Jumat, 13 Desember 2019

Isim-isim yang dibaca nasob



منصوبات الاسماء

Isim-isim yang di baca nasob

isim manshub (yang dibaca nashob) yang menjadi sasaran tindakan  (objek).

Maka, jelas sekali, yang dimaksud maf’ul bih menurut arti istilah ialah  isim manshub dimana posisinya menjadi sasaran tindakan  si pelaku.

Contoh :

قَرَأْتُ كِتَابًا = Aku sudah  membaca Buku

Dalam misal  di atas, yang menjadi sasaran perbuatannya (memukul) ialah  kata “kitaaban”, maka kata tersebut  menjadi maf’ul bih(objek).



2. 
Maf'ul Fiih (مفعول فيه)

    Maf’ul Fiih/ Zharaf  ialah  isim Manshub yang menyatakan  tempat atau masa-masa  terjadinya sebuah  perbuatan/pekerjaan(kata keterangan).

Maf’ul Fiih ialah  isim Manshub yang menyatakan  tempat atau masa-masa  terjadinya sebuah  perbuatan/pekerjaan. Atau sebagai jawaban dari pertanyaan “kapan” atau “dimana”. Disebut Zhorof  Zaman (keterangan waktu) bilamana  berkaitan dengan masa-masa  terjadinya perbuatan, dan dinamakan  Zhorof  Makan (keterangan tempat)  bilamana  berkaitan dengan lokasi  terjadinya perbuatan.

Contoh :
يَلْعَبُ زَيْدٌ كُرَّةَ القَدَمِ أَمَامَ الْمَدْرَسَةِ.(ظَرْفُ الْمَكَانِ)
( Zaid bermain sepak bola di depan sekolah“keterangan tempat”.


   Maf’ul Ma’ah مَفْعُوْلُ مَعَهُ merupakan   isim manshub yang terletak sesudah  huruf   Wau (و). Akan tetapi, wau itu  tidak bermakna DAN (kata sambung). Melainkan mempunyai makna  bersama atau kebersamaan. Maka dari itulah Maf'ul Ma'ah pun  disebut Wau Ma'iyyah, sampai-sampai  wawu maiyah pengertiannya sama saja dengan Maf'ul Ma'ah.

Contoh: سِرْتُ وَالْجَبَلَ (Aku berjalan bareng  gunung). Kata الْجَبَلَ dibaca manshub dengan berharokat fathah sebab  sebagai maf'ul ma'ah dalam format  isim mufrod. Contoh lain:

جَاءَ الأمُّ وَوَلَدُهَا وَغُرُوْبَ الشَّمْسِ  > "Seorang Ibu dan Anaknya datang bersamaan dengan terbenamnya matahari"
إسْتَيْقَظَ زَيْدٌ وَتَغْرِيْدَ الطُّيُوْرِ > "Zaid bangun bersamaan dengan burung berkicau"
رَجَعَ زَيْدٌ وَطُلُوْعَ الْفَجْرِ > "Zaid pulang bersamaan dengan terbitnya fajar"


4. 
Maf'ul Muthlaq (مفعول المطلق)

     Maf’ul Muthlaq ialah  isim atau kata benda yang dibaca nashob yang berada pada urutan yang ketiga dari tashrifannya fi’il, maf'ul muthlaq juga isim yang dibaca nashob dan bertujuan untuk penegasan dan penjelasan jenis serta jumlah perbuatannya.
Contoh :
ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا, أكْرَمَ يُكْرِمُ إكْرَامًا,
Dari pengertian  maf’ul muthlaq itu  member kepahaman bahwa :
1. Maf’ul muthlaq berupa kalimat isim
2. Maf'ul muthlaq bertujuan untuk penegasan, penjelas dari fi'il (baik jenis maupun jumlah pe kerjaannya)
3. Dibaca nashob dan dinashobkan oleh amil. Adapun amil yang menashobkan maf’ul muthlaq yaitu :

Fi’il taam yang mutashorrif: kata kerja sempurna yang dapat ditashrif (maksudnya bukan fi’il naqhis dan fi’il jamid )
ضَرَبْتُ كَلْبًا ضَرْبَتَيْنِ
Aku memukul Anjing dengan dua kali pukulan
Mashdar
عَحِبْتُ مِنْ ضَرْبِكَ ضَرْبًا شَدِيْدًا
Aku terkejut atas pukulanmu dengan pukulan yang keras
Isim sifat
أنَا ضَارِبُ زَيْدٍ ضرْبَ أبِيْهِ
Aku memukul Zaid seperti pukulan ayahnya
4. Maf’ul muthlaq tercipta  dari mashdar yang adalah urutan ketiga dari tashrifnya fi’il.

