan Jar

Perlu diingat lagi, isim gak mungkin ada pada i’rob jazem karena i’rob jazem adalah irob khusus pada kalimat fiil.

Dua isim dhomir muttashil yang masuk pada keadaan rofa’, nasob, dan jer adalah:

A. Dhamir Naa

  • rofa’: contohnya كتَبْنَا (kami telah menulis, dhamir berfungsi sebagai fa’il atau subjek)

  • nashob: أكرَمَنا المعلمُ

  • jer: كِتَابُنَا.

B. Dhamir Ya’

  • rofa’: تَكتُبِيْنَ , اكتُبِي.

  • nashob: أَكْرَمَني الْمُعَلِّم

  • jer: كِتَابِي.

3. Tidak Bisa Rofa’

Sisanya, ada 3 dhomir muttasil, itu tidak mungkin dalam keadaan rofa‘ karena ketiganya tidak bisa di-isnadi, yaitu:

  • kaf

  • haa ,

  • ha (الهاءُ)

A. Dhamir Muttashil Mansub

Contohnya:

  • kaf: أَكْرَمْتُك  (akromtuka atau akromtuki).

  • haa: أَكْرَمْتُهَا.

  • ha (الهاءُ): أَكْرَمْتُهُ.

B. Dhamir Muttashil Majrur

Contohnya:

  • kaf: أحسنتُ إليك (ilaika atau ilaiki).

  • haa: أحسنتُ إليها.

  • ha (الهاءُ): أحسنتُ إليهِ.

Dhomir Muttasil Lil Fa’il

Dari 9 jenis dhamir di atas, ada yang ketambahan dengan dengan mim jamak, mim alif tatsniyah, dan nun musyaddadah muannats.

Seperti telah disebutkan di atas juga, ada dhomir yang bisa rofa dan ada yang tidak.

Yang tidak bisa dalam posisi rofa’ sebagai fa’il adalah kaf, haa, dan ha‘.

Sisanya bisa rofa’ dengan menjadi fa’il atau naibul fail.

Pada Fiil Madhi

Dhamir muttashil lil fail pada fiil madhi sebagai berikut:

  1. alif di ghaib tatsniyah mudzakkar , contohnya: كَتَبَا yang artinya mereka berdua laki-laki telah menulis. Dhamir alif di sini berfungsi sebagai fa’il.

  2. wawu di ghaib jamak mudzakkar, contohnya: كَتَبُوْا yang artinya mereka laki-laki telah menulis. Dhamir wawu menjadi fa’il.

  3. alif di ghaibah tatsniyah muannats, contohnya: كَتَبَتَا yang artinya mereka berdua perempuan telah menulis. Dhamir alif di sini berfungsi sebagai fa’il.

  4. nun di ghaibah jamak muannats, contohnya: كَتَبْنَ yang artinya mereka perempuan telah menulis. Dhamir nun menjadi fa’il.

  5. ta’ pada mukhotob, baik mudzakkar maupun muannats:

    • mufrod mudzakkar: كَتَبْتَ artinya kamu laki-laki satu telah menulis.

    • tatsniyah mudzakkar: كَتَبْتُمَا artinya kalian berdua laki-laki telah menulis. Dhamir ta’ mendapatkan tambahan mim dan alif (مَا), dhamir aslinya adalah ta’.

    • jamak mudakkar: كَتَبْتُمْ artinya kalian laki-laki telah menulis. Dhomir ta’ mendapatkan tambahan mim.

    • mufrod muannats: كَتَبْتِ yang artinya kamu perempuan satu telah menulis.

    • tatsniyah muannats: كَتَبْتُمَا, yang artinya kamu berdua perempuan telah menulis.

    • jamak muannats: كَتَبْتُنَّ yang artinya kalian permepuan telah menulis. Dhomir ta mendapatkan tambahan nun musyaddadah.

  6. ta’ pada mutakallim wahdah, contohnya: كَتَبْتُ artinya aku telah menulis.

  7. naa (nun alif) pada mutakallim jamak atau mutakallim ma’al  ghair, contohnya: كَتَبْنَا artinya kita telah menulis.

Sisanya, di ghaib mudzakkar mufrod dan ghaibah muannats mufrodah: كَتَبَ كَتَبَتْ, dhamir yang ada adalah dhamir mustatir, yang dhamirnya tersembunyi.

Jadi, pada fiil madhi, isim dhomir muttashil lil fail hanya ada 5 dari 9 dhomir muttasil yang ada, yaitu:

  1. alif

  2. wawu

  3. nun

  4. ta’

  5. naa (nun alif)

Pada Fiil Mudhori’

Dhamir muttashil yang ada pada fiil mudhori’ yaitu:

  • alif: يَكْتُبَانِ (mereka berdua laki-laki sedang/akan menulis), تَكْتُبَانِ  (mereka berdua perempuan sedang/akan menulis), takbtubaani berlaku juga untuk kamu berdua laki-laki dan kamu berdua perempuan…..

  • wawu: يَكْتُبُوْنَ (mereka laki-laki sedang/akan menulis), تَكْتُبُوْنَ  (kalian laki-laki ….)

  • nun: يَكْتُبنَ (mereka perempuan …), تَكْتُبْنَ (kalian perempuan …)

  • ya’: تَكْتُبِيْنَ, (kamu perempuan satu …)

Pada Fiil Amr

  • alif: اُكْتُبَا (kamu berdua, tulislah!)  ⇒ bisa dipakai untuk mudzakkar dan muannats.

  • wawu: اُكْتُبُوْا (kalian, tulislah!)

  • ya’: اُكْتُبِي (kamu perempuan, tulislah!)

  • nun: اُكْتُبْنَ (kalian perempuan, tulislah!)


Status

Jenis Kelamin

Maf’ul Bih (letak di belakang)

Arti

Orang ke-3 (Ghaib)

Mudzakkar

  هُ  (اَكْرَمْتُهُ)

Dia laki-laki

هُمَا  (اَكْرَمْتُهُمَا)

Mereka berdua laki-laki

(اَكْرَمْتُهُمْ)  هُمْ

Mereka laki-laki

Muannats

هَا  (اَكْرَمْتُهَا)

Dia perempuan

هُمَا (اَكْرَمْتُهُمَا)

Mereka berdua perempuan

(اَكْرَمْتُهُنَّ)  هُنَّ

Mereka perempuan

Orang ke-2 (Mukhotob)

Mudzakkar

كَ (اَكْرَمْتُكَ)

kamu satu laki-laki

(اَكْرَمْتُكُمَا)  كُمَا

kalian berdua laki-laki

(اَكْرَمْتُكُمْ)  كُمْ

kalian laki-laki

Muannats

كِ (اَكْرَمْتُكِ)

kamu satu perempuan

كُمَا (اَكْرَمْتُكُمَا)

kalian berdua perempuan

كُنَّ (اَكْرَمْتُكُنَّ)

kalian perempuan

Orang Pertama (Mutakallim)

Mudzakkar/ Muannats

نِيْ (اَكْرَمْتَنِيْ )

aku 

(اَكْرَمْتَنَا )   نَا

kita/kami

 

Silakan dihafalkan dengan rumus (di baca dlomir nya untuk pengingat)

  • hu huma hum

  • haa huma hunna

  • ka kuma kum

  • ki kum kuma kunna

  • na ni