Selasa, 15 Februari 2022

Hukum harakat hamzah boleh kasrah dan fathah

 Hukum harakat hamzah boleh kasrah dan fathah


  Syarat agar إن boleh berharakat kasrah atau fathah yaitu ketika mashdar muawwal mungkin dirubah menjadi mashdar sharih.


قال ابن مالك

بعد “إذا” فجاءة أو قسم لا لام بعده بوجهين نمي # مع تلوا “فا”الجزا وذا يطرد في نحو خير القول أني أحمد


Posisi-posisi boleh kasrah atau fathah:


📝Apabila إن/أن terletak setelah إذا الفجائية ( Idza Fajaaiyyah)

Contoh:


ٌخَرَجْتُ مِنَ البيتِ فإذا إِنَّ/أَنَّ المطرَ نازل✔️

Aku keluar rumah tiba-tiba hujan turun


Sekilas tentang إذا الفجائية dan إذا الشرطية berikut perbedaanya.


✔Pertama: Idza إذا syartiyyah dari jenis isim dan Idza إذا Fajaaiyah jenis huruf


✔Kedua: Idza إذا syartiyyah masuk pada jumlah fi’liyyah, adapun Idza إذا Fajaaiyyah masuk pada jumlah ismiyah


✔Ketiga: Idza إذا syartiyah membutuhkan jawaban, sedangkan Idza إذا Fajaaiyah tidak


✔Keempat: Idza إذا syartiyyah memiliki hak digunakan diawal kalimat, sedangkan Idza إذا Fajaaiyah hanya berada di akhir kalimat


✔Kelima: Idza إذا syartiyyah bermakna mustaqbal meski fi’il yang dimasukinya bentuk lampau (madhi), sedangkan Idza إذا Fajaaiyah untuk hal (waktu sekarang)


Pelajari lebih detail tentang Idza إذا syartiyah pada materi Uslub Syarat✏📌



📝Apabila أن menempati posisi jawab qosam (sumpah)

Contoh:


أقسم بالله أَنَّ خالدا صادقٌ✔️

Namun, apabila khobarnya ditempeli Lam Ibtida/muzhaliqah/taukid, harakat hamzah إن mesti kasrah.


أقسم بالله إِنَّ خالدا لصادقٌ✔️

Aku bersumpah bahwa Kholid itu benar.


Apabila إن/أن terletak setelah huruf fa Jazaa ( فاء الجزاء)

Fa Jazaa adalah huruf yang biasa digunakan dalam syarat jawab seperti yang sudah dibahas pada materi Uslub Syarat.


Contoh:


مَنْ يَجْتَهِدْ فَإِنَّهُ نَاجِحٌ

Pada contoh ini, harkat hamzah dikasrahkan dengan alasan bahwa susunan kalimat sudah sempurna meskipun tidak terdapat أن yaitu فهو ناجح


Kemudian harakat hamzah difathahkan dengan alasan bahwa apabila dirubah menjadi bentuk masdhar sharih, perkiraanya yaitu


ٌمَنْ يَجْتَهِدْ فَنَجَاحُهُ حَاصِل

Yaitu dengan memperkirakan kata حاصل sebagai khabar yang dibuang.


Apabila إن/أن menempati posisi khabar dari kata Qoul (قول) dengan syarat: Ia menjadi khabar dari mubtada kata قول, menjadi penjelas bagi kata قول dan fa’ilnya dari orang yang sama

Perhatikan Contoh:


قَوْلي إِنّي أَحْمَدُ اللّهَ

قَوْلي أَنّي أَحْمَدُ اللّهَ

Kedua contoh di atas semuanya bisa  kasrah dan juga fathah karna sudah memenuhi ke 3 syarat diatas.


Lihat perbedaan apabila contohnya seperti dibawah:


قَوْلي إِنَّ خَالدًا يحمدُ اللَّهَ

Karna tidak memenuhi syarat harus fa’il yang sama,maka harakat hamzah wajib kasrah.


Atau apabila contohnya seperti ini


عملي إِنّي أَحْمَدُ اللّهَ

Karna tidak memenuhi syarat harus yang mengandung makna قول , maka harakat hamzah wajib fathah.

Hukum harakat hamzah إنّwajib fathah

 Hukum harakat hamzah wajib fathah


   Harakat hamzah pada إن wajib fathah pabila mashdar muawwal memungkinkan dirubah menjadi mashdar sharih.