Maf'ul Mutlaq ialah  isim manshub yang dilafalkan  untuk 3 keadaan:

Untuk menegaskan sebuah  perbuatan
Untuk menyatakan  bilangan perbuatan
Untuk menyatakan  jenis/sifat perbuatan


   Maf’ul liajlih ialah  Isim yang dibaca nashob yang bermanfaat  untuk menyatakan  sebab atau  motif terjadinya perbuatan.
Contoh:

جَلَسْتُ عَلَى الكُرْسِيِّ تَعْبًا
(Aku duduk di atas kursi karena lelah)

رَجَعْتُ إِلَى البَيْتِ شَوْقًا لِلْأسْرَةِ
(Aku pulang ke rumah karena kangen dengan keluarga)

أكَلْتُ الطَعَامَ جَوْعًا
(Aku memakan makanan karena lapar)

أذهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَةِ رَغْبَةً فِيْ الْعِلْمِ
( Aku berangkat ke sekolah sebab  mencintai Ilmu)

ضَرَبْتُ الْوَلَدَ تَأْدِيْبًا لَهُ
( Aku memukul anak tersebut  karena bermaksud guna  mendidiknya)

Penjelasan :

kata 'mendidik', 'cinta', 'lelah', 'lapar', dan 'rindu' adalah menjadi Maf’ul Li Ajlih,  hukumnya Nashob dan tanda Nashob nya adalah Fathah.

Baca Selengkapnya di 
sini.

6. 
Haal (حال)

Haal ialah  isim Manshub yang menyatakan  keterangan suasana  yang samar. Adakalanya menjelaskan suasana  fa’il. Seperti dalam misal  :
  رَاكِبًا  جَاءَ زَيْدٌ  = Zaid sudah  datang sambil  berkendara


Lafazdh رَاكِبًا berkedudukan sebagai haal dari lafazdh جَاءَ , seperti yang ada  di dalam firman Allah Swt, inilah  :

فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا  “ Maka keluarlah Musa dari kota tersebut  ( Mesir ) dengan rasa takut”. ( Al-Qashash:21).

Lafazd خَٰائِفًا berkedudukan sebagai haal dari fa’il lafazdh خَرَجَ yang menjelaskan suasana  Musa masa-masa  keluarnya.     

Atau menjelaskan suasana  maf’ul, laksana  dalam misal  :

رَكِبْتُ الفَرْسَ مُسَرَّجًا
    = Aku sudah  menunggang kuda sambil  berpelana.

Lafazh مُسَرَّجًا Berkedudukan sebagai haal dari maf’ul yang menjelaskan suasana  kuda waktu dipakai  angkutan di atasnya.
 7. 
Tamyiiz (التمييز)

    Tamyiiz adalah sebuah kata atau lafadz yang dibaca mansub yang bermanfaat  menjelaskan isim yang samar pada suatu  kalimat. Berikut definisi  dalam buku  jurumiyah;
الاِسْمُ المَنْصُوْبُ المُفَسِّرُ لِمَا انْبَهَمَ مِنَ الذَّوَاتِ
Artinya: Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob yang bermanfaat  menjelaskan hal-hal yang samar pada suatu  kalimat.
Sedangkan definisi  lain dari tamyiiz dalam buku  nahwu wadih merupakan
إِسْمٌ يُذْكَرُ لِبَيَانِ المُرَادِ مِنْ اسْمٍ سَابِقٍ يَصْلَحُ لِأَنْ تُرَادَ بِهِ أَشْيَاءٌ كَثِيْرَةٌ
Artinya : kata (isim) yang kegunaannya  menjelaskan maksud dari kata (isim) sebelumnya.
Contoh
- رَأَيْتُ أرْبَعَةَ عَشَرَ
Artinya : Saya menyaksikan  empat belas
- رَأَيْتُ أرْبَعَةَ عَشَرَ غَنَمًا
Artinya : Saya menyaksikan  empat belas kambing

Kalimat kesatu  pada misal  di atas masih belum jelas karena cuma  menuliskan  kata أرْبَعَةَ عَشَرَ yang dengan kata lain  empat belas dan tidak melafalkan  benda/barang yang dihitung (tamyiznya). Sehingga kalimat itu  belum terbilang kalimat yang menyeluruh  dan masih rancu. Kemudian pada misal  kedua hitungan angka أرْبَعَةَ عَشَرَ ditambahkan dengan kata غَنَمًا yang dengan kata lain  kambing,maka kalimatnya pun menjadi sempurna dan dapat dipahami  menjadi “saya menyaksikan  empat belas kambing”. Kata kambing/ghonaman  adalah tamyiz yang menyatakan  angka أرْبَعَةَ عَشَرَ yang dengan kata lain  empat belas adalah berupa kambing, kemudian  kalimat itu  menjadi menyeluruh  dan dapat  dipahami.


      Mustatsna’ (مستثنى ) yakni  isim manshub (yang dibaca nashob) yang terletak setelah  huruf istitsna’ untuk menyatakan  hukum yang bertolak belakang  dengan sebelumnya, bahasa gampangnya, mustatsna' ialah bab yang menerangkan kata yang yang 'dikecualikan' yang jatuh setelah huruf istitsna'. Adapun Isim yang terletak sebelum huruf   istisna’ dinamakan  mustatsna’ minhu (مستثنى منه ).
Contoh:
جاءَ الطُّلَّابُ إلاّ زَيْدًا
[ الطُّلَّابُ : مستثنى منه ،  زَيْدًا : مستثنى ].
Kata “ إلاّ “ ialah  salah satu huruf   istitsna’. Kata sebelumnya yakni  “الطُّلَّابُ “ dinamakan  mustatsna’ minhu (مستثنى منه), dan kata setelahnya “ زَيْدًا “ dinamakan  dengan mustatsna’ (مستثنى).


