Hukum harakat hamzah boleh kasrah dan fathah
Syarat agar إن boleh berharakat kasrah atau fathah yaitu ketika mashdar muawwal mungkin dirubah menjadi mashdar sharih.
قال ابن مالك
بعد “إذا” فجاءة أو قسم لا لام بعده بوجهين نمي # مع تلوا “فا”الجزا وذا يطرد في نحو خير القول أني أحمد
Posisi-posisi boleh kasrah atau fathah:
📝Apabila إن/أن terletak setelah إذا الفجائية ( Idza Fajaaiyyah)
Contoh:
ٌخَرَجْتُ مِنَ البيتِ فإذا إِنَّ/أَنَّ المطرَ نازل✔️
Aku keluar rumah tiba-tiba hujan turun
Sekilas tentang إذا الفجائية dan إذا الشرطية berikut perbedaanya.
✔Pertama: Idza إذا syartiyyah dari jenis isim dan Idza إذا Fajaaiyah jenis huruf
✔Kedua: Idza إذا syartiyyah masuk pada jumlah fi’liyyah, adapun Idza إذا Fajaaiyyah masuk pada jumlah ismiyah
✔Ketiga: Idza إذا syartiyah membutuhkan jawaban, sedangkan Idza إذا Fajaaiyah tidak
✔Keempat: Idza إذا syartiyyah memiliki hak digunakan diawal kalimat, sedangkan Idza إذا Fajaaiyah hanya berada di akhir kalimat
✔Kelima: Idza إذا syartiyyah bermakna mustaqbal meski fi’il yang dimasukinya bentuk lampau (madhi), sedangkan Idza إذا Fajaaiyah untuk hal (waktu sekarang)
Pelajari lebih detail tentang Idza إذا syartiyah pada materi Uslub Syarat✏📌
📝Apabila أن menempati posisi jawab qosam (sumpah)
Contoh:
أقسم بالله أَنَّ خالدا صادقٌ✔️
Namun, apabila khobarnya ditempeli Lam Ibtida/muzhaliqah/taukid, harakat hamzah إن mesti kasrah.
أقسم بالله إِنَّ خالدا لصادقٌ✔️
Aku bersumpah bahwa Kholid itu benar.
Apabila إن/أن terletak setelah huruf fa Jazaa ( فاء الجزاء)
Fa Jazaa adalah huruf yang biasa digunakan dalam syarat jawab seperti yang sudah dibahas pada materi Uslub Syarat.
Contoh:
مَنْ يَجْتَهِدْ فَإِنَّهُ نَاجِحٌ
Pada contoh ini, harkat hamzah dikasrahkan dengan alasan bahwa susunan kalimat sudah sempurna meskipun tidak terdapat أن yaitu فهو ناجح
Kemudian harakat hamzah difathahkan dengan alasan bahwa apabila dirubah menjadi bentuk masdhar sharih, perkiraanya yaitu
ٌمَنْ يَجْتَهِدْ فَنَجَاحُهُ حَاصِل
Yaitu dengan memperkirakan kata حاصل sebagai khabar yang dibuang.
Apabila إن/أن menempati posisi khabar dari kata Qoul (قول) dengan syarat: Ia menjadi khabar dari mubtada kata قول, menjadi penjelas bagi kata قول dan fa’ilnya dari orang yang sama
Perhatikan Contoh:
قَوْلي إِنّي أَحْمَدُ اللّهَ
قَوْلي أَنّي أَحْمَدُ اللّهَ
Kedua contoh di atas semuanya bisa kasrah dan juga fathah karna sudah memenuhi ke 3 syarat diatas.
Lihat perbedaan apabila contohnya seperti dibawah:
قَوْلي إِنَّ خَالدًا يحمدُ اللَّهَ
Karna tidak memenuhi syarat harus fa’il yang sama,maka harakat hamzah wajib kasrah.
Atau apabila contohnya seperti ini
عملي إِنّي أَحْمَدُ اللّهَ
Karna tidak memenuhi syarat harus yang mengandung makna قول , maka harakat hamzah wajib fathah.