قال ابن مالك

وَهَمْزَ إِنَّ افْتَحْ لِسَدِّ مَصْدَرِ مَسَدَّهَا وَفِي سِوَى ذَاكَ اكْسِرِ


Contoh1:


يـسـعدني أَنَّكَ ناجحٌ

Kelulusanmu membuat aku senang.


Perhatikan kalimat أَنَّكَ ناجحٌ ini adalah bentuk mashdar muawwal yang terdiri dari أن + isim dhamir + khabar, yang mungkin kita rubah menjadi mashdar sharih sebagai berikut:


يـسـعدني نَجَاحُكَ


Contoh2:


يُـسْـعِدُنِي أَنّ تَنْتَظِرَ

Penantianmu membuatku senang


Perhatikan kalimat أنّ تنتظر adalah bentuk mashdar muawwal yang terdiri dari أن + fi’il mudhari’ + dhamir أنت, yang mungkin Kita rubah menjadi mashdar sharih sebagai berikut:


يـُسْـعِدُنِي انْتِظَارُكَ


Posisi-posisi yang mewajibkan harakat inna fathah


📝Apabila إن  menduduki posisi mubtada. Contoh:

وَمِن آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأَرْضَ خَاشِعَةً


Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus,


Mashdar muawwal kalimat ( أَنَّكَ تَرَى ) menempati posisi mubtada muakkhar dengan perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih yaitu


وَمِن آيَاتِهِ رؤيتك الأَرْضَ خَاشِعَةً


📝Apabila إن menduduki posisi fa’il

Contoh:


فَلَمّا تَبَيَّنَ لَهُ أنَّهُ عَدُوُّ لِلَّهِ تَبَرَّأ مِنهُ – التوبة ١١٤


Mashdar Muawwal kalimat أنَّهُ عَدُوُّ menempati posisi fa’il dari kata kerja تَبَيَّنَ dengan perkiraan setelah dirubah menjadi bentuk mashdar sharih yaitu


فَلَمّا تَبَيَّنَ لَهُ عداوته لِلَّهِ تَبَرَّأ مِنهُ


📝Apabila إن menduduki posisi Naibulfa’il

Contoh:


عُرِفَ أَنَّ خالدًا مجتهدًا

Sudah ma’ruf bahwasanya Kholid rajin


قوله تعالى : قُل أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الجِنِّ


Mashdar Muawwal kalimat أَنَّهُ اسْتَمَعَ menempati posisi naibulfa’il dari kata kerja majhul أُوحِيَ dengan perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih yaitu


ٍقُل أُوحِيَ إِلَيَّ استماعُ نفر


📝Apabila إن menduduki posisi Maful Bih

Contoh:


عَلِمْتُ أنَّكَ نجَحْتَ في الامتحان


Mashdar Muawwal kalimat أنَّكَ نجَحْتَ menempati posisi Maf’ul Bih dari kata kerja عَلِمْتُ (fi’il dan Fa’il) dengan perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih yaitu


عَلِمْتُ نَجَاحَكَ في الامتحان


📝Apabila إن menduduki posisi majrur dengan huruf Jar

Contoh:


ذَلِكَ بِأَنَّهُم كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ – العمران ١١٢


Mashdar Muawwal kalimat بِأَنَّهُم كَانُوا menempati posisi majrur dengan huruf jar. Perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih yaitu


ذَلِكَ بِكَوْنِهِمْ يَكْفُرُونَ….الأية


📝Apabila posisi إن berada setelah perangkat syarat law (لو) dan lawla (لولا) pada uslub syarat

Contoh:


قوله تعالى : وَلَوْ أَنَّھُمْ صَبَرُوْا


Perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih;


وَلَوْ صَبْرُهُمْ

وقوله تعالى : فَلَوْلاَ أَنَّهُ كَانَ مِنَ المُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمٍ يُبْعَثُونَ – الصافات ١٤٣


Perkiraan setelah dirubah menjadi mashdar sharih:


فَلَوْلاَ كَوْنُهُ مِنَ المُسَبِّحِيْنَ


📝Apabila إن dima’tufkan dengan kalimat sebelumnya.

Contoh:


قوله تعالى : يَا بَنِي إِسرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُم وَأَنِّي فَضَّلْتُكُم عَلَى العَالَمِينَ – البقرة ٤٧


Harakat hamzahإنّ wajib Kasrah

 Harakat hamzah wajib Kasrah


  Apabila إنّ + isim + khabarnya (mashdar muawwal) tidak memungkinkan untuk dirubah menjadi bentuk mashdar sharih, maka terdapat beberapa tempat dimana hamzah pada in wajib kasrah, di antranya:


قال ابن مالك

فاكسر في الابتداء في بدء صلة وحيث إن ليمين مكمله # أو حكيت بالقول أو حلت محل حال كزرته وإني ذو أمل # وكسروا إن من بعد فعل علقا باللام كاعلم إنه لذو تق


📝Apabila posisi إن berada diawal kalimat (في ابتداء الكلام) tidak didahului perkataan apapun.