9. 
Khobar Kaana wa Akhwatuha (خبر كان و أخواتها)

Kaana wa akhwatuha adalah salah satu kumpulan fi'il yang termasuk amil nawasikh, atau amil yang merusak tatanan hukum mubtada dan khobar. Berikut ini adalah Kaana dan saudara-saudaranya:

كَانَ 
بَاتَ
ظَلَّ
أَضْحَى
أَصْبَحَ
أَمْسَى
صَارَ
لَيْسَ
ما زَالَ
مَا بَرِحَ
ما فًتِئَ
مَا انْفَكَ
مَا دَامَ
Fungsi kaana wa akhwatuha (كان و أخواتها)

Fungsi kaana adalah تَرْفَعُ الاِسْمَ وَتَنْصِبُ الْــخَبَر "merofa'kan isim (kaana) dan menasabkan khobar (kaana)". Perhatikan contoh berikut:

Sebelum kemasukan كَانَ
مُحَمَّدٌ كَرِيْمٌ
contoh di atas adalah susunan mubtada dan khobar, mubtada: مُحَمَّدٌ, khobar: كَرِيْمٌ

Setelah kemasukan كَانَ
كَانَ مُحَمَّدٌ كَرِيْمًا
Setelah kemasukan كَانَ, maka ada perubahan istilah. Mubtada "مُحَمَّدٌ" berubah menjadi isim kaana, dan khobar menjadi khobar kaana. kita kembali pada tugas kaana wa akhwatuha bahwa kaana dan saudaranya bertugas untuk merofa'kan isim (kaana) yaitu "مُحَمَّدٌ" tanda rofa'nya adalah dhommah, dan menashobkan khobar kaana yaitu "كَرِيْمًا" tanda nashobnya adalah fathah.
Nah, pada pembahasan manshubatul asma, yang dibaca nashob adalah khobarnya kaana sama seperti contoh di atas, khobar kaana adalah "كَرِيْمًا" tanda nashobnya adalah fathah.



10. 
Isim Inna wa Akhwatuha (اسم إنّ وأخواتها)

Inna wa akhwatuha (Inna dan saudara-saudaranya) ialah  sekelompok huruf (kata depan) yang biasanya berada sebelum  isim. Jika sebuah  jumlah ismiyah (kalimat yang tersusun dari mubtada’ dan khabar) didahului oleh Inna atau saudara-saudaranya, maka akan mengakibatkan  mubtada’ menjadi manshub dan dinamakan  isim Inna, dan khabar tetap marfu dan dinamakan  khabar Inna. Seperti:
Kalimat pertama
 الله سميع عليم
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Lafadz  الله menjadi Mubtada' [dibaca rofa’ dialamati dlomah karena isim mufrod], sedangkan lafad سَمِيعٌ menjadi khobarnya [dibaca rofa']

Kalimat kedua kemasukan إِنَّ
ان الله سميع عليم
bahwasannya  Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Lafad اللَّهَ berubah menjadi isim إِنَّ dan dibaca Nashob dengan fathah, sedangkan Kata سَمِيعٌ tetap dibaca rofa' dengan tanda dhommah karena sebagai khabar Inna.

Nah, dalam pembahasan manshubatul asma ini, yang dibaca nashob pada poin 10 adalah isim inna, sama seperti contoh di atas
Lafad اللَّهَ berubah menjadi isim إِنَّ dan dibaca Nashob dengan fathah

   Definisi Munada merupakan   klimat isim yang dinamakan  sesudah atau jatuh setalah huruf   nida. Penggunaan Munada dengan mempergunakan huruf-huruf   panggilan huruf   nida supaya  yang dipanggil mengunjungi  atau menoleh untuk  yang memanggil. Dalam bahasa arab, nida' artinya ialah  seruan.
Contoh Munada: ياَ عَبْدَ اللهِ
Atau laksana  وَلَقَدْ اَتَيْنَا دَاوُدَ مِنَّا فَضْلاً ط يَا جِبَالُ اَوِّبِى مَعَهُ وَااطَّيْرَ.

Huruf nida’ berjumlah tujuh macam, yaitu
يا=َ أ= أَيْ= آ= هَياَ=أَياَ=وَا

Keterangan :

Huruf Nida (أَيْ) dan (أَ) dipakai  untuk menyeru sesuatu yang dekat. (أَياَ), (هَياَ) dan (آ) guna  menyeru sesuatu yang jauh. (ياَ) untuk seluruh  munada, baik dekat, jauh atau sedang. (وَا) guna  ratapan, yaitu dipakai  untuk meratapi sesuatu yang dirasakan  sakit, Contoh: (وَا كَبِدِي!)

Sedangkan andai  (ياَ) ditentukan dalam menyeru nama Allah ta’ala, sampai-sampai  nama Allah jangan  diseru dengan yang lainnya, dan dalam istighatsah (permintaan tolong), sampai-sampai  tidak diizinkan  meminta bantu  dengan di samping  (ياَ)

Huruf . (ياَ) dan (وَا) ditentukan guna  nudbah, sampai-sampai  selain dua-duanya  tidak dapat  digunakan guna  nudbah, tetapi  (وَا) dalam nudbah lebih tidak sedikit  digunakan.
12. TAWABI' LIL MANSHUB

    Tabi’ ialah  kata yang mengekor  hukum kata sebelumnya ditinjau dari segi  i’rab.

Istilahnya:

اَلْمَتْبُوْعُ = Kata yang diikuti

اَلتَّابِعُ = Kata yang mengikuti

ada 4 macam tabi' (tawabi') :

a. اَلنَّعْتُ — نَعْتٌ / مَنْعُوْتٌ (NA'AT)

Na’at ialah  tabi’ yang menyifati isim sebelumnya. Na’at dapat  disebut sifat.

Contoh:
 رأيت الأمِيْرَ العادلَ  'saya melihat seorang pemimpin yang adil itu'
Antara Na'at dan Man'ut sama-sama manshub (dibaca nashob dengan tanda nashob fathah).
العادلَ --> NA'AT

الأمِيْرَ --> MAN'UT

Antara Na'at dan Man'ut di atas keduanya mempunyai kedudukan yang sama yaitu Nashob karena Man'ut nya sedang menempati kedudukan Maf'ul, maka Na'at juga harus dibaca Nashob.

b. اَلْعَطْفُ — عَطْفٌ / مَعْطُوْفٌ ('ATHAF)

‘Athaf ialah  tabi’ yang terletak sesudah  huruf-huruf   athaf (huruf-huruf   penghubung / penyambung)
Contoh:

اِشْتَرَيْتُ المَنْزِلَ وَ السَّيَّارَةَ  > Saya telah membeli rumah dan mobil

Dari misal  diatas dapat anda  ketahui bahwa (المَنْزِلَ) sebagai Ma’thuf alaih sebab  yang disambungi, sementara  (السَّيَّارَةَ) sebagai Ma’thuf sebab  yang menyambungkan.

السَّيَّارَةَ --> MA'TUF

وَ --> HURUF 'ATHAF

المَنْزِلَ --> MA'THUF 'ALAIH

Antara Ma'tuf dan Ma'tuf 'Alaih harus dibaca sama dalam i'robnya.

c. اَلتَّوْكِيْدُ — تَوْكِيْدٌ / مُؤَكَّدٌ (TAUKID)

Taukid ialah  tabi’ yang dilafalkan  di dalam kalimat guna  menguatkan atau menghilangkan keragu-raguan dari si pendengar.
Contoh:

رَأيْتُ الأُسْتَاذَ نَفْسَهُ (Saya benar-benar melihat ustadz tersebut)

نَفْسُهُ --> TAUKID guna  memperkuat bahwa yang dilihat adalah الأُسْتَاذَ


d. اَلْبَدَلُ — بَدَلٌ / مُبْدَلٌ مِنْهُ (BADAL)

    Badal ialah  tabi’ yang dilafalkan  di dalam sebuah  kalimat guna  mewakili kata sebelumnya, baik mewakili secara borongan  ataupun sebagiannya saja.
Contoh:

اَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلُثَهُ = Aku sudah  memakan roti tersebut  sepertiganya (bukan semuanya)

Jadi, yang dimakan itu ialah  roti melulu  saja tidak semuanya tapi melulu  sepertiganya. Yang menjadi misal  badalnya ialah  kata sepertiganya (ثُلُثَهُ) sementara  mubdal minhunya adlah kata roti (الرَّغِيْفَ ).



Amil jawazim (penyebab fi'il mudlori' dibaca jazem)



B.    Amil Jawazim

 (وَالجَوَازِمُ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ وَهِيَ: لَمْ وَلَمَا وَاَلَمْ وَاَلَمَا وَلاَمُ الأَمْرِ وَالدُّعَاءِ وَاِنْ وَمَا وَمَنْ وَمَهْمَا وَاِذْمَا وَاَيٌّ وَمَتَى وَاَيَّانَ وَاَيْنَ وَاَنَّى وَحَيْثُمَا وَكَيْفَمَا وَاِذَا فِى الشِّعْرِ خَاصَّةً )

Amil jawazim (amil yang menjazemkan) ada 18 . Tetapi yang 18 tersebut terbagi dua:
a. Yang menjazemkan satu fi'il
b. Yang menjazemkan dua fi'il.

a. Yang menjazemkan satu fi'il, diperinci ada 8:
1.    "لَمْ " (tidak). Contoh:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
"Alloh tidak beranak dan tidak diperanakan".
القَاسِى القَلْبِ لَمْ يَسْمَعْ نَصِيْحَةً
"Orang yang keras hati tidak bisa menerima nashihat"
2.   "لَمَّا " (tidak). Contoh:
جَاءَ الحَقُّ وَلَمَّا يَعْلَمْهُ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ
"Telah datang kebenaran tapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya".
3.   "أَلَمْ " (bukankah / apakah tidak). Contoh:
أَلَمْ نَشْرَهْ لَكَ صَدْرَكَ
"Bukankah kami telah melapangkan dadamu untukmu"
4.   "أَلَمَّا " (bukankah / apakah tidak). Contoh:
َ أَلَمَّا أُحِبْ إِلَيْكِ
"Bukankah akau mencintaimu".
5.    "لاَمُ الأَمْرِ " (hendaklah). Contoh:
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ
"Hendaklah orang kaya menginfakan sebagian kekayaannya".
لِيَجْتَهِدْ مَنْ يُرِيْدُ النَّجَاحَ
"Hendaklah giat orang yang ingin berhasil".
6.   ”لاَمُ الدُّعَاءِ " (semoga). Contoh:
لِينْصُرِ اللهُ الصَّابِرِيْنَ
"Semoga Alloh menolong orang-orang yang sabar".
7.    "لاَ النَّاهِيَة " (jangan). Contoh:
لاَتَسْئَلْ عَمَّا تَعْلَمُ
"Janganlah kamu menanyakan sesuatu yang sudah kamu ketahui".
8.   "لاَ الدَّاعِيَةُ ” (semoga tidak). Contoh:
رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا
"Ya Tuhan kami janganlah Kau sasarkan hati kami setelahnya engkau beri petunjuk".