Contoh:


إِنَّكَ مُجْتَهِدٌ


Kamu sungguh rajin


إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ


Pada kedua contoh di atas, hukum harakat hamzah إنّ wajib kasrah karna susunan tersebut tidak bisa diperkirakan menjadi mashdar muawwal.


📝Apabila posisi إنّ terletak setelah kata Qoul قول atau kata yang semakna dengan Qoul (baik bentuknya fi’il madhi, fi’il mudhari‘, atau fi’il ‘amr). Maka harakat hamzah wajib kasrah

Contoh:


قَالَ إِنَّكِ جَمِيْلةٌ

Dia bilang kamu cantik


قَالَ خَالِدٌ إنَّ اللغة العربية سَهْلَةٌ

Kholid bilang bahasa arab itu mudah


قُل إِنَّ الهُدَى هُدَى اللَّهِ -العمران ٧٣

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah.


📝Apabila إن berada di posisi permulaan jumlah Hal (حال)

Pelajari Materi tentang Hal dan Sahibul hal


Berikut contoh إنّ yang berada diposisi permulaan jumlah Haal (حال)


رَأيْتُكَ وإِنَّكَ تَبْكي

Aku melihatmu dan sesungguh kamu dalam keadaan sedang menangis.


Karna kalimat   وإِنَّكَ تَبْكي berada di posisi permulaan jumlah hal, maka harakat hamzah in wajib kasrah.


📝Apabila إنّ berada di posisi permulaan jumlah Silah Maushul (جملة الصلة) seperti

Contoh:


حَضَرَ الذِي إِنَّهُ نَاجِحٌ في الامتحان

Telah hadir orang yang lulus dalam ujian


وَآتَيْنَاهُ مِنَ الكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالعٌصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ – القصص ٧٦

Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.


Pelajari Materi apa itu Isim Maushul✏📌


📝Apabila إنّ berada di posisi jumlah jawab qasam (sumpah), dimana khabarnya ditempeli lam Ibtida atau lam muzhaliqah atau lam taukid

Contoh:


واللّهِ إِنَّكَ لَكاذبٌ

Demi Allah sesungguhnga kamu seorang pendusta


قوله تعالى : والعصر إنّ الإنسانَ لَفِي خُسْرٍ

Demi masa، sesungguhnya manusia itu benar-benar berada kerugian.


Sekilas tentang Lam Ibtida/Muzhaliqah/Taukid.


   Disebut dengan Lam Ibtida sebab lam ini suka nempel pada Isim dan Khobar yang terletak setelah إِنّ (yang hamzahnya Kasrah )


Disebut dengan lam Muzhaliqah sebab Lam ini posisinya dipindahkan dari awal jumlah ke posisi kedua yaitu nempel di khabar إِنَّ atau Isim إِنَّ muakkhar dengan tujuan untuk memperkuat (taukid). Berikut syarat Lam Muzhaliqoh nempel pada Khobar dan Isim إِنَّ


a. Syarat lam ibtida/muzhaliqah boleh nempel pada khabar إِنَّ


khabar harus muakhar (berada setelah mubtada)

Mesti Khobar yang positif (tidak ada nafyi)

Mesti khabar fi’liyyah dari jenis fi’il madhi.

Contoh nempel pada Khobar إِنَّ Muakhar:


إنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ

Contoh nempel pada Khobar إِنَّ selain Fi’il Madhi:


وإنَّكَ لَتَعَلَمُ مَا نُرِيدُ

Apakah sudah mutlaq tidak boleh nempel pada Khobar إِنَّ yang bentuknya fi’il madhi…?


Sebagian ulama Nahwu seperti ( الأخفش والفراء وتبعهما ابن مالك) berpendapat hukumnya boleh dengan ketentuan sebagai berikit:


Apabila fi’il madhinya dimasuki قد

Contoh:


إنَّ الطالبَ لَقَدْ حَضَرَ

Sesungguhnya siswa itu telah hadir


Apabila fi’il madhinya dari jenis fi’il jamid (tidak terikat dengan 3 zaman dan juga tidak mutasharif) seperti : عسى  ، ليس ، وهب ، نعم ، بئس dan lainya.