b. Yang menjazemkan dua fi'il ada 13, yaitu:
1.    "إِنْ " (apabila), contoh:
اِنْ تَنْصُرُوْا اللهَ يَنْصُرْكُمْ
"Apabila kamu semua menolong Alloh, maka Alloh pun akan menolongmu".
2.   إِذْمَا (Apabila ), contoh:
إِذْمَا تَحْفَظْ دُرُوْسَكَ أَحْفَظْ دُرُوْسِى
"Apabila kamu menghafal pelajaran-pelajaranmu, maka aku pun akan menghafalkannya".
إِذْ مَا تَرْحَمْ مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكَ مَا فِى السَّمَاءِ
"Apabila kamu menyayangi penghuni bumi, maka niscaya kamu akan disayangi oleh penghuni langit".
3.   مَا ( apa saja ), contoh:
مَا تَفْعَلْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ
"Kebaikan apa saja yang kamu lakukan niscaya Alloh mengetahuinya".
4.   مَنْ ( siapa saja ), contoh:
مَنْ يَشْكُرْ النَّاسَ يَشْكُرْ اللهَ
"Barang siapa yang berterima kasih kepada manusia, maka ia berterima kasih kepada Alloh".
5.    مَهْمَا ( apabila ), contoh:
مَهْمَا يَتَكَبَّرْ أَحَدٌ يَضَعْ عِنْدَ اللهِ
"Barangsiapa yang takabur, maka ia rendah di sisi Alloh".
6.   أَيّ ( Apa saja / siapa saja ), contoh:
أَيًّا تَتَعَلَّمْ مِنَ العِلْمِ يَنْفَعْكَ
"Ilmu apa saja yang kamu pelajari, maka (ilmu itu) akan bermanfaat bagimu".
اَيًّا تَحْتَرِمْ يَحْتَرِمْكَ
"Kepada siapa saja kamu menghormati, maka kamu juga akan dihormati".
7.    مَتَى ( kapan saja ), contoh:
مَتَى تَجِئْ اِلَيْهَا تَسْتَقْبِلْكَ بِمَلاَءِ التَّبَسُّمِ
"Kapan saja kamu datang kapadanya, maka dia akan menyambutmu dengan penuh senyuman".
8.   أَيَّانَ ( kapan saja ), contoh:
اَيَّانَ تَحْضُرْ أَمَامَهَا تَقْبَلْنِي
"Kapan saja aku datang di hadapannya, niscaya ia akan menerimaku".
9.   أَيْنَ ( di mana saja ), contoh:
أَيْنَ تَسْكُنْ حَبِيْبَتِي أَزُرْهَا
"Dimana saja kekasihku tinggal, maka aku akan mengunjunginya".
10. أَنَّى ( kapan saja / dimana saja ), contoh:
أَنَّى تَكُنْ يَعْلَمْكَ اللهُ
"Kapan dan di mana saja kamu berada, niscaya Alloh mengetahui keberadaanmu".
11. حَيْثُمَا ( sekiranya ), contoh:
حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ يُقَدِّرْلَكَ اللهُ نَجَاحًا فِى غَابِرِ الأَزْمَانِ
"Sekiranya kamu istiqomah, maka Alloh akan mensukseskanmu di masa mendatang".
12. كَيْفَمَا ( bagaimana saja )
كَيْفَمَا تَرْغَبْ عَنِّي أُحْسِنْ إِلَيْهَا
"Bagaimana saja ia membenciku, maka aku tetap akan berbuat baik kepadanya".
13. إِذَنْ ( apabila ), contoh hanya di syi’ir:
إِسْتَغْنِ مَا اَغْنَاكَ رَبُّكَ بِالغِنَى * وَاِذًَا تُصِبْكَ خَصَاصَةٌ فَتَجَمَّلْ
"Merasa cukuplah kamu dengan kecukupan  yang telah diberikan Allloh. Dan apabila kemiskinan menimpamu, maka bersabarlah!"

Amil nawasib (penyebab fi'il mudlori' dibaca nasob)




 A.     Amil Nawasib (Amil yang suka menashobkan fi'il mudlori )
(فَالنَّوَاصِبُ عَشَرَةٌ، وَهِيَ : اَنْ وَلَنْ وَاِذَنْ وَكَيْ وَلاَمُ كَيْ وَلاَمُ الجُحُوْدِ وَحَتَّى وَالجَوَابُ بِالفَاءِ وَالوَاوِ وَاَوْ.)

Amil-amil yang suka menashobkan fi'il mudlori ada 10, yaitu:
1.    " أَنْ ". contoh:

"Aku ingin pergi ke kota".
أَرِيْدُ اَنْ أَذْهَبَ اِلَى المَدِيْنَةِ

"Datangnya kekasihku membuat aku gembira".
يَسُرُّنِيْ اَنْ تَجِىءَ حَبِيْبَتِيْ

2.   " لَنْ ". contoh:

"Orang yang hasud tidak akan menjadi mulia"
لَنْ يَسُوْدَ الحَسُوْدُ

"Orang yang malas tidak akan sukses"
لَنْ يَنْجَحَ المُتَكَاسِلُ

3.   " إِذَنْ ". ( jika demikian ).
إِذَنْ dipakai untuk menjawab perkataan yang sebelumnya. contoh:

إِذَنْ تَنْجَحَ فِى الإِمْتِحَانِ ( jika demikian, maka kamu akan sukses dalam ujian). ini sebagai jawaban dari perkataan yang ada sebelumnya "سَأَجْتَهِدُ فِى الدِّرَاسَةِ  "( saya akan rajin dalam belajar ).

إِذَنْ أُكْرِمَهُ (jika demikian, maka saya akan memuliakannya). ini sebagai jawaban dari " أَصْدِقَائُكَ يَزُوْرُكَ (temanmu akan berkunjung kepadamu}".

4.   "كَيْ " (supaya / untuk).contoh:
"Kita belajar dengan giat supaya kita bisa meraih kesuksesan di masa mendatang".
نَتَعَلَّمُ بِجِدٍّ وَنَشَاطٍ كَيْ نَنَالَ عَلَى النَّجَاحِ فِى القَادِمِ

5.    " لاَمُ كَيْ " ( ل )= supaya/untuk.
"Sabarlah atas musibah yang menimpa supaya kamu bisa meraih cita-cita".
اِصْبِرْ عَلَى المَشَقَّاتِ لِتَنَالَ المُنَى

6.   " لاَمُ الجُحُوْدِ " ( ل ). yaitu setiap ل yang masuk pada fi'il mudlori yang terletak setelah مَاكَانَ atau لَمْ يَكُنْ . Fungsinya adalah untuk mempertegas kenapyian (peniadaan). contoh:

مَاكَانَ اللهُ لِيُضَيِّعَهُمْ                      ( Alloh benar-benar tidak akan menyia-nyiakan mereka)     
- لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ                                  ( Alloh benar-benar tidak akan mengampuni mereka)
Contoh yang lainnya:

لَمْ تَكُوْنَا لِتَنْصُرَا
مَاكُنْتُمَا لِتَنْصُرَا
أَنْتُمَا
لَمْ يَكُنْ لِيَنْصُرَ
مَاكَانَ لِيَنْصُرَ
هُوَ
لَمْ تَكُوْنُوْلِتَنْصُرُوْا
مَاكُنْتُم لِتَنْصُرُوْا
أَنْتُمْ
لَمْ يَكُوْنَا لِيَنْصُرَا
مَاكَانَا لِيَنْصُرَا
هُمَا
لَمْ تَكُوْنِيْ لِتَنْصُرِيْ
مَاكُنْتِ لِتَنْصُرِيْ
أَنْتِ
لَمْ يَكُوْنُوْا لِيَنْصُرُوْا
مَاكَانُوا لِيَنْصُرُوْا
هُمْ
لَمْ تَكُوْنَا لِتَنْصُرَا
مَاكُنْتُمَا لِتَنْصُرَا
أَنْتُمَا
لَمْ تَكُنْ لِتَنْصُرَ
مَاكَانَتْ لِتََنْصُرَ
هِيَ
لَمْ تَكُوْنَا لِتَنْصُرَا
مَاكُنْتُنَّ لِتَنْصُرْنَ
أَنْتُنَّ
لَمْ يَكُوْنَا لِتَنْصُرَا
مَاكَانَا لِيَنْصُرَا
هُمَا
لَمْ اَكُنْ لأَنْصُرَ
مَاكُنْتُ لِأَنْصُرَ
أَنَا
لَمْ يَكُنَّ لِيََنْصُرْنَ
مَاكُنَّ لِيَنْصُرْنَ
هُنَّ
لَمْ نَكُنْ لِنَنْصُرَ
مَاكُنَّا لِنَنْصُرَ
نَحْنُ
لَمْ تَكُنْ لِتَنْصُرَ
مَاكُنْتَ لِتَنْصُرَ
أَنْتَ

7.    "حتَّى " (sehingga). contoh:
اِصْبِرْ حَتَّى يَاتِيَ اللهُ بِاَمْرِهِ

8.   Jawaban dengan (ف)
Menjawab dengan ف ada sembilan :

a. Jawab dengan ف dari fi'il amar
إِجْتَهِدْ فَتَنْجَحَ
Rajin-rajinlah kamu ! (jika demikian), maka kamu akan sukses
أُشْفُقْ عَلَى أَوْلَدِكَ فَيَحْتَرِمُوْكَ
Sayangilah anak-anakmu! (jika demikian), maka mereka akan menghormatimu
كُلْ فَتَشْبَعَ
Makanlah! (jika demikian), maka kamu akan kenyang
Cat; yang berwarna merah itu fi’il amar dan huruf fa’ setelahnya ialah fa’ jawab.