Contoh:


إنَّ إبراهيمَ لَنِعمَ الرَّجُلِ


b. Syarat lam ibtida boleh nempel pada isim إِنَّ

Posisi isim inna mesti diakhirkan. 

Contoh:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً

Apabila posisi إِنَّ berada setelah af’alulqulub ( أفعال القلوب) dan pada khabar إِنَّ terdapat Lam Ibtida.

قال ابن مالك

وَكَسَرُوا مِنْ بَعْدِ فِعْلٍ عُلِّقَا بِالَّلاَمِ كَاعْلَمْ إنَّهُ لَذُو تُقَى

Contoh:


عَلِمْتُ إِنَّك لَجَمِيْلٌ

ظَنَنْتُ إِنَّك لَمُحْسِنٌ

وَاللَّهُ يَعلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ

والله يعلم إنھم لكاذبون


Sekilas tentang Af’alulqulub (أفعال القلوب)


   Afa’alulqulub adalah fi’il-fiil (kata kerja yang mengandung makna yakin, perkiraan, sangkaan, keraguan. Seperti fi’il-fi’il berikut:


ظنَّ، خالَ، حسبَ، جعل، وعدَّ، زَعمَ، رأى، وجد


Apabila posisi إِنَّ berada setelah fi’il-fi’il di atas lalu pada khabar إنّ terdapat Lam ibtida, maka hukum harakat hamzah pada إِنَّ wajib kasrah


Apabila posisi إِنَّ berada setelah perangkat jawab ( أدوات الجواب) berikut ini.

لا،نعم، بلى، أجل

Contoh:


نعم, إِنَّ خالدًا طالبًا مجتهدًا

Apabila posisi إنّ berada setelah dzharaf untuk lafadz حيث، إذ

Contoh:


رأيت حَيْثُ إِِنَّك تركبُ السيّارةَ

Aku melihat mu dimana kamu sedang menaiki mobil


زُرْتُ بَيْتَكَ إذ إِِنَّك تدرس اللغة العربية

Aku mengunjungi rumahmu tatkala kamu sedang belajar bahasa arab.


Apabila posisi إنّ menempati khabar jumlah ismiyyah untuk mubtada yang bentuknya dari jenis Isim dzat (bentuknya nyata/nampak seperti manusia)

Contoh:


خالدٌ إنّه مجتهدٌ

محمّد إنّه عالم

Apabila posisi إنّ terletak setelah huruf istifham yang disertai dengan lam ibtida

Contoh:


قَالُوا أَإِنَّكَ لَأَنتَ يُوسُفُ – سورة يوسف ٩٠

أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً – سورة النمل ٥٥

Minggu, 13 Februari 2022

Mashdar Muawwal

 Definisi Mashdar Muawwal (تعريف مصدر مؤول) 


   Dari segi bahasa Mashdar Muawaal artinya sebuah Mashdar yang di ta'wil , Mashdar Muawwal adalah susunan kalimat yang terdiri dari huruf إنّ/أَنّ mashdari + jumlah ismiyah atau jumlah fi’liyah. 


  Perhatikan contoh: 


سَرَّنِى أَنَّكَ نَاجِحٌ



 Telah membuatku bahagia bahwa kamu sukses /Kesuksesanmu telah membuatku bahagia.


 سَرَّنِ أَن تَنْجَحَ 


Kalimat أَنَّكَ نَاجِحٌ dan أَن تَنْجَحَ disebut dengan mashdar muawwal yang tersusun dari (أن + Jumlah Ismiyah dan fi’liyyah).


Cara Merubah Mashdar Muawwal ke Mashdar Sharih.


  Untuk merubah mashdar muawwal menjadi mashdar sharih, langkahnya sebagai berikut: Langkah pertama dengan membuang huruf إنّ/أَنّ Selanjutnya merubah fi’il mudhari’ atau isim fa’il menjadi bentuk mashdar, seperti ناجح atau تنجح menjadi نَجَاح Selanjutnya meletakan dhamir yang sesuai dengan yang ada pada kalimat mashdar muawaal setelah mashdar sharih.


 سَرَّنِى أَنَّكَ نَاجِحٌ -» سَرَّنِى نَجَاحُكَ

 سَرَّنِ أَن تَنْجَحَ -» سَرَّنِى نَجَاحُكَ

  وَأَنْ تَصُوْمْوا خَيْرٌ لَكُمْ -» صِيَامُكُمْ خيرٌ لكم.


Sumber: TMBA | Tips Mahir Berbahasa Arab.