b. Jawab dengan ف dari do'a
رَبِّ وَفِقْنِيْ عِلْمًا فَأَعْمَلَ صَالِحًا
Ya Tuhanku, semoga Engkau memberiku ilmu (jika demikian), maka aku akan beramal shaleh

c. Jawab dengan ف dari nahyi (larangan)
لاَتَكْسُلْ فِى الدِّرَاسَةِ فَتَفْشَلَ فِى الأِمْتِحَانِ
Janganlah kamu malas dalam belajar (jika demikian) maka kamu akan gagal dalam ujian 

d. Jawaban dengan ف dari istifham
هَلْ زَيْدٌ فِى الدَّارِ فَأَذْهَبَ إِلَيْهِ
Apakah ada Zaed di rumah ? (jika demikian) maka aku akan pergi ke sana  

e. Jawab dengan ف dari تَعْرِيْضْ (menyindir)
أَلاَ تَنْزِلْ عِنْدَنَا فَتُصِيْبَ خَيْرًا
Mengapa kamu tidak mampir ke rumah kami (jika demikian) maka kamu akan memperoleh kebaikan
    
f. Jawab dengan ف dari تَحْضِيْضْ (membentak)
هَلاَّ أَكْرَمْتَ زَيْدًا فَيَشْكُرَكَ
Mengapa kamu tidak menghormati Zaed (jika demikian) maka dia akan berterimakasih kepada mu.    

g. Jawab dengan ف dari tamanni (angan-angan). Contoh dalam syair:
أَلاَ لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا * فَأُخْبِرَهُ بِمَا فَعَلَ المَشِيْبُ
"Aku mengharap keremajaanku kembali lagi satu hari saja(jika kembali), maka saya akan memberitahukan kepadanya apa-apa yang dilakukan di waktu tua itu".

h. Jawab dengan ف dari tarojji' (harapan)
لَعَلِّى اُرَافِقُ الشَّيْخَ فَيُعَلِّمَنِيْ عِلْمًا
Semoga aku bisa menyertai syekh (jika bisa), maka dia mengajariku suatu ilmu.    

i. Jawab dengan ف dari nafyi
مَاتَأْتِيْنَا فَتُحَدِّثَنَا
Kamu tidak datang kepada kami(jika datang), maka kamu akan bisa berbincang-bincang dengan kami.    
ما nafi ; ma yang bermakna tidak.

Kesembilan jawab dari ف tersebut terkumpul dalam sebuah syi'ir:
مُرْ وَانْهَ وَادْعُ وَسَلْ وَاعْرِضْ لِحَضِّهِمْ * تَمَنَّ وَارْجُ كَذَاكَ النَّفْيُ قَدْ كَمُلاَ

9.   Jawab dengan و
Jawab dengan و sama dengan jawab dengan ف . yakni ada sembilan.

10. " أَوْ " . أَوْ mempunyai dua makna ; a. Bermakna إِلَى  b. bermakna إِلاَّ .

-         Contoh yang bermakna إِلَى:
لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ اُدْرِكَ المُنَى * فَمَاْ قَادَتِ الأَمَالُ إِلاَّ لِصَابِرٍ
"Sungguh aku akan menganggap mudah terhadap kesulitan sampai teraihnya cita-cita , karena cita-cita hanya bisa tercapai oleh orang yang sabar".
-         Contoh yang bermakna إِلاَّ:
لَأَقْتُلَنَّ الكَافِرَ أَوْ يُسْلِمَ
"Sungguh aku akan membunuh orang kafir kecuali apabila dia masuk Islam".

Bab fi'il


بَابُ اَلْأَفْعَالِ
Bab pengenalan Fiil-fiil

.اَلْأَفْعَالُ ثَلَاثَةٌ : ماض وَمُضَارِعٌ, وَأَمْرٌ, نَحْوَ ضَرَبَ, وَيَضْرِبُ, وَاضْرِبْ. . وَالْأَمْرُ : مجزوم أَبَدًا.
 وَهُوَ مَرْفُوعٌ أَبَدًا,حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ أَوْ جَازِمٌ


 Bab Penjelasan tentang Pembagian Fi’il-fi’il

  Fi’il-Fi'il terdiri dari tiga bagian :
·        Fiil Madhi (Kata kerja makna lampau)
·        Fiil Mudhari’(Kata kerja makna sedang atau Makna akan datang)
·        Fiil Amr (Kata kerja yang mengandung perintah)
seperti Contohnya :
.ضَرَبَ    (Contoh Fiil madhi),  telah memukul
وَيَضْرِبُ  (Contoh Fiil mudhari’) sedang atau mau memukul
وَاضْرِبْ.  (Contoh Fiil amr’), kata perintah pukulah

 Fiil Madhi Dan Kedudukan-nya

فَالْمَاضِي مَفْتُوحُ اَلْآخِرِ أَبَدًا
  Adapun fiil Madhi adalah fiil yang akhir hurufnya berharkat fathah selamanya
Kapan fiil madhi itu dimabniykan atas fathah?
: إِذَا لَمْ يَتَّصِلْ بِهِ شَيْءٌ ،نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى {قَالَ رَبُّكَ}
1.     Yang pertama apabila tidak bersambung dengannya sesuatu apapun.
Contoh قَالَ رَبُّكَ  (qola robbuka) Tuhanmu telah berfitman{berkata}
Lihat disini, قَالَ Lam-nya jelas-jelas fathah.
Maka kita katakan  مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتحِ
2.      Kemudian yang kedua:
أَوْ اتَّصَلَتْ بِهِ تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةُ
Atau apabila bersambung dengan ta’ ta’nist yang sukun.
Contoh قالت المراة  (qolat almara’tu) seorang perempuan telah berkata
Lihat,  قَالَتْ Ini lam-nya tetap berharakat fathah.
قَالَتْ Makanya kita katakana مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتحِ
3.      Kemudian yang ketiga
أَوْ اَلِفُ الإِثْنَيْنِ ،
Atau alif mutsanna
Contohوَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ
Perhatikan..
قَالَا Ini lam-nya bersambung dengan alif mutsanna…
Kalau kita tasrif itu kan,
قَالَ – قَالَا – قَالُوا
Maka قَالَا Ini مَبْنِيٌ عَلَى الفَتحِ
Karena lam-nya itu jelas² fathah.
Kemudian selalu dibaca fathah itu ada pengecualian akan tetapi hukumnya tetap mabni (tetap) .
Ada dua mabni yaitu mabni dlommah dan sukun  dimana fiil madli akhirnya dibaca dlomah atau sukun.
Ø Mabni dlommah
إِذَا اتَّصَلَتْ بِهِ وَاوُ الجَمَاعَةِ ،
Apabila bersambung dengan wawu jama’ah
Contohnya adalah firman Allah Subhānahu wa Ta’āla : { وَقَالُوا سَمِعْنَا } Ini dalam surat Al Baqarah ayat 285
Perhatikan. قَالُوا   qoluu ( mereka telah berkata)Lam-nya ini dhammah, makanya kita katakan  مَبْنِيٌّ عَلَى الضَمِّ.
Ø Mabni sukun
 يُبْنَى عَلَى السُّكُوْنِ
Dimabniykan atas sukun,
إِذَا اتَّصَلَتْ بِهِ تَاءُ الفَاعِلِ ُ
a.      apabila bersambung dengan ta’ fail.
Contoh  Lihat perhatikan, قُلْتُ لَهُمْ Lam-nya sukun, makanya kita katakan مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ
Dan definisi ta’ fail itu ada banyak. Kalau dalam fiil madhi, ta’ fail itu mencakup dari أنت  sampai أنتنّ, bahkan أناnya pun masuk ya. Jadi misalkan kalau نَصَرَ Berarti ta’ failnya itu :
نَصَرْتَ
نَصَرْتُمَا
نَصَرْتُمْ
نَصَرْتِ
نَصَرْتُمَا
نَصَرْتُنَّ
نَصَرْتُ
Pokoknya semua ta’ itu disebut dengan ta’ fail.
Lihat مَاقُلْتُ لَهُمْ
قُلْ Lam-nya sukun makanya kita katakan مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ
b.     Apabila fi’il madli bertemu dengan nun fai’l
Contoh قلنا  qulna (kami telah berkata)
قُلْنَا Lihat, sukun lam-nya
c.      Apabila fi’il madli bertemu dengan nun inats (dlomir muannas goibah)
Contoh قلن  qulna (dia perempuan banyak telah berkata)
Lihat, قُلْنَ Ini lam-nya sukun, makanya kita katakan  مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُونِ
Catatan; perhatikan perbedaan nun pada contoh b dan c.
                   

والمضارع مَا كَانَ فِي أَوَّلِهِ إِحْدَى اَلزَّوَائِدِ اَلْأَرْبَعِ اَلَّتِي يَجْمَعُهَا قَوْلُكَ "أَنَيْتُ"
  Adapun  Fiil mudhari' adalah selama ada pada awal lafadz-nya salah satu dari 4 tambahan huruf seperti yang terangkum dalam ucapakan engkau "ANAITU, Yakni huruf (أَ) Alif (نَ) Nun  (يَ) Ya (تَ) Ta 

Keterangan : Untuk mempermudah pemahaman tentang ciri fiil mudhori, coba perhatikan contoh berikut ini ( أَضْرَبُ نَضْرَبُ يَضْرَبُ تَضْرَبُ) pada setiap awal lapadz DOROBA ditambahi huruf (أَ) Alif (نَ) Nun  (يَ) Ya (تَ)  yang di himpun pada lapadz "أَنَيْتُ". Dan inilah yang disebut fiil mudhori

 وَهُوَ مَرْفُوعٌ أَبَدًا,حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ أَوْ جَازِمٌ

Fiil Mudhori : adalah fiil yang di rafa'kan selama-nya sehingga masuk kepadanya Amil yang menasabkan atau amil yang menjazem-kan

Keterangan : yang dimaksud dengan rafa' adalah pada akhir lapadz-nya berharkat dhomah,  nashab berharkat fathah, jar berharkat kasroh dan  jazem berharkat sukun..